Katanya negeri syariat Islam tapi persis negeri 1001 malam negerinya Saddam dibawah kendali Paman Sam. Memang sangatlah benar, kita selalu bertanya dalam hati kenapa Negeri kita seperti ini, mungkin rezimnya pemerintah atau rakyat memang tidak peduli syariat Islam ini, jika memang benar seperti ini siapa pedulikan Negeri ini lagi, bila kita ingin menyalahkan tidak tau siapa lagi karena rakyat dan pemerintah sudah diri sendiri.
Politik
Para elit politik obral janji segala macam tebar pesona jual citra tergodanya rakyat awam. Sungguh elok segala ucapan tebar pesona para elit kaum politis lewat visi dan misinya terpublikasikan melalui Iklan-iklan poster atau baliho terpancang dan terpampang dibelahan negri ini pada Sudut-sudut kota di anggap strategis dan pas menurut mereka agar publik melihat nyaris terdengar. itu dilakukan kompanye media informasi dan komunikasi juga menelan biaya operasional harganya sangat lumayan besar.
Itu di lakukan sengaja atau tidak jelas secara Islam telah berlebihan sangat eforia justru malah dilarang, seandainya uang biaya iklan sebesar itu apa salahnya disuit untuk biaya sosial saja santunan anak yatim dan fakir miskin setidaknya bila tidak menangpun pihak calon pahalanya mengalir padanya misalnya seperti itu. Tapi kenyataannya selama ini tidak seperti itu dilihat dari pohon hasil semuanya semu tanpa bukti setelah semua itu tercapai rakyat dijadikan sebagai rakit setelah sampai tujuan rakitpun tertinggal hanyut hilang entah kemana tanpa arti lagi.
Bila dilihat dari awal pilotik Order Baru 35 tahun berkuasa dinegeri ini diprakarsai oleh dominan partai GOLKAR, telah gagal membawa politik ini ke arah jurang kehancuran paling dalam. Dimana kini lahirnya berbagai jenis partai tidak lebih hanya melanjutkan keterpurukan yang telah dilakukan oleh GOLKAR tempo dulu telah mendarah daging melekat dalam jiwa prilaku rakyat Indonesia sampai ke Aceh sekalipun. Ini telah merebak kepada sisi Birokrasi korup dan prilaku tindakan kebajikannya terbias kepenjuru publik lainnya. Lihatlah para pengelola negara sekarang prilakunya tidak jauh beda pada masa Order Baru, bukankah mereka sekarang melanjutkan pola nenek moyang Soeharto dulu dimana mereka sebagai cucunya generasi penurus masa kini. Indikatornya korupsi sekarang jauh lebih halus dan canggih dari pada Soeharto dulu dan secara terang-terangan, kita lihat dimedia masa tersorot tapi tetap tumbuh subur tanpa henti, atau dengan kata lain diera reformasi hanya menjatuhkan simbul Order Barunya yaitu Soeharto sementara sekarang dilanjutkan pola tersebut oleh Soeharto-soeharto kecil lainnya tidak kalah dengan nenek moyangnya Soeharto dulu. Konkriknya partai tumbuh sekarang hanya bajunya saja beda tapi isi bungkusan didalamnya tetap model lama dipoles lebih cantik lagi sama tapi tak serupa atau sebaliknya tewarisi saat ini.
Reformasi juga telah gagal menyelamatkan republik ini dan telah gagal visi dan misinya tercecer dipersimpangan jalan kenapa hal ini bisa terjadi, jawabannya sangatlah sederhana karena reformasi pun di bonceng oleh pola dedengkot Order Baru telah tertitil sejak lama didalam prilaku tokoh reformasi itu sendiri hanya saja kita tidak sadar tentang hal itu dan tidak tau sejauh itu juga terasuki dalam jiwa Tokoh-tokoh masyarakat sekalipun dewasa ini telah tersembunyi di balik partai selain GOLKAR muncul hari ini.
Para pemain elit politik hari ini telah gagal membawa perubahan kearah yang baik terhadap republik ini baik perubahan dirinya atau kepada publik lainnya. Zaman telah berubah sangat cepat tapi sistem negara masih sangat lambat tetap pola Order Baru partai di era reformasi telah banyak tapi didalam jiwa tubuh pelakunya tetap GOLKAR. Republik ini sangat kaya dan indah tapi rakyatnya tetap miskin dan sistem Negaranya tetap terpuruk, Negara ini menganut sistem demokrasi tapi pola negara tetap bergaya Otoriter, Negara ini walau presiden nya berangkat dari sipil tetap kekuasaan tertinggi dikendalikan oleh Militer. Sama seperti di Aceh walaupun pernah ada organisasi GAM (Gerakan Aceh Merdeka) konon sekarang beralih ke KPA atau partai PA, tapi prilaku mereka tetap bergaya militer RI karena mereka juga belajar dari pola TNI juga sama-sama menakutkan rakyatnya sendiri itu telah menjadi tradisi tak bisa di hilangkan dengan mudah dalam tindakan kehidupannya Sehari-hari.
Bilamana dunia ingin damai, hanya Pancasila yang dapat dijadikan konsepsi. Bukan konsepsi yang lain seperti kolonialisme dan imperialisme beserta turunannya yang sudah usang, serta terus membuat kerusakan di muka bumi selama berabad-abad. (Ir. Soekarno).
Saat ini Indonesia adalah negara yang demokratis di mata dunia. Jika dihadapkan dengan berbagai fenomena keagamaan, politik dan kemiskinan yang terhampar di berbagai media masa, tampaknya pelaksanaan demokrasi negeri ini bukannya sedang menuju pematangan, melainkan sedang mengalami kerapuhan.
Pada tahun-tahun belakangan ini banyak sekali pengangguran dan gembel-gembel berkeliaran di negara ini, akibat kacau sistem politik di Indonesia dalam pemerintahannya, dan korupsi belum dapat diberantas sampai pada akarnya. Yang mereka pikirkan hanyalah uang uang dan uang. Hanya memikirkan kepentingan diri mereka sendiri. Dengan enaknya mereka menikmati uang hasil korupsi tapi masih banyak orang yang membutuhkan dari pada mereka. Padahal dirinya sudah kaya, tapi tetap saja menimbun harta untuk diri mereka sendiri. Tanpa memikirkan kesejahteraan orang banyak. Kejam memang?
Politik di Indonesia ini hanyalah seni pemerintah yang telah berubah menjadi pertarungan harga mati. Politik, tidak lagi ditempatkan untuk kesejahteraan rakyat secara kolektif, melainkan hanya sebagai era pertarungan yang tiada habisnya. Karena realitas menunjukkan bahwa politik di negara ini sudah sangat kentara dengan praktek politik yang tak beretika.
Mungkin permasalahan politik ini merupakan permasalahan yang signifikan yang solusinya tidak akan bisa kita temukan secara spontan, tapi perlu adanya pengkajian dan analisa yang lebih mendalam dan radikal dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Kita tau bahwa negara ini penuh dengan penguasa yang selalu haus dengan kekuasaan, penguasa yang selalu mengatas namakan rakyat tapi rakyat yang selalu di jadikan korban, penguasa yang tidak pernah kenyang harta dan wanita, tidak jarang rakyat selalu merintih, tapi apa daya, rakyat tidak bisa apa-apa, mereka selalu bersolek di ketiak undang-undang yang mereka buat, bukan untuk melindungi kami, tapi untuk pengamanan mereka sendiri.
Pribahasa mengatakan “Politisi dan popok (pempers) bayi harus sering diganti dan keduanya dilakukan karena alasan yang sama” ~José Maria de Eça de Queiroz,
Melalui tulisan ini, saya tidak bermaksud men-judge negatif para politisi negara kita secara keseluruhan, karena saya tidak mempunyai landasan yang normatif dan tidak mempunyai hak untuk melakukan hal itu. Namun, di sini saya mencoba menuangkan kritikan saya terhadap politisi atau pelaku politik di negara kita. Menurut saya bila potik ini dari zaman dulu sampai sekarang masih sama seperti ini, bubarkan saja sistem pemerintahan Demokrasi dan hapuskan semua Partai-partai baik nasional maupun lokal. Jalan keluarnya ubah sistem demokrasi menjadi Syura (musyawarah)mengikuti politik-politik masa kejayaan Islam dulu.
By: Mirza Almuntazar
bek panyang that neutumuleh, han abeh tabaca :D
Hehehe
Article Tugas final harus 1000 kata