Assalamu’alaikum warga steemit ... sudah lama tidak saling bertegur sapa yaa !!
Semoga kita selalu diberikan kesahatan amin... dan bukan itu saja semoga warga steemit juga merindukan saya. Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa yang menghuninya, dimana setiap suku memiliki kebudayaan yang berbeda antara satu suku dengan suku yang lain .Tetapi ini tidak menjadi penghambat bagi suku yang ada, untuk hidup secara damai, tentam, dan berdampingan tampa ada rasa diskriminasi di suatu suku. Seperti semboyan yang telah tertanam dalam diri kita yaitu “bineka tunggal ika” yang artinya walaupun berbeda-beda tetep satu jua, dan dari sekin banyak suku di negara ini suku mandailing adalah salah satunya, dan kebetulan saya berasal dari suku mandailing.
Sumber google ( suku mandailing)
Berbicara tentang suku mandailing ada beberapa hal yang mendasar yang harus kita ketahui salah satunya adalah tiga wilayah yang banyak ditempati oleh suku mandailing yaitu di Sumatra utara, Sumbatra barat dan juga Riau. Riau adalah suatu provinsi yang ibu kotanya pekanbaru yang dibagi menjadi beberapa kabupaten dan salah satunya adalah kabupaten rokan hulu. Iya ! kenapa kali ini pembicaran saya mengarah ke kabupaten rokan hulu ? karena saya tumbuh dan dibesar kan didaerah ini, dari masa kanak-kanak sampai menginjak masa remaja. Ketika saya masih dirokan hulu ada beberapa desa yang saya ketahui yang didiami sampai sekarang ini oleh suku mandailing, dan desa tersebut adalah desa langgopan, pawan, menaming, kampug sawah, batang samo, kilometer 2, kilo meter 7, sialang, kaiti 1, kaiti 2, kaiti 3. Seperti yang saya bahas diatas saya berasal dari daerah rokan hulu lebih tepatnya disalah satu kampung yang saya sebutkan tadi yaitu kaiti 3.
Kaiti 3 adalah salah satu kampung yang dihuni oleh suku mandailing, dimana orang-orang didesa ini mayoritas bermarga nasution dikampung ini masyarakat hidup dengan menggunakan bahasa ibunya, dan juga masih mengkuti aturan, norma yang ada disuku mandailing. Didesa kaiti 3 inilah saya bersama adik-adik saya dibesarkan, mayoritas masyarakat dikampung ini bekerja sebagai petani karet, berladang, sawit, dan membuat gula gula aren, didesa ini tidak banyak berbeda pekerjaan antara wanita dan laki-laki saling membatu dalam pekerjaan contohnya dalam mengelolah air nira menjadi gula aren, laki-laki menagmbil air nira dari pohonya dan wanita lah yang memasak air tersebut dirumah sehingga menjadi gula aren, begitu pula dengan karet wanita ikut “manguris” (mengambil air karet dari pohonnya) sampi pada proses pembangkitan (karet yang sudah bisa ditimbang). Banyak hal yang yang perlu saya jelaskan kepada pembaca bahwa suku mandailing itu tidak suka disebut suku Batak alasanya suku mandailing tidak mau disamakan, karena pada umumnya orang batak yang mayoritas kristen mengkomsumsi babi, dimana disuku mandailing mayoritas islam, memakan babi tidak diperboleh kan atau diharamkan, suku mandailing juga memiliki rasa persaudaran yang kuat karena mereka merasa dimanapun menemukan orang yang bersuku mandailing akan menjadi keluarganya, dengan syarat orang tersebut bisa menggunakan bahasa mandailing dan juga mempunyai marga.
Setiap masyarakat mandailing itu memiliki marga masing-masing yang seperti pada umumnya yaitu hasibuan, nasution, daulay, lubis, harahap, siregar, ritoga, rambe,batu bara, dalimute, pulungan dan lainnya. Dan memiliki tutur sendiri kepada marga –marga lainnya ada yang sebagai amang, amang boru,amang menek, amang na poso, aman tobang, anggi, angkang, bayo, bere, iboto, inang, lae ompung pemre, parabean, tulang, anak namboru (yaitu orang yang pas untuk dinikah jika dilihaat dari garis sukunya masing-masing ), dan lainya. Berbicara tentang pernikahan di suku mandailing pada umumnya masyarakat mandailing mempunyai aturan-aturan tertentu dalam hal pernikahan dimana jika seorang adek dikeluarga melangkahi kakanya dan jika calon suami adeknya ini dari kalangan yang mampu kakaknya berhak meminta apa saja yang diinginkan baik, itu benda atau berupa hewan. Serta jika seorang anak dinikahkan maupun dinikahi dari keturunan raja dimarga masing-masing ataupun orang yang sangat berpengaruh dimasyarakat maka akan banyak proses adat yang dilakukan baik itu dari antar pertanda kepada kaum perempuan, acara pesta diawali dengan mambasu dahanon (para gadis dan pemuda pergi mencuci beras kesungai secara bersama-sama ), dilakukannya pesta 3 hari 3 malam dengan iringan musik tradisional (tor-tor naposo nauli bulung, tor-tor namora, tor-tor onang-onang) dengan adanya berbagai tenda dan panggung yang digunakan salah satunya untuk acara yang dialkukan dipanggung yang memiliki anak tangga 17 tangga yang dibuat oleh para pemuda.
Sumber google (tari tor-tor mandailing)
Dan di adat di suku mandailing pernikahan tidak boleh dilakukan apabila sepasang kekasih ini memiliki marga yang sama, karena dianggap mereka masih sedarah walaupun tidak lahir dari ibu atau ayah yang sama, tetapi jika mereka masih ingin melanjutkan pernikahannya maka diantara mereka harus ada yang mengalah untuk keluar dari marganya dan membeli marga yang baru serta juga membeli induk somangnya (bapak dan mamaknya yang baru dimarga yang baru), pembelian marga ini dilakukan dengan harga yang ditentukan oleh para tetua adat dikampung. Seperti yang terjadi baru-baru ini yaitu anak dari bapak jokowi yaitu kahiyang ayu yang menikah dengan seorang laki-laki berdara mandailing bobby nasution, dimana kahiyang ayu menikuti proses pembelian marga supaya kahiyang ini menjadi bagian dari suku mandailing, seperti yang saya jelaskan the last introduce my self bahwa suku mandailing itu mengambil garis keturunan dari ayah ( patrilineal) maka semua kebijakan atau keputusan ada ditangan laki-laki dan wanita yang sudah menikah wajib ikut kerumah untuk ikut dan tinggal dirumah suaminya.
Sumber google
Nice 👍