Life as a traditional market trader in the inland of Aceh is certainly not an option for me, after completing the Education Strata 1 in the Faculty of Teacher Training Education in one of the universities in Aceh I have to work hard to support my small family who Alhamdulillah has been blessed with a smart Son so dare strong to make my family's economy a better destination for my life today.
With my courage and persistence I began to try my luck as a small trader in the inland of North Aceh. The journey to the hinterland where I trade also must be reached with a distance of up to 45 km with asphalt road trip and continued through the streets of rocks, climbing and steep surely draining so much energy.
Spending time up to 2 hour journey must caused me to leave early in the morning from where I live now in Lhokseumawe Town, As usual after prayer shubuh the journey that I travel by motorcycle, split the fog on the way to the village in the inland of North Aceh to fetch hope.
Today I went to a border township district Nisam Antara and Kuta Makmur, precisely in Gampong Sidomulyo village Simpang Tiga Market Sunday to sell VCD Aceh and piracy VCDs. My journey took less than 2 hours trekking the streets of the village which initially hot mix asphalt, then had to take the streets of rocks and steeps until the destination.
This village was once the base of the Free Aceh Movement (Movement of Resistance Regarding the Unitary State of Indonesia), but after the peace talks in Helsinky we are the traders not be worry to come here, because it is safe and sustainable society.
The work is exhausting and certainly very draining to travel tens of kilometers, but it is not so pronounced due to the beauty of natural scenery along the journey to give happiness that I can not express in words. Fresh air and thick fog swallowed my sweater and drove through the wilderness of Kuta Makmur , North Aceh.
My motorbike stopped for a moment to watch the Alu (Small River) Scenery in the morning very tortured inner, wanting to plunge into the flowing silence of the water, also the squeakiness of the birds of curls and descending down the trees, really things I did not get in where I live in Lhokseumawe City. After pausing to rest and enjoying the natural scenery of my journey continue towards the destination, more or less half an hour I reached the township of Simpang Tiga Pasar Minggu.
The long and exhausting trip, finally arrived at the destination, the traders who come from various regions in North Aceh and Bireuen have started to open their wares, as usual because my merchandise does not require extra energy to open the stall, I also relax with the community to drink coffee and chatting, the flow of information about seafarers and settlements is instantaneous, there is no difference between us I am a resident to trade, my intimacy and citizens have started since my first time in the year 2014 ago.
After relaxing for a moment to recover my energy began to open the merchandise that I brought from the City, as usually children who have been waiting to find out what new VCD cassette that I carry today, basically they are very enthusiastic to collect VCD Bergek (Aceh Artist which is on the rise), not only that they also collect some VCDs like Bima X, And also Naruto as a medium of comfort for them to enjoy on the weekend. The traditional market in North Aceh as the facility of the surrounding community to trade the sale and purchase, start the vegetable traders, fish traders, Salted Fish, Rice, Apparel until full breakfast is available here. Neither does the surrounding community bring a variety of agricultural commodities to this traditional market for sale to middlemen who come from urban areas to buy the commodities of citizens. This Traditional Market lasts half a day and is held once a week, and this I do every day across the hinterlands of North Aceh
splitting the mist to fetch hope !!! .
How do you steemian think about my job, its so difficult to think isn't it brother ??!!!
BAHASA
Membelah Kabut, Menjemput Asa
Kehidupan sebagai pedagang pasar tradisional di pedalaman Aceh tentunya bukan sebuah pilihan bagi saya, setelah menyelesaikan Pendidikan Strata 1 di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan disalah satu Perguruan tinggi di Aceh saya harus bekerja keras untuk menafkahi keluarga kecil saya yang Alhamdulillah sudah dikaruniai seorang Putra yang cerdas sehingga tekat kuat untuk menjadikan ekonomi keluarga saya lebih baik menjadi tujuan hidup saya saat ini.
Bermodalkan keberanian dan ketekunan saya mulai mencoba peruntungan sebagai seorang pedagang kecil-kecilan di pedalaman Aceh Utara. Perjalanan menuju pedalaman tempat saya berdagang pun harus ditempuh dengan jarak sampai 45 Km dengan kondisi stengah perjalanan aspal hot mix dan dilanjutkan menempuh jalanan bebatuan, mendaki serta terjal tentunya menguras tenaga yang sangat lumayan.
Menghabiskan waktu hingga 1 samapai 2 jam perjalanan tentunya menyebabkan saya harus berangkat pagi-pagi sekali dari tempat saya berdomisili saat ini di Kota Lhokseumawe, Seperti biasanya setelah shalat shubuh perjalanan tersebut saya tempuh dengan menggunakan sepeda motor, membelah kabut di perjalanan menuju perkampungan di pedalaman Aceh Utara untuk menjemput asa.
Hari ini saya berangkat kesebuah perkampungan perbatasan kecamatan Nisam Antara dan Kuta Makmur, tepatnya di Gampong Sidomulyo dusun Simpang Tiga Pasar Minggu untuk berjualan VCD Aceh dan VCD bajakan. Perjalanan saya tempuh kurang lebih 2 jam menulusuri jalanan perkampungan yang mulanya aspal hot mix, selanjutnya harus menempuh jalanan bebatuan dan terjal hingga baru sampai ketujuan.
Perkampungan ini dulunya basis Gerakan Aceh Merdeka (Gerakan Perlawanan menuntut kemerdekaan dari Negara Kesatuan Repulik Indonesia), Namun setelah Perundingan Damai di Helsinky kami para pedagang tidak perlu was-was lagi kesini, karena sudah Aman dan keberlangsungan interaksi masyarakat pun seperti biasa lagi.
Pekerjaan yang melelahkan dan tentunya sangat menguras tenaga menempuh perjalanan puluhan kilometer, namun hal tesebut tidak begitu terasa dikarenakan keindahan pemandangan Alam disepanjang perjalanan memberikan kebahagiaan yang tak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Udara segar dan kabut tebal merasuki sweater saya sepanjang perjalanan menembus perkampungan belantara Kuta Makmur Aceh Utara.
Sepeda motor saya hentikan sejenak untuk menyaksikan Pemandangan Alu (Sungai Kecil) di pagi hari sangat menyiksa batin, ingin menceburkan diri kedalam kebeningan air nya yang mengalir, begitu pula sahutan cicit burung-burung berterbangan dan hinggap diranting pepohonan, sungguh hal yang tidak saya dapatkan di tempat saya berdomisili di Kota Lhokseumawe. Setelah berhenti sejenak untuk beristirahat dan menikmati panorama alam perjalanan saya lanjutkan menuju tujuan, kurang lebih setengah jam lagi saya sampai di perkampungan Simpang Tiga Pasar Minggu.
Perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya sampai juga di tujuan, Para pedagang yang datang dari berbagai daerah di Aceh Utara dan Bireuen sudah mulai membuka dagangan mereka, seperti biasanya karena dagangan saya tidak membutuhkan tenaga ekstra untuk membuka lapak, saya pun bersantai dahulu sejenak bersama masyarakat sekitar untuk minum kopi dan bercengkrama, pertukaran informasi tentang perkotaan dan perkampungan terjadi serta merta disini, tiada perbedaan diantara kami meskipun saya pendatang untuk sekedar berdagang, keakraban saya dan penduduk sudah mulai sejak saya pertama sekali berjualan di pedalaman ini sejak tahun 2014 silam.
Setelah bersantai sejenak memulihkan tenaga saya pun mulai membuka dagangan yang saya bawa dari Kota, seperti biasanya anaka-anak yang sudah menunggu dari tadi untuk mengetahui kaset VCD baru apa yang saya bawa hari ini, pada dasarnya mereka sangat antusias untuk mengoleksi VCD Bergek (Artis Aceh yang sedang naik daun),tidak hanya itu mereka juga mengoleksi beberapa VCD seperti Bima X, Dan juga Naruto sebagai media penghibur untuk mereka nikmati di akhir pekan.
Pasar tradisional dipedalaman Aceh Utara ini sebagai fasilitas masyarakat sekitar untuk bertransaksi jual beli, mulai pedagang sayur-mayur, pedagang ikan laut, Ikan Asin, Beras, Pakaian Jadi hingga sarapan pagi tersedia lengkap disini. Begitupula masyarakat sekitar membawa berbagai hasil komoditi pertanian ke Pasar tradisional ini untuk dijual pada tengkulak yang datang dari Perkotaan untuk membeli hasil komoditi pertaniaan warga. Pasar Tradisional ini berlangsung setengah hari dan diadakan setiap seminggu sekali, dan hal ini saya lakukan setiap harinya keberbagai penjuru pedalaman Aceh Utara untuk membelah kabut menjemput asa !!!..
Bagaimana teman-teman steemian, pekerjaan yang sangat menguras tenaga tentunya bukan.. ??!!
Salam Hangat Selalu
Warm Regard
Hati-hati loh jual VCD bajakan diposting di steemit. Saya hanya mengingatkan.🤗
ha ha ha ha, ga apa-apa brather, di pedalaman tidak ada pak polisi, jangankan VCD bacakan Ganja kita semai, agar makmur sentosa..
Salam @tusroni..
Siip, tempat yg menarik Sayang jalannya belum beraspal. Kasihan kalau hujan :)
he he he he, iya brader @happyphoenix, jalanannya setengah permanent..10 kilometer lagi ketujuan harus ditempuh jalur transisi.. :D
Sudah di upvote ya...Hy @dilimunanzar
sengkyu @bang.rohit have a nice day brother..
Sama2,
Mf bro, saya baru lahir.... 😊😊
sama brather..saya juga masih balita..ha ha haha
Siap kakak tua... 😂😂😂
ha ha ha ha ha
Congratulations @dilimunanzar! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP