langkah merangkak begitu senyap
asaku menguap, terhapus lalu-lalang tangis yang menolak henti barang sejenak
dan di antara rintik rindu yang berkeretap
aku menemukanmu
dalam genggam harap yang telah menjadi retak
dalam detak waktu yang melaju begitu pesat
ku melihat kau, seperti bersiap
menolak ‘tuk kembali, dan
berlalu meninggalkan jejak-jejak rindu,
yang masih menetap pada ruang tengkorak
meski sesekali ia mengawang-awang
dan bergejolak
selimut langit telah diturunkan
mentari mengalah pada gugusan awan yang menghadirkan jingga
pada tepi cakrawala
mengantar resah doa-doa kembali pada ranjang raya
memulangkan segala kenang tetap terlelap di dalam jiwa
tentang segala rasa,
yang masih tertinggal pada tiap jengkal semesta
berputar dalam hingar bingar celoteh sang camar
bersama awan-awan pengiring ia menujumu; meski terlihat samar
menyampaikan bergumpal riuh tanya
akankah ia kembali pada pelukmu, yang pernah menjadi rumah? @mariogomez