Pasai adalah kota yang ramai, sebagai pusat perdagangan yang banyak kapal singgah di Pelabuhan Samudera. sementara itu menurut penuturan seorang musafir Islam terkenal asal Maroko Ibnu Batutah Pasai adalah kota yang terletak agak kedalam sedikit menjauh dari pantai, menurut hikayat raja-raja Pasai dan sejarah Melayu, munculnya nama Samudra Pasai hingga menjadi ibukota kerajaan tersebut diceritakan dengan adanya semut besar yang bernama samudra dan seekor anjing yang bernama si Pasee.
Samudra sebelum kedatangan dan proses penyebaran Islam hanyalah merupakan sebuah kampung yang dikepalai seorang kepala suku, tetapi meskipun menjadi kota Kampung, Samudera sudah berfungsi sebagai tempat persinggahan pedagang-pedagang.
akibat hubungan dengan orang-orang muslim sejak abad ke-7 maka abad ke-13 Kampung tersebut menjadi sebuah kota bahkan menjadi ibukota kerajaan yang bercorak Islam, sejak abad ke-13 sampai abad ke-16 Samudra Pasai merupakan kota yang ramai, pusat Kerajaan dan pusat perdagangan di pesisir Selat Malaka , keindahan dan kemajuan kota Pasai tercatat juga oleh Ibnu Batutah yang merasa sangat terkesan pada saat mengunjungi Sebuah kerajaan di pesisir pantai Timur Sumatera itu sekitar tahun 1345 setelah berlayar selama 25 hari dari Barhnakar, Batutah mendarat di sebuah tempat yang sangat subur, ia semakin takjub karena ketika turun ke kota itu ia mendapati sebuah kota besar yang sangat indah dengan dikelilingi oleh dinding dan menara kayu, perdagangan di kota itu sangat maju ditandai dengan penggunaan mata uang emas yang menjadi alat untuk melakukan transaksi perdagangan.
Kota Pasai Selain sebagai tempat transaksi perdagangan yang terletak di pesisir itu juga menjadi ibu kota Kerajaan Samudra Pasai atau Pasee jika mengikuti Sebutan masyarakat setempat, bukan hanya tercatat sebagai kerajaan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan Islam di nusantara. pada masa pemerintahan Sultan Malik Az Zahir Samudra Pasai berkembang menjadi pusat perdagangan internasional, pelabuhannya diramaikan oleh pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, Cina dan Eropa. secara ekonomi di masa itu Pasai telah mengalami kemajuan yang pesat karena peran Sultan dalam mengambil kebijakan dengan mengadakan hubungan hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang lain disekitarnya, dalam membina hubungan regional Samudra Pasai dengan kerajaan lainnya sudah dibuktikan dengan antusias nya para pedagang dari luar untuk mengadakan transaksi ekonomi di kotanya.
Tercatat, selama abad ke-13 sampai awal abad ke-16 Samudra Pasai dikenal sebagai salah satu kota di wilayah Selat Malaka dengan Bandar pelabuhan yang sangat sibuk, bersamaan dengan Pidie, kota Pasai menjadi pusat perdagangan internasional karena Pedagang pedagang asing datang untuk membeli lada yang menjadi salah satu komoditas ekspor utama Pasai.
Pelayaran dan perdagangan orang-orang asing datang ke Pasai adalah faktor yang menjadi ajaran Islam diterima penduduk lokal. Memang di masa sebelumnya pra-islam Pasai telah mengadakan hubungan dagang dengan dunia internasional misalnya dengan Cina, India dan persia. Dan pada masa itu sarana transportasi yang berkembang atau yang menjadi andalan untuk menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lainnya adalah melalui jalur air pelayaran juga perekonomian pada masa itu bertumpu pada hasil perdagangan maka pertumbuhan yang berkembang suatu kota tidaklah jauh dari pantai biasanya bermula dari adanya bandara atau Pelabuhan kemudian bandara atau pelabuhan yang sering dikunjungi kapal-kapal pedagang atau kapal ekspedisi menjadi ramai dan pada akhirnya menjadi pusat kota bahkan tidak sedikit atau hampir merata ibukota ja an pada masa lalu berada di pinggir-pinggir pantai atau muara sungai.
Demikian pula halnya dengan kerajaan-kerajaan Islam khususnya kerajaan Islam di Indonesia, Aceh adalah berada di pantai atau setidaknya berada dalam suatu lokasi yang tidak jauh dari pantai, ibukota kerajaan Banua di pinggir sungai Tamiang, ibu kota Kerajaan Samudra Pasai di pinggir laut, ibukota kerajaan Indra Patra di pinggir laut, ibukota kerajaan Indrapura di pinggir laut, ibukota indrapuri di pinggir sungai Aceh, ibukota Indra Jaya Lamno sekarang di pinggir laut, ibu kota Kerajaan Aceh Darussalam di pinggir kreung Aceh, ibukota kerajaan Islam Perlak Bandar Khalifah di pinggir sungai Perlak.
Termasuk di dalamnya ibu kota Kerajaan Samudra Pasai yang terdiri dari dua kota yakni kota Samudera terletak agak lebih kedalam dari muara sungai pasangan, sedangkan kota Pasai terletak lebih dekat dengan Muara sungai pasangan tidak jauh dari pantai, maka kedua kota itu termasuk kota maritim yang sebagian besar penduduknya mengandalkan Pelabuhan sebagai pusat perekonomian. sudah pasti Pelabuhan pasai akan terlihat ramai sekali ketika itu, apabila dilihat dari jumlah penduduk kota Pasai pada abad ke-15 memiliki lebih kurang 20.000 orang penduduk saja, sementara menurut catatan Ibnu Batutah yang datang ke Pasai pada tahun 1345 penduduk kota Samudera Pasai berjumlah 100.000 penduduk yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa.
Dikutip dari buku; Malikussaleh mutiara dari Pasai.