TERJADILAH perdebatan yang sangat panjang antara petani dengan sang perambah hutan. Sang perambah beranggapan, tingkah dan perbuatannya melakukan penebangan hutan tidak memberikan dampak apa-apa terhadap kekeringan, apalagi masalah berkurangnya air di persawahan warga.
Waduk TiroSumber
"Itu murni musim kemarau semata-mata, jangan dicampur adukkan antara penebangan hutan dengan kekeringan dipersawahan" ungkap sang perambah.
Sang petani juga tidak mau kalah, Ia berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan bantahan terhadap argumentasi Sang Permambah. "Sudah 40 tahun saya menggeluti dunia persawahan, dan setiap tahun-nya musim kemarau selalu datang. Tapi tidak pernah sesadis kemarau kali ini" bantahan Sang Petani terhadap Perambah
"Kolam pemandian di Mata Ie sudah kering, kata seorang ahli geologi; itu disebabkan oleh tutupan hutan sudah berkurang. Perlu vegetasi (pentupan hutan) kembali, agar curah air hujan kembali meningkat. Bila curah air hujan meningkat dan vegetasinya sudah normal, maka stock air pada musim kemarau tetap stabil dan bisa mengairi persawahan warga dengan lancar" petani tersebut sudah mulai menyerang pada tataran data.
Sang perambahan sudah mulai ling-lung, dan nampak seperti kehabisan kata-kata. Lalu Dia mencoba untuk mencari perlindungan, Tuhan dijadikan sebagai tempat sandaran untuk pembenaran atas kefasikan yang dilakukannya.
"Bukankah hutan itu juga merupakan ciptaan Tuhan yang dimanfaaatkan untuk kemuslihatan umat manusia" Dia berhujjah seakan-akan melakukan perambahan terhadap hutan ada dalil pembenaran dalam agama.
Sambil senyam-senyum sang petani mendekati Sang Perambah dan menepuk dibahunya. Sambil berkata "Jangan berlindung dibalik kebenaran Tuhan untuk melakukan pembenaran terhadap kerusakan yang telah engkau lakukan di muka bumi"
Mendanger penjelasan tersebut, Sang Perambah seperti disambar petir. Memorinya berputar [kebelakang, dan mencoba untuk merekam kembali agenda-agenda perambahan yang sudah pernah dilakukan, yang sedang dilakukan dan yang akan dilakukan ke depan.
Lalu Sang Perambah menelpon anggotanya yang sedang melakukan penebangan. "Hentikan dulu penebangannya, ini ada hal yang perlu dieveluasi terlebih dahulu tentang mekanisme penebangan yang sedang kita lakukan".
"Waduk di tiro juga sudah mengalami kekurangan air. Dalam hitungan detik air berkurang sangat signifikan dan itu akan berdampak kekeringan terhadap lima kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie, yaitu; Tiro, Mutiara Timur, Glumpang Tiga, Glumpang Baro, dan Kecamatan Kembang Tanjong. Tau kenapa sebabnya? Karena hutan di pengunungan Tiro sudah habis dibabat oleh orang-orang macam kalian" luapan kekesalan dari Sang Petani.
Sang perambah tersipu malu dan segara meninggalkan Sang Petani "Maafkan kami yang telah membuat kerusakan di muka bumi, saya akan hentikan semua aktifitas penebangan yang terjadi di gunung Tiro" sambil berlalu . . .
Jagalah kelestarian hutan, harapan anak Bangsa.
sumber, NASC
hiii, salam kenal sobat steem perkenalkan @aridhanuwsp saya dari Jawa Tengah, jangan lupa follow back, & Upvote ya, biar kita saling beruntung, terima kasih