Assalamualaikum.wr.wb para steemian indonesia, khususnya aceh, kali ini saya mencoba untuk mengulas ”Apakah Di Aceh Perlu Bioskop?”
Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di indonesia yang berada paling barat indonesia, namun Aceh mempuyai kekususannya yaitu dengan menjadi daerah dengan otonomi khusus setelah perjanjian perdamaian MOU di Helsingki antara pemerintah indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Sejak zaman kerajaan Aceh dikenal dengan daerah yang menegakkan syariat Islam secara keseluruhan.
Sehingga beberapa puluh tahun belakangan Aceh terus berkembang pesat, itu terlihat setelah musibah yang menimpa Aceh pada 26 desember 2004 silam, hingga saat ini Aceh terus berbenah untuk menjadi lebih baik, dalam segala hal, dikarenakan pada masa ini zamannya dunia digital dan sosial media yang merupakan alat untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Semakin berkembanganya dunia digital, film merupakan satu hal yang yang menarik untuk di tonton oleh khalayak luas, baik itu yang muda maupun yang tua, namun semua kalangan di aceh hanya bisa menikmatinya dengan menatap layar televisi baik itu film nasional maupun luar negeri, dikarenakan Aceh tidak memiliki bioskop yang mampu menayangkan film-film dengan kualitas terbaik dan terupdate, tidak halnya dengan di Aceh yang baru bisa menontonnya 1 atau 2 tahun setalah film tersebut dirilis, karena baru bisa di nonton jika film tersebut sudah di tayangkan di televisi swasta nasional.
Namun apakah perlu bioskop di Aceh? Dengan latar belakang Aceh sebagai kota serambi mekah dan syariat islamnya? Apakah bioskop melanggar syariat?
Mari kita melihat perkembangan film yang ada di Aceh pada saat ini, sunguh perkembangan yang sangat pesat, bahkan sineas-sineas muda Aceh yang berkreatif telah membawa pulang penghargaan dari tinggkat nasional dan luar negri, ini bukan film lokal yang sekedar mengejar komersial dan menayangkan adegan kejar-kejaran di dalam hutan yang membuat pemaian tersebut jatuh dan mengalami luka setelahnya, beradegan yang tidak mempuyai tata krama sebagai orang Aceh, bukan film-film seperti itu yang saya maksud, namun film-film lokal yang memang mempuyai nilai dan budaya aceh secara islami dan layak untuk dijadikan bahan pelajaran bagi yang menontonnya karena memiliki pesan-pesan sosial yang tinggi, inilah film yang berkualitas.
Kembali lagi, apakah Aceh perlu bioskop? Saya rasa perlu, karena selain sebagai media hiburan bioskop juga membuat para sineas Aceh bisa berkembang dalam menghasilkan karya-karya film lokal yang benilai nasional dan internasional, jika pendirian bioskop bertentangan dengan syariat islam, takut akan timbul zina dan hal lainnya, bukankah kita mempuyai Qanun dan peraturan yang harus diterapkan, untuk menghindari itu semua bisa dilakukan dengan pemisahan antara tempat duduk pria dan wanita dan menempatkan beberapa pembatas di antara keduanya. Saya rasa dengan peraturan seperti itu semua pihak bisa menerimanya.
Bukankah di Aceh sebelumnya sudah ada bioskop?
Dari beberapa hal yang dipertimbangankan maka dihilangkan, pada beberapa tahun belakangan ini, pemutran beberapa film layar lebar nasional di Aceh, namun karena keterbatasan tempat beberapa pihak penyelengara mengadakan pemutaran di Taman Budaya Aceh, gedung Sultan Selim II dan bioskop-bioskop mini yang digerakkan oleh para pengiat film di Aceh, para sineas muda yang kreatif dan mempuyai tujuan untuk memajukan perfilman Aceh.
Lalu Apakah bioskop perlu di Aceh?
Ya.
Maksal mina.
Terimaksih telah berkunjung, silahkan beri pendapat anda tentang tulisan ini.
Bereeh that tulisannya
terimakasih bang @hericopter
selama tidak membawa dampak negatif, saya rasa tidak masalah.
iyaaaa bang, semuanya kan masih bisa di atur, untuk mendapatkan rasa kenyamanan. @andyvir