Kehidupan Keluarga Nelayan di Aceh (Family Life of Fishermen in Aceh)

in #indonesia7 years ago (edited)

Keluarga nelayan telah membentuk bembagian kerja yang khas antara laki-laki (nelayan) dan isterinya. Kedudukan sosial ini dibentuk keluarga nelayan karena tuntutan alamiah bukan hasil dari intervensi kebijakan resmi berdimensi kesetaraan gender. Saya akan memaparkan kekuatan sosial ekonomi masyarakat nelayan pada tulisan ini. 

The fishermen's family has formed a distinctive work division between men (fishermen) and their wives. This social position is formed by the fishermen's family because natural demand is not the result of official policy intervention with dimension of gender equality. I will describe the socio-economic power of the fishing community in this paper.  

  

 Saya mengenal keluarga nelayan sejak masa rehabilitasi pasca bencana tsunami di Aceh. Saat itu saya berkedudukan sebagai Direktur Yayasan Citra Desa Indonesia (CDI) dan mendampingi kelompok keluarga nelayan di Kabupaten Pidie, Aceh, Indonesia. 

 I know the fishing family since the rehabilitation period after the tsunami disaster in Aceh. At that time my position as Director of Yayasan Citra Indonesia Desa (CDI) and helping a group of fishermen families in the district of Pidie, Aceh, Indonesia. 

 Ditinjau dari sisi aktivitas melaut, terdapat tiga tipe nelayan: 

  1.  Nelayan yang berangkat sore dan pulang subuh. 
  2.  Nelayan yang berangkat subuh dan pulang sore. 
  3.  Nelayan yang seminggu berada di laut, yaitu berangkat Jumat sore dan pulang Kamis sore kemudian. 
Viewed from the side of fishing activity, there are three types of fishermen: 1. The fisherman who leaves for the afternoon and returns home at dawn 2. Fishermen who depart at dawn and return home during the afternoon 3. Fisherman who a week in the sea, which departed Jumat afternoon and came home Thursday afternoon later   

  

 Pada saat melakukan aktivitas menangkap ikan, maka nelayan akan sulit dibubungi. Sehingga, isteri nelayan harus mengambil alih semua tanggung jawab suaminya. Kondisi ini membentuk sistem pembagian kerja yang tegas dalam keluarga nelayan, yaitu laki-laki (nelayan) mengurus dirinya sendiri saat berada di laut, dan isteri nelayan bertanggung jawab mengurus semua kebutuhan keluarga nelayan  di darat. Keunikan ini mungkin disebabkan oleh karakteristik geografis dan mata pencaharian di kawasan pesisir, sehingga berbeda dengan kehidupan umumnya masyarakat Aceh. 

 At the time of fishing activities, the fishermen will be difficult to be contacted. Thus, the fisherman's wife must take over all of her husband's responsibilities. This condition forms a firm system of division of labor within the fisherfolk family, ie men (fishermen) take care of themselves while in the sea, and the fishermen's wife is responsible for taking care of all the needs of the fishermen families on land. This uniqueness may be due to geographic characteristics and livelihoods in coastal areas, so different from the general life of the people of Aceh. 

Bila kita telusuri lebih mendalam, kekuatan sosial-ekonomi kehidupan keluarga nelayan bertumpu pada isterinya. Isteri nelayan harus memikul empat jenis kewajiban selama nelayan berada di laut. Hal ini berbeda dengan peranan isteri yang umumnya dalam tatanan keluarga masyarakat Aceh, yang paling tinggi hanya memilikul tiga jenis tanggung jawab pekerjaan saja. 

 If we explore more deeply, the socio-economic power of fishermen's family life rests on his wife. The fisherman's wife must bear four kinds of obligations while the fisherman is at sea. This is different from the role of wives that are generally in the family order of the people of Aceh, the highest only have three types of job responsibilities only. 

  

Kewajiban pertama dan utama, isteri nelayan adalah mengurusi pekerjaan-pekerjaan di seputar rumah tangga, seperti memasak, membersihkan rumah, mengasuh dan mendidik anak, serta menyediakan keperluan sekolah anak-anak. Termasuk melakukan tindakan pertolongan pertama saat ada anaknya sakit atau kemalangan. 

 The first and foremost obligation of the fisherman's wife is to take care of household work, such as cooking, cleaning, caring for and educating children, and providing for children's schooling. Including performing first aid measures when a child is sick or misfortune. 

  

Kewajiban kedua yang harus dijalani oleh isteri nelayan adalah peran produktif, yaitu peran untuk memperoleh penghasilan ekonomi dalam upaya menutupi kekurangan nelayan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Masalah utama yang dihadapi nelayan di Aceh adalah tidak bisa melepaskan diri dari kemiskinan. Harga jual ikan melambung pada saat sedikit tangkapan nelayan. Sementara pada saat hasil tangkapannya banyak, maka harga jual ikan menjadi anjlok. Sehingga, meskipun mereka tiap hari pergi menangkap ikan, tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 

The second obligation that the fishermen's wife has to live is the productive role, that is, the role to earn economic income in order to cover the shortage of fishermen to meet the daily needs of the household. The main problem faced by fishermen in Aceh is no escape from poverty.  The selling price of fish bounced at a little catch of fishermen. While at the time of the catch a lot, then the selling price of fish becomes plummeted. So, even though they go fishing everyday, it's never enough to meet the needs of their families. 

Kekurangan itu harus ditopang oleh isteri nelayan. Sehingga, isteri nelayan juga ikut menentukan tersedianya sumber daya ekonomi. Mereka saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Jika salah satu pihak tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka tiang ekonomi rumah tangga nelayan itu akan terancam roboh. 

The shortage should be sustained by the fishermen's wife. Thus, the fishermen's wife also determine the availability of economic resources. They complement each other in meeting the needs of the household. If one party is not functioning properly, then the fishermen's household economic pole will be in danger of collapsing. 

Usaha yang dilakukan perempuan pesisir untuk mendapatkan penghasilan ekonomi adalah dengan melakukan apa saja kegiatan yang dapat menghasilkan uang, seperti membuat garam, atau melakukan penangkapan biota mangrove, seperti udang, kepiting, dan kerang-kerangan. Ada juga yang bekerja pada orang lain, seperti menjadi buruh pada usaha pembuatan ikan asin. 

The efforts of coastal women to earn an economic income is to do whatever activities can make money, such as making salt, or catching mangrove biota, such as shrimp, crab, and shellfish. There are also those who work for others, such as being a laborer in the business of making salted fish. 

  

Kewajiban ketiga adalah mengelola keuangan keluarga. Pada saat pulang dari aktivitas menangkap ikan, nelayan menyerahkan penghasilannya untuk dikelola oleh isterinya. Dengan demikian, isteri nelayan mengontrol sebagian besar pengelolaan dan pengeluaran sumber daya ekonomi rumah tangga. 

The third obligation is to manage family finances. When returning home from fishing activity, fishermen hand over their income to be managed by their wives. Thus, the fisherman's wife controls most of the management and expenditure of household economic resources. 

  

Kewajiban keempat, isteri nelayan ikut mengelola potensi komunitas. Peranan ini diwujudkan dalam bentuk keterlibatan isteri nelayan dalam kegiatan gotong-royong kemasyarakatan, seperti menghadiri saudara atau tetangganya mengadakan pesta perkawinan atau upacara kemalangan (meninggal dan sakit). 

Fourth obligations, fishermen's wives participate in managing the potential of the community. This role is manifested in the involvement of the fishermen's wives in community-gotong royong activities, such as attending brothers or their neighbors to have weddings or rituals (death and illness). 

Dengan memasuki kewajiban keempat ini, isteri nelayan berpartisipasi mengelola potensi sumber daya sosial ekonomi masyarakat, yang hasil akhirnya juga untuk kepentingan ekonomi dan investasi sosial rumah tangga nelayan. Suatu saat, ketika salah seorang anggota keluarganya mengalami kemalangan (meninggal dan sakit), atau memerlukan biaya pesta pernikahan, maka kerabat dan tetangganya akan ikut memberikan kontribusi yang sama. 

By entering this fourth obligations, fishermen's wives participate manage the potential socio-economic resources, the outcome of which is also in the interests of economic and social investment fishermen household. Once, when one of the family members had the misfortune (death and illness), or require cost weddings, the relatives and neighbors will follow the same contribution. 

  

Begitulah hasil temuan saya selama bergaul dengan keluarga nelayan. Mungkin anda juga mengagumi kegigihan isteri nelayan dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka. Isteri nelayan menjalani kehidupannya tanpa mengeluh. Hanya wanita yang memiliki ketangguhan prima yang mampu menjadi isteri nelayan. 

That's the result of my findings while hanging out with family fishermen. Maybe you also admire the persistence of the fishermen's wives in maintaining the integrity of their household. The wife of the fisherman lives his life without complaining. Only women who have the prime toughness that can become the wife of fishermen. 

  

Vote anda akan menambah semangat saya untuk menulis kisah menarik lainnya. Follow me: @muharizalhasan 

 Your Vote will add my passion to write another interesting story. Follow me: @muharizalhasan 
Sort:  

I like it sir. Follow and will upvote you. Support mutual Thank you and Welcome.!

Yes. Thank you for your support. I will also follow and vote you.

Upvoted ☝ Have a great day!

Likewise, I hope that with you. Have a nice day too fun!