Cerita sebelumnya: Cooling Down - Lanjutan
Untuk kesekian kalinya aku harus memendam kesal pada Ben, selaku bos di tempat kerjaku. Dengan teganya dia mengambil jatah liburku di Hari Senin, karena sudah kugunakan untuk libur di Hari Minggu kemarin.
“Kenapa mukamu jutek sekali?” bisik Nathan dari seberang meja.
“Harusnya, kan, aku libur hari ini.” Aku masih tak bisa menyetor wajah yang lebih manis di toko hari ini.
“How was your holiday, Boss?” Suara Razan menyambut Ben yang baru saja keluar dari ruangannya. Sepertinya kekasihku itu sudah selesai melakukan segala hal yang harus dilakukannya di dalam ruangan pribadinya yang kecil itu.
“Couldn’t be better,” jawabnya sembari berjalan mendekatiku dan Nathan.
“Saya akan sangat menghargai jika kalian bisa bersikap wajar. Kamu sudah menjadi temanku akhir-akhir ini, Nath. Saya masih mengizinkanmu bekerja di sini bukan karena diminta oleh Grace, tapi karena memang butuh kamu, sebagai rekan kerja dan juga sebagai sahabat.” Ben menepuk pundak Nathan.
Aku terkesima. Untuk pertama kalinya aku mendengar Ben berbicara Bahasa Indonesia di toko. Selang beberapa detik, pandanganku teralihkan pada rekan lainnya di ruangan ini, yang juga sedang melongo; Razan, Trilby, dan Anil. Mereka serempak mengentikan pekerjaannya dan melempar tatapan heran ke arah kami.
“Thank you, Boss,” jawab Nathan sembari tersenyum, memamerkan kedua lesung pipitnya yang begitu manis.
Wajahku yang tadinya kaku, mengendor seketika. Bagaimana bisa aku tak ikut senang dengan pemandangan di hadapanku ini. Kekasihku saat ini, sedang berada di dekat lelaki dari masa laluku, dan mereka bisa tersenyum bersama. Semoga semua akan berjalan baik-baik saja, setidaknya hingga kami menyelesaikan kuliah di tempat ini.
Tepukan tangan meriah yang kami terima usai presentasi, menjadi bukti keberhasilan dalam salah satu pemenuhan tugas unit semester ini. Sebagai tim kelima yang tampil pada hari ini, tentunya dengan jelas dapat kami bedakan tanggapan audience dengan empat tim sebelumnya. Draf presentasi yang telah disiapkan Ben, sangat membantu mengoordinasi penampilan hari ini, sehingga semua berjalan dengan lancar, tanpa ada satu orangpun yang tergagap. Padahal, ini presentasi yang pertama untuk Nathan.
Aku dibuat terkejut lagi untuk kesekian kalinya, ternyata Ben menguasai bidang HRM ini dengan sangat baik, tak jauh beda dengan unit akuntansi yang kuselesaikan tugasnya kemarin. Dia menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan lugas dan tepat sasaran, tidak ada basa-basi, dan tidak pula berputar-putar terlebih dahulu. Sebelumnya, keengganan Ben kuliah membuatku berpikir bahwa dia tidak menyukai segala sesuatu yang berbau akademis. Ternyata, tidak demikian adanya.
“Looking forward to work with you again, guys,” ucap Liz saat menjabat tangan kami bergantian. Gadis jangkung berkulit putih pucat itu, lebih dulu pulang dan meninggalkan kami bertiga dalam ruangan presentasi ini.
“Tumben, kenapa kamu nggak buru-buru ke toko?” tanyaku saat melirik Ben yang terlihat masih santai di bangkunya.
“Saya nggak ke toko siang ini, capek. Nanti malam aja, ambil duit ke Razan.”
“Aku duluan, yah. Sampai jumpa nanti di lapangan basket, Bro.” Nathan menepuk pundak Ben dan melambaikan tangan padaku.
“Kamu nggak kasi Nathan off hari ini?” tanyaku sembari membereskan buku yang masih bertebaran di atas meja.
“Sepertinya dia butuh lebih banyak shift.”
“Btw, kamu ngarep nilai apa untuk mata kuliah ini?” Rasa penasaranku muncul.
“HD,” jawabnya enteng.
“HD? Tinggi amat targetnya.” Aku tak bisa menyimpan keterkejutanku. Semester lalu saja, untuk bisa membukukan 2 High Distinction, aku harus mati-matian belajar dan mengerjakan tugas.
“Kenapa heran begitu? Semua nilaiku HD, kok.” Dia menyentuh ujung hidungku.
What? Semua HD?! Pantas saja dia hanya kuliah satu unit per semester selama ini. Ternyata bukan karena dia malas, tapi karena mengejar kualitas. Duh … jadi makin jatuh hati deh sama pacarku yang mirip David Beckham ini.
Makasi buat teman-teman yang sudah ngikutin, yang ketinggalan cerita-cerita sebelumnya, silahkan mampir ke:
Bab 1. Surprising Summer-Lanjutan
Bab 3. It’s Really Him!-Lanjutan
Bab 5. Hati yang Lemah-Lanjutan
Bab 6. Listen ....-Lanjutan ...
Bab 7. Menelusuri Ruang Hati-Lanjutan
Bab 8. Enlighten Canberra (Menelusuri Ruang Hati 2)
Bab 8. Enlighten Canberra (Menelusuri Ruang Hati 2)-Lanjutan
Bab 9. Istirahat Sejenak-Lanjutan
Bab 11. Berdamai Dengan Masa Lalu
Bab 11. Berdamai Dengan Masa Lalu-Lanjutan
Bab 13. Hard Decision-Lanjutan
Bab 14. Where Are You, Ben?-Lanjutan
Bab 15. Biarkan Hati Bicara-Lanjutan
Posted from my blog with SteemPress : https://endanghadiyanti.com/2018/08/06/secret-2-part-35-everythings-gonna-be-okay/
Bakalan ada kelanjutan secret 3 gak kak?
Lagi on going di fb aq, En Ha. Silahkan mampir kalo penasaran 😘😊
Hello, apa kabar @diyanti86? Postingnya menarik dan sudah kami resteem ke 7735 follower ya.. *) Sudahkah anda mengklaim airdrop dari Byteball?. (Sebutir kontribusi kami sebagai witness di komunitas Steemit bahasa Indonesia.)
Trims @puncakbukit 🤗