Kehidupan Anak di Pesisir (English: Child's Life on the Coast)

in #indonesia7 years ago (edited)

    

Sering sekali kita saksikan anak-anak pesisir di Aceh melakukan aktitas ekonomi untuk membantu orang tuanya. Masyarakat pesisir identik dengan kemiskinan. Bantuan yang banyak mengalir untuk rehabilitasi pasca bencana tsunami tidak membuat masyarakat pesisir keluar dari kemiskinan. Hal inilah yang mendorong anak-anak pesisir bekerja meringankan beban orang tuanya. 

Often we see children living in the coastal areas of Aceh perform economic activities to help their parents. Coastal communities are synonymous with poverty. A lot of aid flowing for rehabilitation after the tsunami did not make coastal communities out of poverty. This is what encourages coastal children to work to ease the burden of their parents.  

 Anak-anak yang tinggal di pesisir melakukan kegiatan di sekitar area pesisir untuk menangkap biota yang menghasilkan uang, seperti udang, kepiting, ikan dan tiram. Kegiatan itu mereka lakukan sepulang sekolah formal, dan beberapa diantara mereka tidak mendapatkan akses pendidikan formal atau putus sekolah. 

 Children who live in coastal areas do activities around coastal areas to capture money-making biota, such as shrimp, crabs, fish and oysters. The activities they do after formal schooling, and some of them do not get access to formal education or dropping out of school. 

   

 Dalam pendangan umum, banyak pihak yang mengecam perlakuan orang tua yang mempekerjakan anak. Terlebih kepada orang tua membiarkan anaknya tidak mendapatkan akses pendidikan  formal. Mereka menganggap, orang tua yang tidak mengantarkan anaknya ke bangku sekolah formal adalah orang tua yang tidak menginginkan anaknya sukses. 

 In the public eye, many criticize the treatment of parents who employ children. Especially to parents let their children do not get access to formal education. They assume, parents who do not deliver their children into formal schooling are the parents who do not want their children to succeed. 

  

 Benarkah demikian? Menurut saya, tidak. Sebab, pengalaman adalah guru terbaik. Orang tua anak pesisir itu sedang mendidik anaknya tentang tanggung jawab dan mengajarkan cara melakukan sesuatu yang bisa menghasilkan. 

 Is that right? I do not think so. Because, experience is the best teacher. The parents of the child living in the coastal area are educating their children about responsibilities and teaching them how to do something that can produce. 

Dengan bekal pengalaman itu, anak-anak yang tinggal di daerah pesisir tau apa yang harus dilakukan ketika dewasa nanti. Ia langsung bisa mengisi lapangan pekerjaan, karena sudah tau cara memancing ikan, menangkap kepiting, mencari kerang-kerangan dan punya pengetahuan dalam melemparkan jala untuk mendapatkan ikan. 

 With that experience, children living in coastal areas know what to do when they grow up. He can directly fill the job, because it already knows how to fish, catch crabs, look for shells and have knowledge in throwing nets to get fish. 

  

 Sedangkan anak-anak yang hanya mendapatkan pendidikan formal, tentu tidak punya pengalaman seperti yang dialami oleh anak yang tinggal di daerah pesisir di atas. Ketika selesai sekolah, anak-anak yang hanya mendapatkan pendidikan formal ini akan menjadi insan-insan yang asing dengan budaya orang tuanya. Pekerjaannya hanya mencari lowongan kerja dengan mengandalkan ijazahnya. 

  While children who only get a formal education, certainly do not have the experience as experienced by children living in coastal areas above. When finished school, children who only get this formal education will be a foreigner with the culture of his parents. His job is just looking for a job by relying on his certificate.  

 Pendidikan di Indonesia membawa anak-anak menjadi lepas dari budayanya. Anak petani menjadi malu dengan pekerjaan bertani setelah selesai sekolah. Bahkan, itu terjadi kepada anak petani yang sekolah di fakultas pertanian. Seharusnya ia menjadi pelopor dan mengaplikasi pengetahuannya untuk mengatasi masalah yang sering dihadapi petani.  

 Education in Indonesia brings children apart from their culture. The peasant boy becomes embarrassed by farming after finishing school. In fact, it happened to a farming child who is schooling in the faculty of agriculture. He should be a pioneer and apply his knowledge to overcome the problems faced by farmers. 

Bagaimana menurut pendapat anda? Silahkan memberikan saran dan kritikan anda.

 What do you think? Please advise and criticize you. 
Sort:  

Anak pesisir selalu memberikan pelajaran untuk kita. Luar biasa

Iya. Dapat membangkit saya untuk tambah semangat, karena banyak vote. Terima kasih buat semuanya.