Menjelang sore, biasanya lorong-lorong di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats mulai sepi. Tak ada lagi penjenguk, hanya beberapa perawat dan dokter berjalan santai di lorong.
Tapi sore itu, Jumat (9/2), satu-dua tapak kaki terdengar sayup di ujung lorong. Kami, Tim ACTNews mendekat. Seorang bocah bercelana kuning berjalan melangkah pelan. Langkahnya gontai, seperti pincang, namun bukan karena sakit di kakinya. Perut bocah bercelana kuning itu membuncit sehingga menyulitkannya berjalan.
Dari kejauhan kami menyimak tingkahnya. Perutnya besar, tapi lengan tangannya tipis, hanya tulang berbungkus kulit.
“Namanya Bernabas. Umurnya tiga tahun. Bernabas diagnosis gizi buruk. Kakak dan adiknya juga dirawat karena gizi buruk dan komplikasi batuk,” kata seorang perawat yang tak ingin disebutkan identitasnya.
Bernabas kemudian menangis kencang. Selagi menangis, ia melepas celana kuningnya, ngambek. Penyebabnya, ada bocah lain yang juga sedang dalam perawatan mengambil biskuit yang sedang ia makan. Mama Bernabas bergerak mendekat, menggendong putranya dan mendudukkan Bernabas dengan dua saudaranya yang lain. Dua saudara kandung Bernabas itu bernama Mario (adik Bernabas) dan Prisqila (kakak Bernabas).
Tiga bocah itu saudara kandung, dan tiga-tiganya didiagnosis gizi buruk.
Selengkapnya -> https://act.id/…/tiga-dari-enam-anak-mama-yohana-terkapar-k…
Klik tombol "Whatsapp" di page Aksi Cepat Tanggap untuk menghubungi tim ACT yang siap menjadi jembatan kepedulian Sahabat untuk saudara-saudara kita di Asmat.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://act.id/news/detail/tiga-dari-enam-anak-mama-yohana-terkapar-karena-gizi-buruk