Kita boleh berasal dari kampung, kita boleh tidak kaya, tapi kita tidak boleh kalah dengan apapun.
Semangat berusaha sudah ada pada diri kita, semangat untuk bekerja memang sudah di tanamkan sejak kecil.
Kita selalu menerima nasehat, baik nasehat negatif maupun nasehat positif. Nasehat negatif sering menjerumus diri kita dalam membentuk sikap ke hati-hatian, namun kebalikan dengan sikap positif, sikap positif cenderung diri kita untuk terus terpacu mengejar impian.
Sikap penggambaran negatif selalu menjadi bayang-bayang semu ketika kita ingin menegakkan bendera cita-cita. Bagi yang tidak dapat membaca pengalaman atau intropeksi diri, maka jeratan sikap negatif lebih cendrung mengantarkan kita kepada sikap protektif.
Sikap normatif lebih cendrung memperbesar pikiran untuk memfilter sikap negatif, pemikiran negatif lah yang membuat kita tidak mau bergerak karena dihantui oleh ketakutan yang berlebihan. Sikap itulah yang membaut diri kita tetap bertahan di kampung dan tidak mau mengembangkan diri.
Sifat empiris seperti sikap negatif yang sudah tumbuh secara alami di masyarakat harus lah di filter lebih jernih, sebab disana ternyata ada pikiran brilian yang membawa diri kita dari pikiran primitif menjadi pikiran yang lebih inovatif, tentunya jangan melanggar prinsip-prinsip normatif seperti nasehata yang di ajarkan dalam akidah ke imanan kita. kawinkan lah pemikiran prinsip normatif lalu beranilah melihat dunia, dengan demikian kita pun bangkit dan maju dengan tetap mempertahankan prinsip ke imanan.
Berani membuka diri berarti kita mulai berani terbang melihat dunia.