Mencangkul Sejarah

in #indonesia7 years ago (edited)

Salah satu kesenangan saya adalah berkawan dengan orang-orang tua. Rata-rata orang tua yang menjadi teman saya adalah the men in history. Mereka sudah sejak hidup merajut sejarah atas kerja-kerja yang berguna bagi kemanusiaan. Itu sudah saya lakukan sejak 1999.

Di antara orang-orang tua yang pernah menjadi sahabat diskusi saya adalah Lian Sahar, Prof. Teuku Ibrahim Alfian, Prof. Teuku Jacob, dan Sitor Situmorang. Mereka saat ini semuanya telah tiada. Sejarahlah yang mengikuti mereka sekarang.

Dua orang sahabat tua saya yang masih tersisa saat ini adalah Prof. Daoed Joesoef, mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. dan Prof. Teuku Syamsul Bahri, mantan guru besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Ia juga anak dari Teuku Nyak Arief. Ada yang mempersamakan keduanya saat ini. Mereka sedang mempersiapkan buku biografi. Yang sudah siap dalam cetakan adalah buku Prof. Daoed Joesoef yang saya akan menjadi salah satu pembicaranya pada 28 Oktober 2017 di Jakarta.

IMG_20171007_165525.jpg

Hari ini saya datang ke Medan dalam rangka untuk melihat finalisasi buku Prof Teuku Syamsul Bahri. Ini adalah rekonstruksi atas kisah perjuangan Teuku Nyak Arief, residen Aceh pertama yang juga menjadi pahlawan nasional yang ditetapkan pada 1974.

Sebenarnya buku ini menjadi buku kedua tentang biografi Teuku Nyak Arief. Saya sempat membaca terbitan tahun 1992, ketika melakukan riset tentang sejarah demokrasi Aceh Besar. Teuku Nyak Arief memang orang Aceh Besar yang tinggal di wilayah Lamnyong. Jika Steemians mengunjungi Banda Aceh, sebelum jembatan Lamnyong ada jalan ke kiri. Nah dari sana bisa disusuri hingga bertemu dengan rumah asal dan juga makam Teuku Nyak Arief, salah seorang pimpinan Sagoe XXVI yang sangat terkenal kiprahnya sejak 1927.

IMG_20171007_165520.jpg

Buku itu sendiri akan saya ulas di tulisan yang lain. Namun ada sedikit kisah tentang buku itu. Draf awal dari buku itu ternyata sudah dipersiapkan lama sekali, yaitu sejak 2002. Penulisnya Ramadhan K.H, wartawan senior dan juga terkenal sebagai penulis biografi. Saya membaca kata pengantar yang dibuatnya pada 2002, ketika draf buku itu telah selesai. Namun Ramadhan tidak sempat melihat karyanya, karena ia keburu meninggal pada 2006.

Buku itu juga telah mengalami sejarah pembacaan naskah yang panjang. Saya salah satu yang diminta untuk membaca dan mengedit buku itu. Prof. Teuku Syamsul Bahri mengetahui saya melalui tulisan-tulisan di media massa, dan ia akhirnya dengan tekadnya ingin bertemu. Itu sudah berlangsung tiga tahun yang lalu. Sejak itu kami selalu saling tertukar kabar. Saya mendoakan semoga ia tetap sehat ketika buku ini di_launching_.

Sore di Medan saya langsung menuju rumahnya yang cukup Vintage style di tengah kota Medan yaitu terletak di Jalan Pangeran Diponegoro. Jika kawasan ini beraura seperti Menteng. Tepat di depan rumah ada hotel bintang lima, Adimulia . Jadi jika berkunjung sangat mudah mencarinya.

Salah satu kepentingan buku ini hadir adalah merekonstruksi sejarah Aceh - terutama di era revolusi kemerdekaan dan revolusi sosial - yang sebagian faktanya tenggelam oleh silat opini pelaku-pelaku sejarah lain yang ingin membesarkan kisah dirinya, tapi menenggelamkan peran tokoh lain. Salah satu yang sering ingin ditenggelamkan adalah perjuangan Teuku Nyak Arief.

Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa catatan pengantar. Yang sangat bergizi tinggi adalah tulisan Prof. Taufik Abdullah, mantan kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang juga seorang sejarawan senior. Catatannya yang panjang akan saya ulas dalam tulisan lain yang lebih terstruktur.

IMG_20171007_171132.jpg

Saya sendiri selalu terpanggil untuk mencangkul sejarah-sejarah utama yang terlanjur dipinggirkan. Kalau dalam bahasa Islam, saya lebih senang membantu merekonstruksi sejarah musthad'afiin, dibandingkan bersanding dengan sejarah kaum penguasa yang sudah memiliki lidah apinya sendiri untuk menuturkan kebenaran.

Jadi, perkawanan dengan orang-orang tua, disamping juga anjuran agama, adalah bagian untuk merengguk banyak pengetahuan - terutama sejarah - agar ia tak ditelan zaman.

8 Oktober 2017


TKF.gif

Sort:  

The @OriginalWorks bot has determined this post by @teukukemalfasya to be original material and upvoted it!

ezgif.com-resize.gif

To call @OriginalWorks, simply reply to any post with @originalworks or !originalworks in your message!

To enter this post into the daily RESTEEM contest, upvote this comment! The user with the most upvotes on their @OriginalWorks comment will win!

For more information, Click Here! || Click here to participate in the @OriginalWorks sponsored writing contest(125 SBD in prizes)!
Special thanks to @reggaemuffin for being a supporter! Vote him as a witness to help make Steemit a better place!

Mantap bg @teukukemalfasya. Terus suarakan kebenaran sejarah agar kaum awam tidak mudah salah arah. Saleum.

orang tua serat pengalaman dan sejarah

Lon oleh2 buku manteng saboh Pak @teukukemalfasya... hehehe...

Sejarah memang penuh misteri dan ingin selalu kita cari kebenarannya.🤗

Salam takzim @teukukemalfasya semoga sukses selalu. Orang tua-tua adalah salah satu ilmu masa lalu. Dimana melalui diskusi dengan orang tua -tua kita mengetahui sejarah sebelum kita, saya setuju. Salam Komunitas Steeemit Indonesia (KSI)

Postingan yang menarik...
sejarah membuktikan, tulisan menceritakan. Kalau tidak dibukukan akan hilang ditelan waktu.

Luar biasa...

Mantap pak....
Generasi Milenial Aceh harus diperkenalkan dengan sejarah Aceh yang lama diendapkan....