Banyak saya temui siswa yang tidak menjawab soal latihan yang saya berikan karena dihantui takut salah. Ketika saya selidiki, ternyata sejak kecil ia sering dimarahi (bahkan dicubit) oleh orang tuanya setelah selesai melakukan kesalahan.
Many I met students who did not answer the practice questions that I gave because of haunted fear of wrong. When I investigate, it was from childhood he often scolded (even pinched) by his parents after finished making mistakes.
Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan untuk membantu siswa itu. Ia lebih memilih diam, dan tidur-tiduran bersandar di meja. Tak mungkin terjadi proses pembelajaran jika ia tidak mencoba mengerjakan soal latihan. Sama seperti orang yang belajar sepeda, tak akan pernah bisa bersepeda jika tidak mengawali mendayung pedal sepeda karena takut jatuh.
I do not know what to do to help the student. He prefers silence, and sleeps on the table. There is no learning process if he does not try to do the exercises. Just like a person who learns a bicycle, he can never ride a bike if he does not start rowing a bicycle pedal for fear of falling.
Setiap manusia terlahir dengan naluri eksistensial yang menjadikannya butuh akan pengakuan dan penghargaan. Namun sayang, banyak orang tua lebih banyak memberi hukuman saat anaknya melakukan kesalahan, daripada memberikan penghargaan saat anaknya berhasil melakukan sesuatu.
Every human being is born with an existential instinct that makes it necessary for recognition and respect. But unfortunately, many parents give more punishment when their children make mistakes, rather than reward when their children succeed in doing something.
Hal itulah yang menjadi faktor penyebab anak tumbuh menjadi pribadi yang cenderung minder atau malas. Mereka tidak punya karakter gigih berusaha menyelesaikan suatu pekerjaan, karena karya-karyanya tidak pernah dihargai sebagai sebuah prestasi. Bahkan dipersalahkan ketika pekerjaannya tidak sempurna. Dampaknya, anak lebih memilih tidak mengerjakannya, sehingga ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak bermental juara.
That's the factor causing the child to grow into a person who tends to be inferior or lazy. They have no persistent characters trying to finish a job, because his works have never been appreciated as an achievement. Even blamed when his work is not perfect. Impact, the child prefers not doing it, so he will grow into a person who is not bermental champion.
Anak yang jarang menerima penghargaan tidak pernah tahu bahwa dirinya telah melakukan hal-hal yang positif. Dalam jangka panjang ia akan tumbuh dengan kurang percaya diri, depresif, sering kecewa, sulit berinteraksi, mudah sedih, dan sensitif.
A child who rarely receives an award never knows that he has done positive things. In the long run he will grow with less confidence, depressive, often disappointed, difficult to interact, easily sad, and sensitive.
Sebab itu, Orang tua seharusnya berusaha untuk bisa lebih jeli dalam mengenali prestasi anaknya, serta konsisten dalam menghargai dan memberikan penghargaan (reward) terhadap pencapaian istimewa yang berhasil diraihnya. Berikan saja penghargaan saat anak selesai melakukan pekerjaan tertentu, dan bukan saat anak berhasil mengungguli teman-teman seusianya.
Therefore, Parents should try to be more observant in recognizing the achievements of their children, and consistent in appreciating and reward (reward) for the achievement of special achievement. Just give the award when the child finished doing a certain job, and not when the child managed to surpass his age friends.
Psikolog Laura Ramirez, dalam buku Walk In Peace, mengatakan anak berhak mendapatkan penghargaan atas perbuatan baik atau yang diharapkan baik. Penghargaan yang diberikan tidak selalu dalam bentuk materi. Dapat juga berupa pujian, dukungan, ciuman kasih sayang, penghormatan, perlakuan istimewa, dan lain-lain. Meskipun penghargaan yang berbentuk materi memiliki nilai lebih bagi anak, tetapi dampaknya akan jadi kurang bagus untuk perkembangan mental anak.
Psychologist Laura Ramirez, in the book Walk In Peace, says children deserve a reward for good or good deeds. The award given is not always in material form. Can also be praise, support, love kiss, honor, special treatment, and others. Although material rewards have more value for children, the impact will be less good for a child's mental development.
Sedangkan saat anak melakukan kesalahan, saya berharap agar hati-hati memberikan hukuman. Kedepankan praduga tidak bersalah kepada anak.Pahamilah bahwa anak juga manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Orang dewasa saja bisa berbuat salah, apalagi anak-anak, sehingga jangan langsung menghukum ketika mendapati anak melakukan kesalahan. Pertimbangkan trauma yang diamali anak setelah menerima hukuman.
While when the child made a mistake, I hope to be careful to give punishment. Put forward the presumption of innocence to children. Understand that children are also ordinary people who did not escape the mistakes. Adults alone can err, let alone children, so do not immediately punish when finding children make mistakes. Consider the trauma that the child receives after receiving the punishment.
Saya juga paham, kalau orang tua menginginkan anaknya menjadi pribadi yang baik, tanpa cacat dan cela. Akan tetapi, orang tua harus bersikap bijaksana. Ajak anak untuk menelusuhi apa akibat dari kesalahan yang ia perbuat, sehingga anak dapat menjadikan kesalahannya sebagai modal untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Orang tua juga harus memberikan kesadaran agar anak jangan meremehkan kesalahan yang sekecil apapun. Langkah yang terbaik adalah dengan memberi contoh apa yang seharusnya dilakukan anak. Jadi anak tidak hanya merasa disalahkan, tapi juga diberitahu bagaimana seharusnya yang benar. Bentuk hukuman lain yang tepat adalah berupa timeout dan konsekuensi.
I also understand, if parents want their children to be a good person, without defects and blemishes. However, parents should be wise. Encourage the child to observe what the consequences of his mistakes are, so the child can make his mistake as a capital to not repeat the same mistake. Parents should also give awareness to children not to underestimate the slightest mistake. The best step is to set an example of what the child should do. So the child not only feels blamed, but also told how it should be right. Another form of punishment that is appropriate is timeout and consequence.
Demikianlah, mohon upvote jika tulisan ini bermanfaat untuk anda. Follow saya: @muharizalhasan
So, please upvote if this article is useful for you. Follow me: @muharizalhasan