Budaya Sastra dan Minangkabau
Soal :
- Minangkabau dalam sejarah Tambo ?
- Makna Lambang Marawa ?
- Macam-macam Rantau ?
Jawaban : - Minangkabau dalam sejarah Tambo ?
Tambo Minangkabau adalah karya sastra sejarah dalam kisah legenda-legenda berkaitan asal-usul suku bangsa,negri dan tradisi dan alam Minangkabau. Tambo berasal dari bahasa Sanskerta, tambay yang artinya bermula. Dalam tradisi masyarakat Minangkabau, tambo merupakan suatu warisan turun-temurun yang disampaikan secara lisan.
Tambo minangkabau pertama kali dibuat berbentuk tulisan melayu ,beraksra arab namun berbahasa melayu. Pada awal abad ke-20 tambo di tulis dalam bahasa latin dan isinya mulai dibandingkan dengan fakta sejarah. Tambo di Minangkabau yang berhasil ditemukan ada 83 naskah yang menceritakan adat,undang-undang dll.
Asal usul Minangkabau menurut Tambo:
Dalam pertempuran, anak kerbau yang mengira kerbau besar tersebut adalah induknya, berlari mencari susu dibagia perut kerbau lawan, sementara di tanduk kerbau yang kecil tadi telah dipasang semacam pisau, lantas perut kerbau besar tersebut robek.Dari Kemenangan adu kerbau terinspirasi kata-kata "Manang kabau" (artinya menang kerbau). Hal ini juga terkait dengan tatanan budaya bangunan rumah adat Minangkabau yang bercirikan tanduk kerbau. - Makna Lambang Marawa ?
Marawa dengan tiga warnanya melambangkan tiga hal :
a) Tiga wilayah adat Minangkabau
Tiga wilayah adat ini maksudnya adalah tiga daerah di Minangkabau yang di yakini asal nenek moyang Minangkabau. Sehingga ketika dilakukan pengembangan ke daerah lainnya maka disebutlah sebagai daerah rantau. Makna dalam marawa tersebut terhadap tiga daerah yaitu :
Warna kuning, melambangkan Luhak Nan Tuo (Luhak yang Tua, yaitu daerah Tanah Datar)
Warna merah, melambangkan Luhak Nan Tangah (Luhak yang Tengah, daerah Agam)
Warna hitam, melambangkan Luhak nan Bungsu (Luhak yang Bungsu, yaitu daerah 50 Kota)
b) Tiga kekuatan masyarakat Minangkabau
Tiga kekuatan masyarakat Minangkabau masih berhubungan dengan tiga wilayah adat tersebut, yang mana artinya adalah sebagai berikut :
Warna kuning, melambangkan pengaruh yang tinggi dan berwibawa karena kecerdasan
Warna hitam, melambangkan kerelaan dan kesabaran dalam berusaha (Luhak nan bungsu)
c) Tiga pola kepemimpinan Minangkabau
Makna yang terakhir dari marawa ini ialah tiga pola kepemimpinan di Minangkabau yang di sebut “Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin“, terdiri dari Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai.
Tungku tigo sajarangan, maksudnya ketika memasak diperlukan tiga buah batu sebagai tungku untuk mengokohkan tempat kuali atau periuk. Begitu juga dengan kepemimpinan di minangkabau, ketiganya sebagai pilar penyangga masyarakat Minangkabau. Jika salah satunya hilang, maka akan terjadi kesenjangan.
Tali Tigo Sapilin diibaratkan tiga utas tali yang dipilin menjadi satu,sehingga menjadi kuat. Tali Tigo Sapilin adalah tamsil pedoman ketiga kepemimpinan masyarakat, antara lain aturan adat, agama dan undang-undang.
Niniak mamak adalah penghulu adat di dalam kaumnya.
Alim ulama adalah orang yang memiliki ilmu agama yang akan membibing masyarakat mengenai agama.
Cadiak pandai adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan dapat menyelesaikan masalah dengan cerdik serta menguasai undang-undang. Sehingga sebagai tempat bertanya bagi masyarakat dan pendamping bagi Niniak mamak dan Alim ulama.
Marawa ini terdiri dari dua macam perpaduan warna: Pertama, perpaduan empat warna yaitu; hitam, kuning, merah dan putih, disebut Marawa Kebesaran Adat Minangkabau. Kedua, tiga warna yaitu; hitam, kuning dan merah, disebut Marawa Kebesaran Alam Minangkabau.
Marawa merupakan lambang atau pencerminan wilayah Adat Luhak Nan Tigo.
a. Warna kuning, melambangkan Luhak Tanah datar ( aianyo janiah, ikannyo jinak dan buminya dingin).
b. Warna merah melambangkan Luhak Agam (airnyo karuah, ikannya lia dan buminya hangat) dan
c. Sedangkan warna hitam melambangkan Luhak Limopuluah Koto ( aianyo manih, ikannyo banyak dan buminyo tawar).
- Macam-macam Rantau ?
Rantau adalah daerah diluar negeri sendiri atau tanah tempat mencari kehidupan. Rantau minangkabau adalah daerah luar dari “luhak nan tigo” yang merupakan daerah awal mereka menjalani hidup dan kehidupan.
Merantau adalah pergi ke negeri orang lain untuk mencari penghidupan. Pada hakikatnya merantau tersebut adalah mencari penghidupan, tetapi ada juga yang mengembangkan kebudayaan diperantauan. Setiap luhak memiliki daerah perantauannya masing-masing
RANTAU LUHAK TANAH DATAR
Rantau luhak tanah datar mengarah ke barat dan tenggara. Sebagian sampai ke provinsi jambi sekarang. Didaerah tersebut hingga sekarang masih memakai kebudayaan minangkabau. Semua segi kehidupan masih terpengaruhi oleh kebudayaan adat minangkabau.
Rantau luhak tanah datar itu meliputi daerah sahiliran sungai batanghari yang disebut dengan rantau batanghari dan pucuak jambi sambilan lurah. Selain itu juga disebut rantau kuantan, yakitu nagari-nagari sepanjang batang kuantan, atau disebut juga dengan rantau kurang aso duo puluah. Nagari tersebut terdiri atas lima kelompok : empat koto dihulu, lima koto dimudiak, tigo koto lubuak ramo, tiga koto di tangah, empat koto di hilia.
Nagari-nagari yang termasuk kedalam kelompok itu adalah lubuak ambacang, lubuak jambi, gunuang koto , benai, pangian, basra, sitanjua, kopa, talua ingin, inuman, surantiah, taluak rayo, simpang kulayang, aia molek, pasia ringgit, kuantan, talang mamak, dan kualo enok.
Selain daerah tersebut, daerah rantau lainnya yaitu : rantau pasisia panjang disebut juga rantau banda X. Daerahnya yaitu batang kapeh,kuok, surantiah, ampiang perak, kambang, lakitan, punggasan, aia haji, painan banda salido, tarusan, tapan, lunang, silaut, dan indro puro.
Selain daerah tersebut, daerah lainnya yaitu ujuang darek kapalo rantau yaitu daerah perbatasan antara daerah rantau dengan luhak. Daerah tersebut yaitu anduring kayu tanam, guguak kapalo hilalang, sicincin, toboh pakandangan, 2x11 enam lingkuang dan VII koto sungai sariak.
Ada juga sebagian pendapat yang menyebutkan bahwa daerah rantau tanah datar yang lain adalah kubuang tiga belas, muaro labuah, kurinci, dan sepanjang pantai antara padang dengan indro pura. Berdasarkan penjelasan diatas daerah rantau luhak tanah datar lumayan luas. Hal ini menjadikan daerah minangkabau bertambah luas. Penduduk yang menyebar dan menetap didaerah diluar luhak nan tigo mencoba mengembangkan budaya minangkabau dan akhirnya daerah tersebut memakai adat minangkabau secara menyeluruh.
RANTAU LUHAK AGAM
Berbeda dengan luhak tanah datar, luhak agam menyebar ke arah utara dan kearah barat. Keutara sampai ke perbatasan sumatera utara sekarang. Ke barat sampai ke daerah pantai barat lautan hindia sepanjang sumatera barat sekarang. Seperti halnya luhak tanah datar, penduduk luhak agam merantau juga karena ingin mencari penghidupan yang lebih layak. Mereka pergi merantau untuk berusaha di daerah-daerah perantauan tersebut seperti bertani, bercocok tanam berladang dan usaha-usaha lainnya hingga mereka tinggal selama di daerah tersebut. Mereka mengembangkan adat minangkabau di daerah tersebut.
Rantau agam di sepanjang pantai samudera hindia, mulai dari pantai air bangis sampai ke pantai tiku pariaman. Sedangkan daerah pedalaman meliputi psaman barat, pasaman timur, panti, rao, lubuak sikaping, dan daerah-daerah sekitarnya. Di samping daerah rantau, luhak agam juga memiliki daerah ujung darek kapalo rantau, yaitu daerah antara rantau dengan luhak. Daerah-daerah itu meliputi palembayan, silaras air. Lubuak basuang, kampuang pinang, simpang ampek, sungai garinggiang, lembah bawan, tigo koto, garagahan, dan manggopoh.
Pada dasarnya, daerah rantau luhak agam meliputi seluruh daerah kabupaten pasaman sekarang dan sebagian wilayah kabupaten padang pariaman sekarang.Dibandingkan dengan daerah rantau luhak tanah datar, ternyata nagarinya lebih sedikit, akan tetapi jika dilihat didalam peta wilayahnya lumayan luas. Jadi nagarinya tidak atau belum berkembang secara pesat, tetapi wilayahnya sangat luas.
RANTAU LUHAK “LIMO PULUAH KOTO”
Luhak limo puluah koto adalah “luhak nan bungsu”. Sama halnya dengan kedua luhak yang lain, luhak agam juga memiliki daerah perantauan sendiri. Tujuan mereka merantau pun sama dengan luhak yang lainnya yaitu mencari penghidupan yang lebih layak. Sambil merantau mereka juga mengembangkan adat dan budaya didaerah perantauan tersebut. Akhirnya daerah perantauan tersebut juga menjadi daerah minangkabau.
Rantau luhak limo puluah koto ternyata juga sangat luas. Wilayah rantaunya juga memasuki daerah provinsi riau sekarang. Daerah riau yang termasuk rantau luhak ini adalah daratan riau. Daerah tersebut adalah rantau kampar kanan dan rantau kampar kiri.Daerah-daerah yang termasuk ke wilayah rantau tersebut antara lain adalah manggilang jo tanjuang balik, pangkalan jo koto alam, gunuang malintang, muaro paeti, tanjuang baringin, sampai ka rokan pandalian, singingi gunuang sailan, kuntu jo lipek kain, ludai jo ujung bukik, sanggan jo tanjuang, gunuang bungsu muaro takui, pongkai jo binamang, tanjuang abai jo pulau gadang, baluang koto satangkai, tigo baleh jo lubuak aguang, limo koto kampar kuok jo salo, bangkinang jo rumbio, aia tirih, taratak buluah, pangkalan indawang, pangkalan kapeh, pangkalan sarai, jo koto laweh.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://diam1000bahasa.blogspot.com/2010/08/sebenarnya-hal-ini-udah-lama-saya.html