Keinginan dan Realita Saat Ingin Berwisata

in #actnearn5 years ago

Saat musim liburan tiba yang terpikir oleh kita adalah bertamasya baik bersama keluarga atau bersama teman-teman. Ada yang membuat rencana jauh-jauh hari untuk menuju tempat wisata dengan memesan tiket atau bergabung dengan kelompok tour dan guide. Ada juga yang lebih suka berwisata ala backpacker dengan mengurus semua sendiri dan dengan dana yang seirit mungkin.

IMG_20190817_131749.jpg
Salah satu obyek wisata di Sabang

Sebagian kecil orang lebih senang berwisata dengan tanpa perencanaan, karena bagi mereka membuat rencana yang matang malahan akan membuat rencana tersebut berantakan karena tidak jadi berangkat untuk menuju tempat wisata. Ini biasanya jenis wisata dengan teman-teman. Saya sendiri termasuk orang yang suka tidak membuat perencanaan untuk berwisata. Karena sudah beberapa kali planning yang kami buat bersama teman-teman selalu berakhir dengan kegagalan. Berbagai macam alasan menjadi penyebab kami urung untuk berangkat.

Tiba-tiba ada acara keluarga atau ada orang terdekat yang sakit atau meninggal melupakan alasan yang paling sering kami temui. Bukan kami tidak mau pergi dengan teman-teman yang tersisa, tapi rasa kesetiakawanan menjadi penyebab yang paling kentara diantara kami. Apalagi bila salah satu teman kami ada orang terdekat yang sakit dan di opname atau meninggal dunia. Biasanya kami bahu membahu menghibur dan membantu si kawan tersebut dengan selalu menemani dia di rumah sakit atau di rumah duka.

Pernah suatu kali kami membuat perencanaan yang sangat matang untuk ke Sabang di akhir tahun. Segala persiapan sudah kami lakukan mendekati hari H keberangkatan. Tiket kapal laut dan mobil pick-up pun sudah kami booking di Sabang. Tenda dan perlengkapan memasak sudah kami persiapkan. Karena kami berwisata ala backpacker dengan tidur di bawah tenda. Maklum di akhir tahun biasa di Sabang susah mendapatkan penginapan.

Dua hari menjelang keberangkatan, kami mendapatkan kabar bahwa salah satu orang tua teman kami sudah masuk ICU, saat itu kabar yang kami terima menjelang siang hari dan orang tua teman kami harus di rujuk ke Banda Aceh karena stroke. Kami dengan kendaraan pribadi bersama-sama menuju ibu kota provinsi, dan baru setengah perjalanan kami mendapatkan kabar bahwa orang tuanya sudah meninggal. Innalillahiwainnailaihiraji'un.

Kami langsung memutar arah dan kembali ke kampung halaman untuk menuju rumah duka. Kami sama-sama dengan penduduk setempat melakukan fardhu kifayah terhadap mayat tersebut. Rencana tentang ke Sabang tidak ada yang membahas lagi karena kami semua larut dalam duka.

Itulah cerita kami tentang kegagalan menyusun rencana saat berwisata. Kita hanya bisa merencanakan, tapi Tuhan yang menentukan.

Sort:  

link.Congratulations, your post has been selected by the @tys-project curator to get UPVOTE. Continue to share your content using the #actnearn tag. We are here to support great content creators on the ActnEarn platform. Learn more about @tys-project at this

PicsArt_07-17-03.16.05.png
If you are interested in supporting us, please delegate Steem Power through this link 25, 50, 100, 250, 500, 1,000, 2,500, 5,000, 10,000