Sesaat setelah kamu pergi meninggalkanku dengan mengemasi semua rasa tanpa sedikitpun tertinggal, lalu berlalu menuju pintu keluar. Aku terduduk melihat punggungmu semakin menjauh dan hilang. Tubuhku seketika kaku, seakan tak bergerak satu senti pun. Aku ingin sekali mencegahmu, mengatakan untuk jangan pergi, mengenggam tanganmu lebih erat, dan memelukmu seraya memohon untuk tetap tinggal. Tapi, yang ku lakukan hanya mematung dengan sakit yang tak tertahan.
Saat itu, aku begitu sombong dengan berpikir bahwa mungkin kamu akan kembali lagi sama seperti hari-hari sebelumnya, atau mungkin kamu sedang ingin berpergian dan sedang bosan, mungkin juga kamu sedang membutuhkan waktu sendiri lebih banyak. Dan, begitu banyak kemungkinan yang aku pikirkan memenuhi isi kepala agar aku tetap bertahan dari kenyataan yang enggan aku terima, rasanya ini begitu mustahil.
Dan akhirnya setelah aku menunggu, kamu datang kembali padaku. Tapi, bukan untuk memperbaiki kesalahan. Nyatanya kamu bilang, bahwa kamu sudah menemukan rumah lain untuk pulang. Aku terdiam, bak tersambar petir hatiku hancur berkeping-keping. Entah bagaimana aku menjelaskannya, ini benar-benar lebur. Aku terlalu sekarat untuk tetap berpura-pura baik-baik saja, ini gila.
Katamu, aku bukanlah rumah ternyaman untuk tempatmu pulang. Padahal, kamu yang membuatku begitu nyaman berada dirumah tanpa kemana-mana. Karena kamu alasanku satu-satunya tetap menjaga perasaanku agar tetap utuh. Tapi, kamu yang selalu ingin berpergian, dengan segala macam alasan yang sudah bosan aku mendengarnya berkali-kali.
Katamu, aku bukanlah wanita yang baik. Padahal, kamu adalah laki-laki yang selalu terlihat baik dimataku. Meskipun banyak dari mereka berkata buruk tentangmu, memintaku untuk segera melepasmu, bahkan aku menutup telingaku rapat-rapat pada ocehan mereka yang kadang membuatku muak. Ya, memang kamu tetaplah laki-laki baik bagiku, aku tak peduli dengan hinaan padamu diluar sana. Yang ku tahu, kamu tidaklah jahat. Aku tahu itu.
Aku yang merawat patah-patah sayapmu, disaat orang lain belum melihat keberadaanmu, disaat orang lain masih memandangmu dengan sebelah mata. Aku selalu disampingmu, merawatmu dengan kasih sayang, dan tak pernah ingin membuatmu terluka. Aku membiarkanmu masuk kedalam rumahku, dan menetap selama bertahun-tahun untuk kita tumbuh bersama-sama. Sekarang, kamu sudah menjadi laki-laki yang hebat, semua memandangmu dengan tatapan kagum, dan bertepuk tangan mengakuimu.
Tapi, ternyata dengan segala usahaku untuk membuat rumah ternyaman untukmu adalah sia-sia. Rumah ini hanya sekali petikan jari kamu hancurkan dengan membabi buta. Tanpa peduli dengan perasaanku, kamu mengatakannya dengan sangat tegas bahwa ada rumah lain yang membuatmu begitu nyaman dan ingin menetap selamanya disana. Rumah yang lebih megah untuk menerima segala tentangmu. Kamu memintaku untuk berlapang dada, menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan. Tunggu sebentar, masih pantaskah kamu meminta sedangkan sudah meremukkan hatiku yang dulu utuh padamu?
Salam hangat,
mungkin rumah yang sumpek.wkwkw
Bisa jadi wan hahaa
mantap kawan hehehe
Terimakasih 😆
sabar kak, hehe mungkin rumah nya nyaman hehe
Hahaha iya kali ya
Mngkin kmren kmren dia khilaf kak 😅
Atau salah alamat? 😂
Bisa jadi kak wkwkwk
Kenapa harus minta maaf?
yang penting tidak bocor saat hujan sudah aman.
hahahaha iya jan, iya