Postingan yang luar biasa untuk sebuah pemikiran cerdas dan kritis mengenai kondisi objektif mutu pendidikan dan outputnya di negeri ini.
Tidak ada yang salah dari karya pikir anak-anak (M) tentang kondis pendidikan yang berbanding terbalik dengan kondisi reelnya dilapangan.
Pendidikan adalah sebuah konsep mengajarkan pengetahuan, kebaikan, kebenaran, kepatutan dan kepantasan bagi semua orang dalam ruang lingkup civil society.
Tentunya dengan konsep ini tidak ada yang salah juga dengan pendidikan selama ini. Lantas mengapa harus ada orang-orang yang tidak sejalan dengan konsep pendidikan yang telah dilalui sebelumnya..? Mengapa harus ada orang jahat, koruptor, munafik dan sebagainya?
Jawabannya, ini semua karena kesalahan dalam konsep pendidikan keluarga
Keluarga adalah konsep awal untuk menanamkan karakter manusia madani (manusia terpola dan berperadaban) bagi anak-anak sebelum mereka menerima konsep pendidikan terstruktur dari lembaga pendidikan yang dihuni oleh orang-orang yang menjalankan sistem bukan nurani.
Jadi harus dipahami bahwa anak-anak (M) hari ini telah mampu berpikir cerdas dan kritis adalah hasil karya konsep pendidikan terstruktur dari lembaga pendidikan itu sendiri yang mampu diformulasikan oleh konsep pendidikan keluarga yang telah (M) tanamkan selama ini kepada mereka.
Maka tidak ada yang salah dengan pandangan dan pemikiran mereka terhadap dinamika kehidupan ini. Namun (M) yang telah menanamkan pendidikan awal dalam diri mereka sebagai manusia madani, teruslah menggiring mereka menjadi orang-orang masa depan yang akan merubah semua kehidupan ini sesuai dengan konsep madani tersebut. Amin.
Terima kasih pak dosen @bahtiarlangsa. Memang pada akhirnya pendidikan dalam keluarga memiliki perananan penting sekali karena kita tidak bisa hanya mengandalkan sekolah saja. Sebagai contoh tadi siang, baru saja ada guru yang dirpotes keras oleh orang tua murid hingga dilaporkan kepada kepala sekolah. Ternyata guru itu tidak salah, guru memberikan penjelasan baik-baik kepada anak yang sibuk memainkan jam barunya di kelas sehingga tidak fokus. Ibu guru itu berkata,"aduh jamnya bagus banget deh! Ibu juga mau. Tapi jangan dimainkan di kelas yah! Nanti saja di rumah."
Ternyata anak tersebut bercerita pada orangtuanya dan ditanggapi orang tua seolah-olah guru tersebut meminta jam tangan baru anaknya hingga heboh di sekolah. Kan ini salah banget!
Lalu guru yang membela anak yang dibully dan racism di sekolah, bisa kena tuduh bahwa guru tersebut tidak islami. Sementara sekolah itu tidak hanya untuk satu agama saja, ada murid lain yang tidak beragama Islam, dan bebas saja, namanya sekolah negeri. Bila ada murid yang dibully dan kena masalah rasicm, tentunya guru wajib membela dan tidak boleh ditentang.
Ini menjadi bukti kuat bahwa orang tua dan keluarga harus mengubah pola oikir dan perilaku di dalam mendidik anak, sebab anak akan meniru dan belajar banyak justru dari orang tua dan keluarga. Bukankah begitu pak dosen @bahtiarlangsa?
Terima kasih banyak, salam hangat dan sukses sellau juga.
Benar sekali buk @mariskalubis, ketika orang tua paham dengan peran dan tanggungjawab, maka tidak perlu saling mencari posisi untuk menuding siapa melakukan apa. Dengan menguatkan pendidikan karakter dalam keluarga, maka anak-anak kita akan belajar memahami sendiri kondisi objektif dari situasi sosial yang ada.
Jadi biarkan anak memahami dengan pandangan dan pemikirannya, namun kita mengawasi dan mengarahkan pada konsep yang sebenarnya.
Sepakat pak dosen @bahtiarlangsa. Semua harus sari diri sendiri.
terima kasih atas partisipasinya telah mengikuti lomba. :)