Membangun Acehnologi maka diperlukan berbagai pemikir-pemikir yang sangat luar biasa Acehnologi menghadirkan Dua pemikir untuk mencari semangat dalam studi Islam di Indonesia yang menggunakan kajian-kajian Acehnologi.
Syeikh Hamzah Fansuri dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) adalah dua pemikir yang tidak pernah bertemu dan berada dalam ruang dan waktu yang berbeda. Hegel mewarnai pikirannya di Eropa, sedangkan Hamzah Fansuri dikenal di Asia Tenggara.
Pada bab ini saya akan membahas dan mencari titik-titik pemikiran mereka berdua. Hal ini penting dilakukan guna mencari paradigma studi Islam di Indonesia.
Dengan kajian ini diharapkan bahwa masa depan studi Islam tidak lagi pada tahap menjelaskan sisi pemikiran seorang tokoh lalu merekonstruksi suatu paradigma keilmuan, tetapi lebih dalam lagi masuk pada aspek meta-teori dan metafisik dari inti pemikiran yang mewarnai peradaban ilmu, seperti Hegel di Eropa dan Hamzah Fansuri di Aceh. Hegel tertata dengan baik. Para penafsir pemikirannya juga sangat rajin mengomentari dari berbagai sudut pemikiran. Namun, pemikiran Hegel sebenarnya tidak ada kaitannya dengan studi Islam. Akan tetapi, mau tidak mau pengaruh Hegel tidak dapat diabaikan.
Dalam kajian ini, bukan hendak membandingkan pemikiran Hamzah dan Hegel, tetapi ingin mencari inti pemikiran diantara keduanya, dimana fokusnya dapat dilihat dari pemahaman mereka mengenai spirit. Era kehidupan Hamzah Fansuri memang berada di awal puncak kerajaan Aceh Darussalam. Pengaruh pemikiran Hamzah Fansuri telah dirasakan sejak dari Aceh hingga ke Sulawesi. Teks-teks Hamzah Fansuri dapat dijumpai dalam Hikayat Siburung Pingai di Bengkulu. Di Seenanjung Tanah Melayu, Riau dan Singapura. Teks-teks puisi Hamzah Fansuri tersebar luas hingga abad ke-19.
Tentu saja perkembangan gagasan Hamzah Fansuri tidak sebanding dengan pengaruh Hegel. Namun cakupan wilayah dan dampak pemikiran yang dihasilkan oleh Hamzah Fansuri, paling tidak hampir sama dengan pengaruh Hegel. Cakupan Hegel adalah Eropa, sedangkan Hamzah Fansuri di Nusantara.
Dari uraian singkat biografi dan pengaruh Hamzah Fansuri dan Hegel, terlihat bahwa kekuatan tasawuf dan filsafat di dalam memberikan dasar-dasar pemikiran. Hamzah Fansuri lahir di Nusantara dan mengembara, hingga dia menjadikan tasawuf dan sastra sebagai pisau bedah di dalam menjelaskan aspek filsafat ilmunya. Sedangkan Hegel yang hidup pada tradisi filsafat jerman yang baru saja mengalami era Pencerahan, mencoba menyambungkan pemikiran filsafat sebelumnya melalui karya-karyanya hingga mempengaruhi pada ahli ilmu sosial, baik pada zamannya maupun pada era sesudahnya
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.academia.edu/10357702/Dari_Hamzah_Fansuri_ke_Hegel_Kajian_Tentang_Akar_Paradigma_Studi_Islam_di_Indonesia