Pada bab ini yang ingin dikaji adalah bagaimana menemukan konsep Kosmologi Aceh dan ini menjadi kajian Kosmologi yang sangat penting untuk di bahas. Acehnologi menggambarkan bahwa suatu masyarakat tidak memiliki pemikiran tentang kosmologi, maka dapat dibayangkan bahwa masyarakat tersebut tidak memiliki suatu fondasi dalam membangun tata pikir kosmik, oleh karena itu kajian tentang kosmologi menjadi begitu penting, karena sebenarnya sangat erat kaitannya dengan studi filsafat.
Untuk lebih mengakrabkan pada kajian kosmologi, penulis menemui beberapa studi mengenai kosmologi, namun demikian kajian kosmologi sebenarnya sangat erat kaitannya dengan studi filsafat, sebagaimana studi tentang kosmologi yang dikemukakan Hegel. Namun penulis belum menemukan kajian khusus mengenai falsafah berpikir Aceh, namun bukan berarti Aceh tidak memiliki pola berfikir falsafah.
Adapun penjelasan mengenai hal kosmologi adalah ia merupakan ilmu yang berhubungan dengan berbagai asal usul alam, hukum dan komponen komponennya. Kosmologi adalah penjelasan tentang bagaimana manusia dan mengapa berjalan diatas bumi dengan memahami alam lantas memahami ilmu pengetahuan. Didalam ajaran islam, kosmologi dijelaskan secara berulang ulang, misalnya kisah penciptaan manusia. Sistem kosmologi islam juga pernah muncul di Aceh, karena islam telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan fondasi kajian berfikir kosmologi.
Jadi kosmologi adalah penjelasan tentang bagaimana manusia dan mengapa berjalan di atas bumi, dengan memahami alam, lantas menjadi pengetahuan, lalu di arahkan sebagai sebuah keyakinan, setelah itu menjadi sistem keyakinan, yang ada pada gilirannya memberikan arahan, hingga dia meninggalkan alam ini.
Sistem kosmologi Islam juga pernah muncul di Aceh, salah satunya adalah kuburan ulama, karena dengan adanya kuburan tersebut memberikan bukti bagaimana sistem kosmologi yang terjadi di Aceh. Tanah dan perbukitan menjadi hal penting bagi masyarakat tradisional , mengapa makam para ulama-ulama Aceh cenderung dikuburkan di atas bukit. Tanah yang tinggi merupakan pusat kosmik, karena gunung di pandang sebagai salah satu pusat energi bumi.
Acehnologi ditulis oleh orang asli sendiri, yang sudah merasakan berbagai hal yang paling menyenangkan di masa lalunya, dan ia juga telah berpergian ke belahan dunia, untuk mencari ilmu dan kemudian kembali lagi ke Aceh. Ada sebuah narasi yang mengatakan bahwa “mencari Tuhan di bayt al-ka’bah dari Barus ke Qudus terlalu payah, akhirnya dapat di dalam rumahnya sendiri” narasi tersebut untuk memperkuat dirinya, maksudnya adalah kita boleh berpergian jauh mencari ilmu, tetapi jangan sampai ‘lupa diri’ , jadi disitu terdapat tradisi bagaimana orang-orang Aceh di masa lalu untuk mencari ilmu kemudian kembali membangun kampung halamannya dan memperkuat identitas, bukan memaksa Aceh menjadi Jawa atau alumni yang ada di timur tengah memaksa Aceh menjadi orang Arab.
Akhirnya Acehnologi dibiarkan berjalan dengan sendirinya, dan di sini telah mengajarkan kita bahwa cara mencintai Aceh dengan cara mengenal Aceh dari pandangan keacehan.
Ada suatu hadits yang artinya adalah “siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya”. Jadi di dalam Acehnologi itu bahwasannya orang Aceh tidak akan mengenal Tuhannya sampai orang Aceh tersebut mengenal dirinya sendiri.
Dan hal yang menjadi akhir dari pembahasan ini adalah, Acehnologi menggambarkan bahwa orang Aceh bisa untuk maju dengan cara mendalami kosmologi yang ada di Aceh, orang Aceh tidak perlu menjadi orang lain untuk maju dan di takuti. Bagian ini menegaskan perlu kiranya dikaji ulang kajian mengenai kosmologi Aceh, karena dalam bab ini hanya dibahas beberapa hal saja mengenai betapa pentingnya mempelajari kosmologi.