(Selepas Subuh diJunglorong)
Selepas subuh saya bertarung melawan kantuk. Saya dekati semesta dengan ceria. Saya asingkan rasa kantuk yang mulai ganas menembus pertahanan diri.
Tidur subuh mewariskan kefakiran, inilah yang saya coba lawan dan taklukkan lantaran kantuk bukan diamini melainkan dikalahkan.
Junglorong terus saja memikat hati saya dan membuat akar syukur saya menjalar sampai sukma. Tanah yang begitu asri. Tanah yang begitu subur dan matahari yang masih malu menampakkan diri, sekedar berbagi senyuman, masih bisa saya temukan.
Menatap Junglorong ketika pagi sangatlah mengasyikkan. Getaran kedamaian begitu anggun mengabarkan batin.
Sawah yang membentang pelan-pelan memperkenalkan diri, betapa Ilahi telah menganugerahkan keindahan. Menganugerahkan kedamaian. Memperlihatkan keserasian hidup.
Saya menemukan tualang batin. Betapa Junglorong telah menjadi guru bagi saya dalam menerjemah hidup. Betapa perbedaan telah menjadi rahmat yang khidmat. Betapa perbedaan yang saling memperkenalkan diri, pelan-pelan mengajari hati, betapa hidup bersama itu indah dan sangat indah.
Pelan-pelan matahari mulai ceria mengenalkan diri. Mulai lihai menepikan gulita dan mulai piawai menanpakkan Junglorong yang indah, damai dan permai.
Betapa matahari semakin punya keberanian menampakkan diri, berbagi terang dan di samping sawah, seorang perempuan menikmati indah pagi dan mengkhidmati pancaran sinar matahari.
Kini saya mulai mengerti mengapa sesepuh Junglorong melarang generasi mudanya untuk tidur pagi, sebab pagi selalu memiliki daya kejut yang antik yang sayang untuk dilewati dengan membenamkan diri dalam dekapan mimpi.
Surat Untuk Junglorong
Junglorong, di tanahmu
Aku mengedipkan mata doa yang pertama
Hadirku disambut adzan dan iqamah yang syahdu
Di tanahmu, Junglorongku. Aku terus saja masuk ke kamar hidupku paling degup. Kucari diriku di masa lalu. Masih kutemukan asri senyummu yang menguntum di pucuk pagi.
Junglorongku, selalu ada yang datang dan pergi. Ada yang sekedar singgah dan ada pula yang menetap lama dan cukup lama. Namun menatap rupamu, Junglorongku adalah kebahagiaanku. Namun mengenalkan keanggunanmu adalah caraku berbahagia menerimamu sebagai hadiah terindahku.
Junglorongku, menjenguk pagimu, kuabadikan dalam foto-fotoku dan kukenalkan pada steemian Indonesia dan steemian manca negara, biar semua tahu kau ibuku dan indahmu kuabadikan dalam puisiku.
Madura, 9 Mei 2018
Ali Fahmi, M.Pd.I||@penasantri
excellent secne
Pagi yang penuh inspirasi terimakasih telah berbagi
Pagi selalu menyelimuti ngantuk dengan penuh nikmat tapi harus menjaga waktu subuh tak boleh berlalu
We require at least 250 words in English. (The language of your post was automatically detected, if your English text is at least 250 words long, please ignore this message.)
Thank you very much for your interest and we hope to read some great travel articles from you soon!
Hi @penasantri, Thank you for participating in the #travelfeed curated tag. To maintain a level of quality on the project we have certain criteria that must be met for participation. Please review the following: https://steemit.com/travelfeed/@travelfeed/how-to-participate-use-travelfeed-in-your-posts Regards, @travelfeed
Congratulations @penasantri! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Saya sangat bahagia membaca uraiannya dan menyaksikan fotonya