Ramadan adalah bulan yang paling dirindui. Dari jauh-jauh hari seluruh umat Muslim di dunia telah mempersiapkan diri untuk menyambut bulan penuh ampunan dan keberkahan ini. Baik persiapan mental, fisik untuk ibadah, uang untuk baju baru maupun jodoh untuk menemani sahur. Tapi bukan di situ masalahnya.
Tahun ini merupakan kali ketiga aku menjemput keberkahan dalam kesendirian tanpa keluarga. Di tanah rantau pula. Sebab, alasan akademik terus membuatku tak berkutik saat di tanya kapan pulang? Yah, aku Cuma bisa nyengir sambil menjawab “Seminggu sebelum lebaran!” kalau ditanya gini “Galau gak?” gak tau mau jawab apa. Pulang malu, gak pulang rindu.
Kalau jomblo alias sendiri itu gak buat galau sih. Cuma terasa gemas saat bulan puasa. Ya iya! Yang paling setia bangunin sahur ya cuma alarm. Enggak ada suara Ibu yang memanggil dan enggak ada masakan hangat yang menggoyang lidah. Belum lagi kalau siang hari, biasa ada canda tawa dengan adik-adik sembari rebutan remote televisi. Kalau sore ngabuburit bareng Ayah. Beli lupis yang menjadi makanan kesukaan. Biasanya itu adalah upah setelah selesai membantu Ibu cuci piring.
Tumis pucuk jipang Ibu tak terkalahkan dengan ayam geprek sekalipun. Cabai rawit yang di ulek dengan terasi, bersamaan dengan aroma bawang goreng, aroma ikan asinpun mampu membuat air liur meleleh kayak es cincau. Wah, luar biasa nikmat. Apalagi ada cecah (sambal ulek khas gayo). Udahlah, langsung kelar tu masalah nahan lapar seharian.
Ketika berbuka, bukan seberapa enak makanan yang tersaji di depanmu. Tapi, dengan siapa kamu menikmatinya saat itu. Sekalipun nasi campur garam, tambah kecap sedikit lah ya, biar gak asin. Kalau menikmatinya dengan orang-orang terkasih, pasti rasanya bak menikmati kebab Turki. Yah, ini ni, yang buat jomblo merasa tersisih (kayak lagu Rita Sugiarto), sebab tak ada yang menemaninya makan. Ada sih, teman satu kos-san. Kalau lagi tidak ada jadwal buka bareng
doi.
“Buka bersama yuk?” ajakan yang paling di tunggu para jomblo di Ramadan. Setelah setuju, sering ribut masalah paket yang di suguhkan. Ada ni satu tempat makan yang menyuguhkan promo dengan berbagai menu yang sangat tidak menyenangkan untuk para jones alias jomblo ngenes. Ya iyalah, yang di sedikan itu paket mantan, paket gebetan dan paket selingkuh. Hmm.
“Gagal focus sama nama menu” celotehku di group WA.
“Iya, gak ada paket jomblonya.”
“Jomblo kan enggak boleh ikut bubar.”
“Oh ya, kan buka bersama. Bukan buka sendiri.”
“Jomblo enggak dapat penawaran special. Menjadi kawanan yang tersakiti di bulan Ramadan.”
“Sabar, semua akan indah pada waktunya.”
Namun, jangan terus memandang kata “jomblo” itu nasib yang tragis. ada kalanya kesendirian itu di perlukan di bulan yang paling mulia ini. Harusnya, semakin sendiri, semakin dekat dengan Rabbnya. Di saat yang lain sibuk gotong royong di pekarangan rumahnya, kita diberi kesempatan untuk Salat Dhuha dan membaca Alquran lebih leluasa misalnya. Atau tidak, saat yang lain sibuk menonton Tv ria di sore hari sembari menunggu berbuka, kita di berikan kesempatan keliling kota atau membantu sesama. Memberi santunan dan ikut kajian agama.
Harusnya, karena sendiri, kita tidak bosan mencari keramain untuk menguatkan iman. Seperti ikut Tarawih berjamaah dan ikut nimbrung dalam kegiatan pemuda/pemudi hijrah. Mumpung ilmu gratis yang berkualitas masih bertebaran dimana-mana. Kesendirian ini di jadikan moment perbaikan diri. Yakinlah, suatu saat kamu akan merindukan hari ini. Saat belum di sibukkan dengan urusan kerja, ulah pasangan dan urusan dapur.
Oh ya, jomblo yang aku maksud bukanlah mereka yang tidak mendapat pacar dikarenakan tidak laku. Tapi mereka yang tegar dalam kesendirian tanpa keluarga atau pasangan halalnya. Semoga kita masih di pertemukan dengan Ramadan tahun depan dengan cerita yang tak berulang.
Congratulations @apriledensor21! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!