Bab ini sedikit akan kita review tentang kebudayaan Aceh. Studi ini mengupas kemampuan manusia Aceh menciptakan, merekayasa, dan mempertahankan sestem kebudayaan yaitu: I(saya), baing(keberadaan), dan action(aksi).
Prasyarat kemampuan orang Aceh didalam membangun kebudayannya adalam turi droe (kenali diri). Adapun prosesnya adalam mengenali “saya’ yang ada pada diri mereka sendiri dengan kata lain, mereka yang menjadi produsen budaya, adalam mereka yang telah mampu menafsirkan keberadaan dirinya di bumi ini.
Disini tampah bahwa ekspresi diri merupakan salah satu bagaimana seseorang menjalani kehidupan dan melakukan proses interaksi sesame manusia. Jadi ketika individu atau kelompok dapan perkiprah dalam kehidupan mereka, maka ini merupakan hakikat jati diri kemanusiaan. Dengan kata lain, manusia yang tidak melakukan ekspresi diri mereka didalam satu ruang dan waktu, maka sebenarnya mereka belum menemukan hakikat kemanusiaan. Akhirnya kehidupan manusia itu berpuncak bagaimana merealisasikan diri, supaya sebagai salah satu bentuk kegunaan semua makhluk di dunia ini diciptakan. Selanjutnya, untuk menggalih kebudayaan Aceh maka tidak dapat dipungkiri kajian sejarah kebudayaan merupakan hal yang mutlak dilakukan. Dari kajian model ini diharapkan akan terus membantu bagaimana kait kelindan kebudayaan Aceh yang telah disebai ratusan tahun. Bias dibangkitkan kembali dalam konteks era modern.
Ada beberapa nah yang harus digaris bawahi. Pertama,didalam tradisi berfikir orang Aceh, telah ditemukan konsep “I”,”being”,”action”, kosep-konsep tersebut paling tidak terlihat dari kata “loen”,”na”, kemudian beberapa konsep lanjutan yang bersifat menggerakkan kehidupan rakyat Aceh. Kedua, pola yang dilakukan oleh pemikir Aceh,ternyata hamper mirip dengan pola yang dilakukan di barat, ketika para filosof mencoba menemukan kekuatan reason didalam menserap daya tersebut terhadap kesadaran diri. Ketiga, perlu dipikirkan kembali system ide-ide dikalangan orang Aceh,khususnya mereka yang memiliki kemampuan untuk berfikir pada tahap melakukan rekayasa sosial. Konteks Acehnology pada prinsipnya ingin terlebih dahulu bekerja pada wilayah spiritual dan fondari metafisika intelektual. Saat akar spiritual dan spiritual di ketemukan maka turunan studi Aceh dapat dijabarkan secara komprehensif. Hal ini disebabkan alam ide dan alam realitas kehidupan tidak dapat dipisahkan karena, pencarian bagaimana ide dan kesedaran masyarakat Aceh adalah suatu yang mutlak untuk diteliti secara seksama.