Hello friends..stemian di manapun anda berada. saya ingin memberikan pemahaman lebih dalam untuk anda tentang sejarah, tentunya kalau anda memang pecinta sejarah bukan? Saya ingin para stemian mengerti juga bagaimana Aceh itu sebenarnya bila dilihat dari beberapa sisi sudut pandang. Kali ini saya ingin mengulas tentang Aceh khususnya mengenai lenyapnya kebudayaan dan kerajaan Hindu di Aceh. Aneh ya,kok bisa lenyap sedangkan kerajaan Hindu dan kebudayaan Hindu sudah bercokol di Aceh berabad-abad lamanya sebelum Islam masuk ke Aceh. Yg tersisa saat ini hanyalah peninggalan non fisik saja berupa tutur kata,pengaruh pada adat istiadat ,nama2 tempat, nama jalan,tradisi, dan lain lain. Sementara peninggalan fisiknya dapat dikatakan hampir tidak ada sama sekali apalagi kuburannya.
Hindu dan Peninggalannya
Raibnya peninggalan kebudayaan fisik Hindu ini hingga sekarang belum ada penjelasan yg lebih detail. Belum ada sejarahwan yg bisa menguraikan lebih detail. Apakah mungkin disebabkan hilang secara paksa dengan kedatangan Islam ke Aceh ? atau dengan kesadaran sendiri hilang secara bertahap karena tidak sesuai dgn ajaran Islam ?. Hilang atau lenyap yg saya maksud disini adalah seperti kuil-kuil, kuburan, tulisan-tulisan, kerajinan-kerajinan, dan tanda tanda seperti prasasti, dan lain-lain. Kemudian yg lebih aneh lagi di sepanjang pantai wilayah pesisir barat selatan tak satupun ada peninggalan yang berciri fisik hindu. Apakah memang belum ada penduduk sama sekali di wilayah tersebut beberapa abad yg lalu ?
Akan tetapi, jika di sepanjang pesisir timur Aceh mulai dari Banda Aceh, Aceh besar, Sigli, Pidie jaya, Samalanga, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Utara hingga Tamiang cukup kental sisa-sisa budaya agama Hindu yg bersifat non fisik seperti nama tempat, nama jalan, nama orang, tradisi-tradisi adat. Contoh nama tempat Indra purba, Indra patra. indra Purwa, Indra Puri, Gandapura, Dewantara, Samalanga, Jangka, Syamtalira, Arun, Baktia, dan seterusnya.
Disampingnya itu,hal yg paling mencolok di Aceh adalah banyaknya tempat di Aceh yg penduduknya berkulit hitam. Seperti di Pidie, Pidie jaya, Jangka, Geurugok, Bireuen, Lhoksukon, Aron, Merah mulia, Madat, Panton, dan lain-lain.
Demikian pula halnya dgn jenis makanan pokok sehari-hari yang mereka makan sedikit agak berbeda lauk pauknya seperti gulai kari, gulai bebek,dan lain-lain, seperti ala India dan tamil.
Seiring dgn perkembangan zaman,saat ini juga telah terjadi asimilasi percampuran perkawinan antara mereka yang berkulit hitam dengan yang berpenduduk kulit putih, langsat dan kuning.
Dewasa ini walaupun telah terjadi asimilasi dari berbagai jenis warna kulit, namun hebatnya mereka semua mengaku orang Aceh dan berbahasa Aceh. Itulah hebatnya kami BANGSA ACEH.