eilko Jans Zijklert, seorang mandor pentani tembakau belanda berusia 20 tahun di Jawa Timur, pindah ke Pesisir Timur Sumatra pada tahun 1880 segera setelah pemerintah menyatakan daerah ini terbuka untuk perkebunan. Selama perjalanannya mengelilingi pulau, ia menemukan jejak minyak yang pada analisis terbukti mengandung sekitar 62 persen parafin (kadang-kadang disebut minyak tanah).
Senang dengan penemuannya, ia mengundurkan diri posisinya, memperoleh ijin dari Sultan Langkat,pada 1882 eilko Jans Zijklert kembali kebelanda dan pada tahun 1884 telah mengumpulkan cukup uang untuk mengebor sumur pertamanya. Dilakukan pengeboran pertama dengan hasil nihil. Pada tahun berikutnya, ia mencoba lagi di Telaga Said dekat desa Pangkalan Brandan di Sumatera Utara.
Kali ini dia berhasil menemukan minyak di kedalaman 22 m , yang dikenal sebagai Telaga Tunggal No 1, mulai diproduksi dalam jumlah komersial. sumur ini disebut Telaga Tunggal No. 1, terletak di wilayah konsesi Telaga Said.
Pada tahun 1890, Zijlker merasa cukup percaya diri untuk mengubah "Provisional Sumatra Petroleum Company" menjadi sesuatu yang lebih substansial, dan pada 16 Juni piagam perusahaan "Perusahaan Belanda Kerajaan untuk Pekerjaan Sumur Minyak di Hindia Belanda" dilaksanakan di Den Haag. .
Ketika Zijklert meninggal pada 27 Desember 1890, rekannya De Gelder menangani pekerjaan untuk menemukan ladang minyak baru dan mengembangkan perusahaan. Basis administrasi perusahaan didirikan di Pangkalan Brandan. Pekerjaan dimulai dengan membangun fasilitas di dekat Pangkalan Susu untuk menangani pengiriman laut.
Pada tahun 1898, Royal Dutch telah menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan dan pelabuhan yang menjadikan pelabuhan minyak pertama Pangkalan Susu Indonesia. Sementara itu di Kalimantan pada tahun 1897 Shell Transport dan Trading Company Ltd menemukan minyak di Kalimantan Timur (Kalimantan Timur) dan pada tahun yang sama mendirikan kilang kecil di Balikpapan, yang dimulai pada tahun 1899.