Referensi pihak ketiga
“Masa anak perempuan sukanya main mobil-mobilan?”
“Kok anak laki-laki main boneka, sih?”
Kita pasti sering mendengar orang-orang berkata seperti ini kepada anak-anak. Atau tidak menutup kemungkinan bahwa kita sendiri sering mengatakan hal-hal seperti ini kepada anak-anak. Baik itu anak kita sendiri, keponakan ataupun anak orang lain.
Memang, kata-kata ini kedengarannya sangat sepele. Sebagai orang yang lebih tua, sering kali kita mengotak-kotakkan anak-anak berdasarkan jenis kelaminnya. Anak laki-laki diharuskan bermain dengan mainan yang lebih maskulin sedangkan anak perempuan diwajibkan untuk memainkan permainan yang lebih kental dengan insur feminimnya.
Tapi sadarkah kita bahwa pertanyaan ini begitu kental dengan unsur rasis dan diskriminasi?
Adalah wajar jika setiap orang tua harus mengawasi setiap anak agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang merugikan. Tapi apakah dengan cara terlalu membedakan-bedakan jenis kelamin terhadap hal-hal sepele memang diperlukan?
Karena pada kenyataannya setiap permainan yang dapat dimainkan anak-anak memiliki sisi edukasinya. Anak-anak hanya bisa belajar banyak hal melalui permainan. Dengan bermain boneka, anak laki-laki dapat belajar bagaimana caranya berempati dan bersimpati dengan orang lain. Melalui bermain mobil-mobilan, anak perempuan belajar untuk berimajinasi dan lainnya.
Jika kita terlalu banyak melarang anak-anak melakukan sesuatu maka itu berarti kita menghambat perkembangan mereka. Biarkan mereka mengembangkan diri dengan maksimal, mencoba semua hal sambil tidak lupa membimbing dan mengajarkan mereka tentang segala yang baik dan buruk.
Karena mereka tidak akan tahu jika tidak mencoba, mereka tidak akan mengerti jika kita tidak menjelaskan kepada mereka. Sedangkan keingintahuan mereka begitu besar dan otak mereka sedang berkembang dengan pesat.
Jangan membeda-bedakan anak berdasarkan jenis kelaminnya hanya untuk hal sepele. Jangan ajarkan mereka diskriminasi sejak kecil dan menghambat perkembangan mereka.
Bedakan dengan sewajarnya saja. Beri mereka pengertian bahwa laki-laki dan perempuan itu memang berbeda. Ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh kaum laki-laki dan ada pula yang tidak bisa dilakukan kaum wanita. Itu adalah kenyataan yang harus mereka terima dan kewajiban kitalah yang memberi pengertian kepada mereka. (Vk)