Ketika mata saya menangkap kata "doodle" atau kebetulan disentil dalam obrolan, dimana dan kapan saja, doodle menyeret ingatan saya pada gambar di laman Google. Apesnya, setelah beberapa tahun akrab dengan google, baru kemudian saya tahu, gambar kreatif dan unik, yang saban hari berganti visual itu di sebut Doodle.
Saya kira, Doodle hanya istilah mutlak untuk menyebut gambar kreatif di laman Google. Ternyata merujuk pada sejarah, Doodle sudah duluan digunakan leluhur purba untuk mengupdate status di dinding-dinding lubang besar, tempat mereka berteduh.
Secara pribadi, doodle, pertama kali saya lihat di buku-buku tulis catatan sekolah si Fauzan, abang kandung saya sendiri. Halaman belakang bukunya banyak terisi coretan gambar beragam, ada yang saya pahami, ada juga yang membuat saya bingung, namun diam-diam saya mengapresiasi bakat seninya. Tentu, saya tidak tahu coretan asal-asalan itu rupanya disebut Doodle.
(Tunggu dulu. Jika anda kebetulan kenal dengan si Fauzan Yusuf itu, tolong jangan beri tahu tulisan ini. Kami masih sulit dan enggan mengakui satu sama lain, ini memang sifat batiniah House Yusuf of Dusun T Cut Ali. Hitung-hitung untuk mendukung kehormatan saya di depan dia, juga untuk menyelamatkan kesehatan mata anda dari raut jelek muka cengengesan dia, yang saya jamin seratus persen akan muncul jika dia baca tulisan ini. Janji ya?)
Oke. Agak geli saya membayangkan si Fauzan Yusuf yang belakangan ganti identitas menjadi Fauzan Matang, bakal melambung jika tahu adanya tulisan ini. Tapi saya tak khawatir, kita sudah berjanji. Mari banting setir ke doodle. Saya akui coretan gambar di catatan si Fauzan, yang kini jadi petani kopi di Gayo, sedikit banyaknya menjadi inspirasi saya, untuk kemudian menjadi praktik menyenangkan mengelabui bosan dalam kelas.
Sejauh yang saya baca-baca, secara singkat, kata Doodle pertama sekali muncul ke permukaan pada abad tujuh belas yang artinya 'bodoh', disinyalir berasal dari negara yang pernah dinahkodai Hitler. Kata Doodle kemudian berkembang secara 'otodidak' menjadi sebutan untuk gambar coretan yang tidak punya bentuk pasti, tapi punya pola yang unik dan beragam.
Menariknya, Doodle merupakan pelampiasan kala jenuh, yang paling banter dapat saya lakukan hanya bermodal sebatang alat tulis dan sehelai kertas. Sebenarnya saya berharap mampu menggambar bentuk-bentuk pasti semacam melukis di kanvas atau menggambar kartun seperti kerjaannya ilustrator. Apa lacur, menggambar kodok saja saya harus melihat gambar contekan.
Lewat Doodle, setidaknya saya dapat menyeret imajinasi menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan, seperti yang di tulis @mariska.lubis dalam salah satu postingannya "Let's Doodling Doodle!." Saya kerap menggelar tikar, menyimak postingan perempuan penyuka seni itu, tentang Doodle. Ulasannya mengena, mudah sekali dipahami, Entah bagaimana, mendorong tangan saya untuk segera menerjemahkan ide dari pikiran ke dalam sebuah Doodle.
Doodle pertama saya coret agak serius, selesai setelah meminjam alat tulis Sharpie, jenis Fine Point. Goresan garis agak tebal di atas kertas HVS A4. Biasanya saya suka mencoret asal-asalan. Pada suatu sore agak mendung di Bivak Emperom, lewat coretan saya mengundang perihal penggunaan gawai pintar yang tidak hanya dijadikan alat hiburan kala sepi atau asik sendiri kala ramai. Lebih dari itu gawai pintar berpotensi mengisi ceruk pengetahuan dan juga menebalkan kantong-kantong kempis. Sepertinya sih begitu, tapi entahlah.
Lazimnya, proses berkarya melewati ruang dapur sebelum dihidang, begitu juga dengan Doodle. Saya kerap kesulitan memulai, bingung menentukan ide bejibun yang terkurung di lorong gelap dalam pikiran, berloncatan ingin keluar. Saya kira, salah satu cara melepasnya dengan kepuasan batin adalah segera mengambil pena, lantas mencoret tanpa pikir panjang.
Doodling saja, soal hasil akhir, saya kira persetan itu, setiap Doodle punya nilai seni dari pola dan bentuk keunikan masing-masing. Ada yang membuat orang terkagum-kagum, ada juga yang membuat orang buru-buru ke apotik beli obat pusing. Hah, memang ada?
Kece guree
Meuka ta ceu-ceu laju, haha
Ha-ha-ha... kupeugah bak si Fauzan unteuk beh. Geuthat na teuh
Payah neu lapor beu bagah nyan. That brat ikheuen keu aduen ih. Hahahaha
That geupap, bek neupeugah hai bah diteupeu keudro ih. Nyo dibalah kheun niyu peugeut steemit. Hahaha
it's not english language, so difficult for m
I am so sorry @songsina, i can't write english. Thanks for visit my post.
Ah asyik! Senang banget ada yang doodle lagi. Bukan soal bagaimana hasilnya, yang penting untuk bantu diri sendiri menyeimbangkan otak kiri dan kanan serta fokus saja, kok... Doodling do (kayak suara ayam berkokok).
Belajar fokus pada suara ayam, boleh juga. Hehe
Hahahahaha.... Guree memang paling bisa mengecoh!
This post has received a 6.45 % upvote from @upgoater thanks to: @zeds.
baguuus....tp mungkin sebaiknya juga dilampirkan beberapa screenshot pembuatannya....
Menarik juga ya, bakal dicoba pada Doodling selanjutnya. Thanks.