IDN -
Terhitung mulai dari tanggal 11 - 15 Oktober kemarin, acara Gampong Teater Aceh (GTA) dimulai. Tujuan awalnya adalah untuk membangun rasa keakraban antar pegiat seni Teater se-Aceh. Dimaksudkan untuk para instansi pemerintahan yang menganggap seni Teater seperti melacur, dan disini para pegiat Teater se-Aceh menyatakan bahwa mereka itu ada loh, seni itu mahal loh dan mereka itu keakrabannya kuat loh...
Mengapa demikian? pertanyaan itu pasti muncul dibenak kepala kita setelah mendengar opini tadi. Itu semua dibuktikan dengan berlangsungnya acara Gampong Teater tersebut yang memang sama sekali tidak campur tangan dari pemerintahan, tidak sedikit pun uang dinas dicairkan. Mereka berusaha sendiri dan membuktikan bahwa di Aceh seni teater itu lebih besar dengan bukti berhasil hadir 300 orang dari 30 organisasi teater se-Aceh. Dan itu telah berhasil diwujudkan.
Lalu ini ditujukan kepada dinas terkait untuk lebih memperhatikan para pegiat seni, jangan hanya "kongkang" kaki dalam keadaan yang tidak menentu. Jangan hanya menganggarkan uang kemana mana (tidak ada yang tahu uang itu kemana).
Disini juga mereka berhasil membuka forum bincang teater dalam kesempatan yang luar biasa, yang dihadiri oleh banyaknya para pegiat teater di Aceh. Banyak hal yang diperbincangkan, banyak pula hal dikesepakati, serta ada beberapa hal yang harus digerakkan dan memaksa dinas untuk bergeraka, diantaranya adalah masalah Pekan Kebubadayaan Aceh (PKA). Dalam hal ini berkaitan dengan PKA karena untuk kali ini perlombaan teater dihapuskan dalam kategori di PKA, padahal para pegiat seni teater diseluruh Aceh itu masih ada dan berkembang. Untuk hasil perbincangan mereka (Pegiat teater Aceh) sepakat akan mendesak dinas untuk menghasilkan kembali lomba teater di PKA 2018 ini.
Semoga keinginan dan harapan para penggiat teater se-Aceh ini bisa teralokasikan dengan baik dan mendapat respon positif dari pihak pemerintah khususnya Dinas PARBUD. Pihak dinas juga harus mengkaji ulang perihal ini, dikarenakan mereka sudah memperlihatkan bahwa mereka itu ada.
ENG -
Starting from the date of 11 to 15 October yesterday, Gampong Theater Aceh (GTA) began. The initial objective was to build a sense of intimacy among the Acehnese art activists. Intended for government agencies who consider theater art as a prostitute, and here the Aceh Theater advocates declare that they are tablets, the art is expensive and their intimacy is strong.
Why is that? the question must have appeared in our heads after hearing that opinion. That is all evidenced by the ongoing event Gampong Theater is indeed not at all intervene from the government, not the least money the service disbursed. They tried their own and proved that in Aceh the theater arts were bigger with evidence of successfully attending 300 people from 30 theatrical organizations throughout Aceh. And it has been manifested.
Then this is addressed to the relevant departments to pay more attention to the artists, not just "kongkang" feet in a state of uncertainty. Do not just budget money anywhere (no one knows where the money goes).
Here they also managed to open a theater talks forum in an extraordinary opportunity, which was attended by many theater activists in Aceh. Many things are discussed, many things are agreed upon, and there are some things that must be mobilized and forced the service to bergeraka, such as the issue of Aceh Kebubadayaan Week (PKA). In this case related to the PKA because for this time the theater race was abolished in the category in PKA, whereas the artist of the theater arts throughout Aceh is still there and growing. For the results of their conversation (Aceh theater activist) agreed to urge the department to re-produce theater competition in PKA 2018.
Hopefully the wishes and expectations of the Acehnese theater activists can be well allocated and get a positive response from the government, especially the Office of PARBUD. Officials should also review this subject, as they already show that they exist.
follow me @mastom
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA
TETAP SEMANGAT DAN JANGAN LUPA BAHAGIA
Sepertinya ini baru pertama muncul teater selai memperingati hari besar diaceh. Saya berharap teater ini diteruskan dan mencerikan kupasan tentang aceh sampai selesai melalui kontes supaya lebih banyak tayang dan yang terbaik ditampilkan setiap hari minggu. Sekedar saran, semoga
semoga kak @hidayani ... harapan kami juga sekiranya seperti itu
👍👍👍👍