Tempo hari, berita Muzakir Manaf pingsan ketika terbang dengan pesawat Hanakaru Hokata milik Irwandi Yusuf muncul di timeline Twitter saya. Berita yang dilansir sebuah media online nasional itu menarik minat saya, dan membacanya hingga tuntas. Tapi, hingga selesai saya baca, saya belum yakin bahwa berita itu benar.
Alasannya sederhana. Foto kebersamaan mereka saat terbang sudah lebih dulu saya lihat di sebuah groups WhatsApp, yang memperlihatkan keduanya begitu akrab, dan tak ada bahasan soal pingsan dan muntah. Alasan lain, sebagai panglima perang serta pernah diberitakan mampu menerbangkan pesawat tempur, sangat tidak masuk akal seorang mualem bisa pingsan apalagi muntah di pesawat.
Saat pertama kali melihat foto kebersamaan mereka, hanya satu hal saja yang terlintas di benak saya: foto ini akan viral di sosial media, minimal untuk ruang lingkup Aceh. Pasalnya jarang-jarang momen langka begini terhidang ke hadapan kita. Seperti kita tahu kedua sosok yang bersahabat dekat ini sudah berselisih jalan sejak Pilkada 2012 hingga Pilkada 2017 tempo hari. Dugaan saya tidak jauh meleset. Sore hari ketika membuka beberapa sosial media, foto mereka sedang terbang itu selalu saya lihat, apakah di Facebook, Twitter atau Instagram. Ada rasa haru, bangga dan senang dengan kebersamaan mereka.
Namun, ada sedikit cela dari momen kemesraan itu, dan hal ini bermula dari berita yang saya baca di situs Jawapos.com seperti saya singgung di atas. Media itu dengan lugas menulis mantan Wagub Muzakir Manaf dikabarkan pingsan. Masyarakat kita yang terkenal senang dengan berita bombastis (dan hoax) langsung termakan dengan berita model begini, dan seketika membagikannya sekalipun dia tidak membaca lebih dulu isinya. Jangan heran jika berita ini menyebar dengan cepat di groups WhatsApp, dishare dari satu akun ke akun lain di Facebook atau di-RT di sosial media Twitter. Karena begitulah tipikal masyarakat kita, lebih tertarik dengan berita yang ada sisi anehnya.
Benarkah Mualem pingsan? Pertanyaan umum begini tak mudah dijawab, termasuk media sendiri tak mampu memberi jawaban yang memuaskan. Alasannya, hanya dua orang saja yang tahu bagaimana kejadian sebenarnya di atas pesawat: Irwandi Yusuf dan Muzakir Manaf. Mualem yang kita kenal irit bicara sudah pasti soal pingsan ini akan keluar dari mulutnya. Bagaimana dengan Teungku Agam? Saya tidak bisa memberi garansi untuknya yang terkenal sangat ceplas-ceplos di media sosial.
Masih ingat soal Afla Nadya, jurnalis Kompas TV? Saat menjajal terbang dengan Irwandi, sang wanita cantik itu sempat muntah di atas pesawat, dan Irwandi sendiri yang memberitahukannya begitu mendarat. Dia membawa pulang rujak, katanya.
Bagaimana dalam kasus Mualem, teman yang terbang bersamanya ke Simeulue. Apakah Irwandi sendiri yang membocorkannya kepada wartawan saat mendarat? Saya tak bisa menduga-duga karena tak ada di lokasi. Saya percaya Irwandi tak serendah itu mengungkap 'aib pribadi' Mualem yang pingsan di atas pesawat karena itu akan merusak cerita indah keduanya, lebih-lebih jika sebenarnya tak ada kejadian pingsan. Dia tahu akibatnya, karena berita begini akan cepat sekali masuk dalam radar jurnalis.
Dalam kasus Afla Nadya, ia memang tak bermaksud membuat malu sang jurnalis, melainkan hanya sekadar pemanis cerita saja. Tapi, mengatakan bahwa Mualem pingsan (dan juga muntah) jelas bisa merusak suasana harmonis yang sedang dibangun. Kita boleh berbaik sangka bahwa Irwandi tak bakal membocorkan kejadian di atas pesawat. Lalu, bagaimana cerita Mualem pingsan bisa bocor dan jadi santapan media? Apakah sang wartawan sedang menulis karangan, suatu cela yang tak boleh dilakukan wartawan terutama oleh mereka yang sudah membaca UU nomor 40/1999 tentang Pers dan kode etik jurnalistik.
Tapi sudahlah, berita pun sudah terlanjur ditulis, dan cerita kebersamaan mereka ternyata jauh lebih menarik minat netizen ketimbang berita soal pingsan dan muntah. Hal ini bisa kita lihat dari perhatian netizen terhadap foto mereka terbang bersama yang dikomentari dan disukai ribuan orang. Tanggapan netizen yang begitu positif itu bisa membuat cerita soal pingsan tenggelam dengan sendirinya.
Namun, saya mendapat satu versi cerita tentang apa yang terjadi ketika Irwandi meminta izin mendarat di Nagan Raya dalam penerbangan ke Lhokseumawe. Cerita ini jelas bukan karangan saya, karena bersumber dari orang dekat Irwandi dan mendengar langsung cerita ini dari Irwandi. Untuk alasan etis dan juga permintaan sendiri, saya tidak menulis nama orang ini.
Ceritanya, dari Simeulue, Irwandi dan Mualem yang berada di kursi belakang berencana terbang ke Lhokseumawe. Rupanya, ketika berada di atas Nagan Raya, Irwandi tak bisa berkomunikasi dengan Mualem. Ketika melirik ke belakang, dia melihat Mualem seperti orang tertidur. Dipanggil melalui sambungan komunikasi pesawat tidak ada jawaban.
"Saya panggil berkali-kali tidak dijawab," cerita Irwandi Yusuf.
Dia mulai tidak nyaman dan takut. Dia ingin menyentuh Mualem, tapi tangannya tidak sampai.
"Saya lalu pakai tongsis, tapi tidak bisa juga menjangkau Mualem," lanjutnya.
Irwandi sadar dengan risiko yang bakal dihadapi jika terjadi sesuatu pada Mualem. Dia pun memutuskan melakukan kontak dan menghubungi pihak bandara di Nagan, dan meminta izin untuk mendarat. Saat itu posisi mereka memang sedang berada di atas Nagan. Izin diberikan, dan pesawat Irwandi pun bisa mendarat.
Dari cerita ini jelas tak ada kisah tentang Mualem pingsan. Dia hanya lelah atau tertidur, karena ada media yang menyimpulkan demikian. Bagaimana tanggapan Mualem? Dia sendiri tersenyum saat ditanya wartawan terkait cerita dirinya pingsan di atas pesawat.
NOTE: foto diambil dari fanpage Facebook Irwandi Yusuf atas seizin admin
Congratulations @acehpungo! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of posts published
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Saya menyukai tulisan anda tapi saya kurang berkesan dengan nama akun anda
Terima kasih. Tidak semua hal harus disukai dan membuat terkesan orang2
bereh bg .. long pike butoi2 pingsan muallem.. rupajih tiengeut geuh,,,
:)
Nyan keuh, aleh kiban2 diolah berita...