Ilustrasi
Mungkin sebagian dari kita, kata 'Frikatifisasi' terdengar asing bagi sebagian orang. Maka dari itu, saya akan mereview kajian tentang "Paradigma Frikatifisasi Ilmu".
Dalam contoh satu kasus, perubahan nama IAN Ar-Raniry ke UIN Ar-Raniry merupakan sebagai hadiah ulang tahun IAN Ar-Raniry pada 1 Oktober 2013, yang ditanda tangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Maka, dari contoh di atas dapat kita tarik sebuah kajian yaitu 'mencari sumber paradigma keilmuan UIN Ar-Raniry' dengan istilah Frikatifisasi Ilmu, dan ingin melihat cara pandang terhadap ilmu dan fungsinya dalam kehidupan manusia. Kata Frikatifisasi itu sendiri berasal dari bahasa 'fricative' yang maknanya adalah membunyikan suara dengan mengeluarkan udara sebelum suatu huruf muncul, dimana mulut hampir tertutup. Yang lebih jelasnya lagi adalah suatu usaha untuk menghembuskan spirit ilmu ke berbagai penjuru mata angin. Supaya lebih mendalam lagi, saya akan memberikan gambaran. Ibarat ruh yang di hembuskan ke dalam tubuh manusia maka frikatifisasi ilmunya adalah spirit yang di hembuskan ke dalam manusia, yang menjadikan manusia itu hidup. Lalu, frikatifisasi ilmu tersebut merupakan tahap benda itu bisa bergerak atau tidak.
Kemudian, hal selanjutnya yang perlu dikuasai oleh seorang peneliti supaya mencapai titik puncak dari frikatifisasi yaitu: pertama, seseorang harus mampu menggambarkan suatu data dari pengetahuan, tanpa berpikir kritis secara mendalam. Kedua, seseorang harus mampu menjelaskan suatu Ide dengan tuntas. Ketiga, seseorang harus mampu mengaitkan wacananya dari pemikiran lain. Keempat, seseorang harus mampu berteori. Dan terakhir Kelima, seseorang harus paham pengaruh hasil pemikirannya terhadap orang lain. Dari lima hal di atas, selanjutnya syarat yang perlu dicari pada akar keilmuan yang mendasari orang melakukan 'menghasilkan teori' (teoritisasi) yaitu, Re-search, describe, explain, discourse, interpretation, implication. Sebab itu, proses teoritisasi sangat bergantung kepada paradigma keilmuan yang sifatnya teori apa yang di anutnya.
Dari masing-masing syarat di atas, maka akan muncul berbagai model keilmuan hingga sampai hari ini terkadang masih utuh atau sebaliknya. Misalnya, orang yang mengkaji tentang manusia, tidak tertarik dengan kajian tentang keTuhanan. Dan sebaliknya. Jika orang yang mengkaji tentang Alam, maka tidak ada hubungannya dengan aspek kemanusiaan sebagai khalifah. Hal inilah yang menghasilkan sumber utama dalam menghasilkan teori keilmuan yang memberikan dampak pada pola pikir manusia untuk menjadi manusia yang utuh.
Selanjutnya, adapun gambaran siklus dari ilmu pengetahuan dalam paradigma frikatifisasi ilmu. Yaitu, Semua sumber keilmuan itu berasal dari Allah SWT, karena Allah ingin dikenali melalui apa yang diciptaNya. Lalu, Allah menciptakan alam, karena alam itu kekuasaan ilmu Allah yang kemudian akan membentuk suatu fenomena, yang bisa dipahami oleh Mahluknya. Dan setelah dari proses fenomena maka akan terbentuk yang namanya pengalaman, pengalaman akibat mahluk hidup mempelajari fenomena tersebut yang mana akan dibentuk atau dibuat ke dalam teks, sehingga sampai sekarang kita bisa merasakan ilmu itu bisa ditemukan.