“Strategi Menulis Buku”
Buku yang ditulis dengan tim 32 buah, antologi 37 editor/sunting 29 buah pendampingan 4 buku buah.
Tahun 2006 kami mendapat proyek Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias untuk dampingi santriwati daya tradisonal untuk menulis.
Menulis tidak harus berada di kota. Sekarang banyak juga penulis pemula yang mucul di media yang lokasinya tidak kita ketahui dimana.
Saya dulu sering menulis dan setiap saat saya kirim ke serambi. Tidak peduli dimuat atau tidak yang penting saya tetap menulis. Karena saya sering menulis, padahal waktu itu saya belum terkenal saya Satu kali saya dikasih kesempatan bertemu dengan redaktur opini. Tulisan pertama saya di Serambi Indonesia terbit tahun 1999 sampai sekarang Alhamdulillah sudah 600 ratusan.
Dulu sebelum berkerluarga saya lebih produktif menulis. Apa yang mauncul di kepala langsung saya tulis. Kalau sekarang sudah berbeda, untuk menulis hal-hal yang dapat menyingung para pihak terutama pemaerintah harus berfikir dua kali. Karena dampaknya tidak hanya kepada kita saja tetapi juga untuk keluarga. Saya lebih produlktif sebelum berkeluarga.
Jika ada yang beranggapan bahwa kita anak kampung jauh dari kota tidak bisa menulis, itu tidaklah benar. Saya yng notabene anak ternyata saya anak kampung bisa menulis banyak buku. Ternyata orang yang berangkat dari kampung dan berkemauan keras bisa menjadi penulis produktif.
Buku saya yang berjudul “Akhirnya Senja” adalah cerbung saya yang mendapat juara tiga dari majalah Femin. Buku ini memiliki latar berlakang menarik serta berlatar konflik yang terjadi di Aceh. Buku tersebut terinspirasi dari sebuah foto tentang sesosok jenazah yang meninggal karena kepalanya tertembus peluru. Di foto itu tidak ada satupu laki-laki yang ada hanya tiga orang perempuan.
Buku saya selanjutnya “Buku Melawan Lupa”, adalah direktori buku yang berisi buku-buku yang bercerita tentang Aceh yang pernah terbit pasca musibah gempa bumi dan tsunami 2004 lalu. Ini adalah buku yang saya cetak sendiri dari honor yang dapat presentasi. Di dalamnya memuat lebih kurang 300 buku baik terbit di Aceh maupu di luar Aceh.
Selanjutnya, Buku “Perang Melawan Khalwat Di Aceh”, punya cerita panjang pernah ditolak penerbit terkenal dan akhirnya diterbit oleh penerbit graha ilmu. Untuk menerbitkan buku ini penerbit ternama yang tidak perlu saya sebutkan namanya, menawarkan buku dicetak secara tek-tek-an dengan saya dimana, saya diharuskan menanggung 50 persen dari biaya cetak setelah saya kalkulasi saya harus mengeluarkan biasa 22,5 juta. Akhirnya saya putuskan untuk menerbitkan dengan penerbit ternama itu. Tak lama setelah itu pihak Graha Ilmu menawarkan untuk menerbit buku saya itu dengan biaya seratus persen dari penerbit.
Orang yang selama ini menulis diruang publik umum tidak semua orang pandai tapi orang-orang yang berani menulis dan punya kemampuan komunikasi yang baik. Jika orang-orang yang punya kualifikasi tidak menulis, maka ruang-ruang ini akan diambil oleh orang-orang yang tidak punya kualifikasi namun mau menulis.
Menulis bukan persoalan substansi saja namun juga terkait persolan teksnis. Ini yang jarang diperhatikan orang. Persoalan teknis dan substansi jangan dicampur adukkan, sebab dia punya proporsi yang berbeda-beda.
Persoalan menulis juga punya hubungan dengan orang-orang sekita kita, jika kita secara intelektual memunya kualifikasi yang baik dan bagus, secara emosional juga demikian namun karena kita berada di lingkungan yang tidak baik , maka hampir bisa dipastikan kita tidak mampu menghasilkan karya yang bagus. jadi harus mencreate lingkungan menjadi lebih bagus dan bahagia.
Stop dreaming, stat action!
Otak manusia dan kekuatan kepepet. Nah ini dia yang menarik, terkadang kita harus kepepet dulu baru baru bisa berbuat, termasuk menulis. Almarhum Prof Safwan Idris, mantan rektor IAIN Ar-raniry, sekarang UIN Ar-raniry pernah memberi gambaran kepada kami bahwa otak punya daya kerja yang dahsyat bahkan melebihi komputer sekalipun. Bukankah komputer itu hasil ciptaan manusia juga? kita tinggal menggunakan kata kunci untuk memanggil memori yang pernah terekam. Dengan kata kunci tertentu kita bisa memanggil seluruh pengalaman yang ada dalam memor kita. Itulah hebatnya otak manusia.
Di indonesia ini orang telalu banyak berfikir dan pertimbangan dalam mengirim tulisan. Padahal begitu banyak tulisan sudah ditulis tapi begitu hendak dikirim pikiran kita menerawang entah kemana-kemana, layakkah tulisan saya dikirim? Atau apakah tulisan saya ini ditertawakan redaktur? Pada tulisan tinggal tekan tombol “send” saja. Tapi kita masih juga ragu-ragu. Saya berprinsip, tulis saja semua ada ide yang ada di kepala selama ide itu tidak merugikan dan membahayakan orang lain. Persoalah atau tidak itu urusan redaktur.
Untuk menjaga konsistensi, saya menulis setiap hari. Minimal saya menulis empat ratus kata setiap hari. Tulisan tersebut saya setor ke blog pribadi saya. Saya punya blog namanya KUPILUHO, saya menulis tiap hari dan saya naikkkan ke blog tersebut.
Memang rata-rata penerbit tidak semata mata bertujuan sosial tapi lebih kepada mencari keuntungan semata. Jadi kadang-kadang yang menjadi pertimbangan mereka menerbitkan buku juga dipengaruhi oleh unsur bisnis dan ekonominya. Mereka tidak akan menerbitkab buku jika tidak memiliki nilai pasar (marketable).
Perlu diingat, sebagus apapun tulisan yang kita hasilkan pasti ada komentar yang tidak menyukai. Namun seburuk apapun harus kita jadikan jadi pemecut untuk terus berkarya. Maka kita tidak boleh berhenti berkarya.
Dalam riset-riset ilmiah bukanlah kebaruan substansi keilmuan yang ingin dicari tapi kebaruan dari karya karay yang penah dihasilkan seseorang. Jadi sebetulnya tidak ada yang namanya suatu kebaruan dalam ilmu pengetahuan yang ada hanyalah pembaruan atas apa-apa yang yang telah ditemui/dilakukan orang-orang sebelumnya. Pernah kawan saya mengatakan ketika saya sudah menuliskan sesuatu bahwa hal itu sudah pernah dituliskan seseorang, lalu saya tanyakan kepada kawan itu, coba berikan contoh hal apa yang yang belum dipernah dipikirkan atau dituliskan orang? Oleh karena itu seperti saya bilang tadi bahwa apa yang kita lakukan ini adalah melakukan pembaruan atas apa-apa yang pernah dilakukan/dipikirkann orang sebelumnya.
Orang-orang dulu, seperti ulama-ulama kita yang sudah pada tingkat sufi tertentu, tidak mau namanya tertulis dalam karyanya. Mereka cukup menulis nama inisialnya saja, seperti nama Teungku Chik Di Pante bahkan biodatanya pun kita tidak tahu. Tapi sekarang jaman sudah beda. Konteksnya pun sudah beda untuk menjaga Hak kekayaan Intelektual, nama dan biodata penulis harus dicantumkan.
Meneropong yang tidak terlihat!
Sudut pandang juga menghasil perspektif berbeda dalam tulisan. Sudut pandang yang kita alami juga harus kita ceritakan kepada orang lain dalam tulisan kita. Agar orang lain mafhum kita berdiri disebelah mana. Orang juga tidak boleh menghakimi atas sudut pandang yang kita yakini.
Keberlanjutan kita menulis sangat bergantung niat, kalau niat untuk terkenal maka ketiak sudah terkenal maka produktifitas akan menurun. kalau menulis karena uang maka ketiaka karena uang maka produktifitas akan menurun tapi menulis untuk melawan lupa. Menulis untuk sehat, menulis untuk merawat ingatan, dan menulis untuk bahagia adalah motivasi-motivasi yang tidak akan membuat produktifitas kita menurun.
Kalau kita ingin mengutip tulisan harus mencantumkan sumber rujukannnya. jangan pernah plagiat dan mengirim kepada lebih dari satu media. Sekarang sudah ada mesin pedeteksi plagiasi. plagiasi justru akan mencoreng nama baik kita.
Kita sering tidak menduga-duga bahwa disaat-saat kepepet, kita punya kekuatan luar biasa. Saya dulunya mencari sayembara menulis sebanyak-banyaknya agar saya bisa berpartisipasi dalam sayembara tersebut saya tidak peduli menang-atau tidak. Yang penting karya saya ada disitu. Dengan adanya sayembara membuat semangat menulis saya semakin besar.
Apa yang dapat sekarang adalah dari kebahagiaan orang-orang disekitar kita. Secara internal ada yang namanya suasana hati. Saya dulu perokok berat. Saya berhentik merokok total 2007. Saya merokok waktu itu hingga lima bungkus sehari. Asbak di rumah basar tapi selalu penuh. Akhrinya pada tahun 2007 saya baca di media indonesia tentang kandungan zat zat berbahaya dalam rokok. Setelah membaca iklan itu sya memmutuskan untuk berhenti merokok. Dulu saya berfikir bahwa sumber inspirasi saya adalah rokok, ternyata tidak. Buktinya setelah berhenti merokok, saya tetap produktif menulis. Jadi jangan percaya jika rokok itu sumber inspirasi!
Menulislah karena dengan menulis insyallah rezeki akan datang secara dengan tidak terduga. Saya pernah mendapatkan honor yang besarnya tidak saya duga sebelumnya. Alhamdulillah honor waktu itu bisa saya gunakan untuk memberangkatkan haji ibu saya.
Kegiatan yang luar biasa bg @mustafa04, untuk menciptakan generasi menulis.
Alhamdulillah, tameulakee meunan bak Po teu!
Sep bereh kiraju... rugi saya gak bisa ikut
hehehe! hana masalah bang rio, mantong le kesempatan ukeue