"Kami tidak pernah memegang laptop dan komputer, bagaimana kami bisa belajar menulis seperti wartawan?"
Itulah hal pertama yang dilontarkan masyarakat di Pidie Jaya ketika saya dan @isnorman didapuk memberi materi pelatihan menulis untuk anggota Ruang Belajar Masyarakat (RBM) PNPM Pidie Jaya tahun 2015 silam. Persoalan serupa juga kami hadapi ketika melatih masyarakat di Aceh Besar dan Aceh Barat agar mampu menulis berita.
Penulis berpengalaman sekali pun pasti akan shock berat menghadapi kenyataan begini, apalagi bagi kami berdua yang kemampuan menulis baru seujung kuku. Untuk beberapa saat kami terdiam dan menjadi malu sendiri. Ya, kami yang datang dengan percaya diri dan sudah menyiapkan sejumlah bahan presentasi, tentu seketika lemas dan ciut nyali. Bayangkan, rumit dan mendasarnya masalah yang kami hadapi sebagai seorang pelatih.
Kejadian itu memang sudah lama berlalu. Namun, hingga kini terus saja terngiang di pikiran saya. Materi pelatihan tentang menulis yang sudah kami siapkan, dengan bahasa sangat sederhana dan mudah dipahami, terpaksa harus kami sesuaikan lagi dengan kondisi yang ada. Bahkan kami pun harus berpikir keras bagaimana cara termudah mengajak masyarakat yang tidak pernah bersentuhan dengan komputer tersebut belajar menulis dengan tidak menambah beban mereka.
Dalam sekejap saja saya dan @isnorman menemukan solusinya. Kami sampaikan bahwa menulis itu semudah mengetik pesan singkat menggunakan Hp. Bedanya, hanya pada fasilitas yang digunakan. Fasilitas tidak pernah menjadi halangan bagi seseorang dalam menulis. Bahkan, belakangan, banyak orang menulis menggunakan handphone. Puthut EA, sang penjaga gawang Mojok.co mengaku tidak pernah lagi menulis menggunakan laptop atau komputer. Beberapa judul buku yang dihasilkannya ditulis menggunakan handphone.
Sebagai informasi, tahun 2015, saya dan Iskandar Norman (@isnorman) diundang oleh PNPM Regional 1 Aceh untuk memberi pelatihan menulis kepada masyarakat yang tergabung dalam Ruang Belajar Masyarakat (RBM) di Pidie, Pidie Jaya, Aceh Besar dan Aceh Barat. Masing-masing RBM ini berencana menerbitkan sebuah media dalam bentuk Tabloid sebagai medium penyebaran informasi.
Rencana penerbitan media tersebut diinisiasi oleh manajer media dan komunikasi PNPM Regional 1 Aceh, Jalaluddin. Tabloid tersebut nantinya diharapkan menjadi sarana penyebaran informasi positif yang ada di masyarakat agar diketahui khalayak yang lebih luas, juga sebagai medium untuk menyebarluaskan praktik yang baik yang di ada lingkungan masyarakat setempat.
Saya terbiasa memberikan pelatihan kepada mahasiswa atau calon wartawan yang memiliki background menulis. Melatih dan mendidik kelompok jenis ini tentu saja tidak sulit. Mereka sudah memiliki pengetahuan dasar dan sudah terbiasa menulis, minimal menulis untuk blog pribadi, menulis artikel di media maupun media online. Kepada mereka, kita hanya perlu memberi arahan, motivasi dan trik sederhana yang jarang mereka perhatikan saat menulis.
Namun, mendidik dan melatih masyarakat yang sama sekali tidak memiliki background menulis dan bahkan dalam hidup sehari-hari mereka pun tidak pernah bersentuhan dengan dunia menulis, tantangannya tentu berbeda. Sudah bisa kita bayangkan betapa sukarnya mengajak mereka menulis. Kami menganggap hal itu sebagai sebuah tantangan, dan tak bisa memandangnya sebagai masalah kecil. Mereka rata-rata adalah petani, pekerja kebun dan pekerja tambak.
Mereka terbiasa memegang cangkul, parang atau golok dan jala ikan. Usia mereka pun rata-rata 35-40 tahun. Masyarakat dengan usia begitu tentu saja tidak mudah menyerap materi tentang menulis, apalagi jika berisi teori super-berat. Awalnya, kami sempat kesulitan, dan tidak tahu harus memulai dari mana. Beruntung, kami mengerti sedikit bagaimana cara memotivasi orang, dan metode itulah yang kami praktekkan.
Setelah memberi sedikit materi menulis yang paling dasar seperti 5w1h (what, who, whe, where, why dan how), barulah kami mengajak mereka menulis cerita kehidupan sehari-hari, dengan menerapkan unsur 5w1h tadi. Hasilnya, di luar prediksi kami dan para panitia. Mereka begitu lancar menulis, dan sukses menerapkan unsur 5w1h dalam tulisan yang mereka tulis. Memang, tulisan mereka itu tidak sebagus tulisan para wartawan yang memang pekerjaan sehari-harinya menyusun kata-kata. Tulisan mereka ini tidak jelas di mana letak koma dan titik, dan kalimatnya sering sangat panjang. Kami bahkan sampai kehabisan nafas saat membacanya. Namun, satu hal yang membanggakan, pesan yang ingin mereka sampaikan melalui tulisan tersampaikan.
Tiga hari, kami membimbing mereka menulis, memberi masukan dan bahkan mendampingi mereka saat meliput di lapangan. Banyak cerita lucu yang mereka bawa pulang seusai meliput: ada yang ditertawakan masyarakat lain, ada yang diberi makan dan ditawari uang setelah wawancara, bahkan ada juga yang tidak dilayani saat wawancara karena dianggap mereka hanya wartawan pura-pura. Namun, ada satu hal yang patut dicatat bahwa mereka yang tidak pernah memegang laptop dan komputer, ternyata bisa menceritakan kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan mereka dengan baik dan informatif. Selama kita bisa memotivasi mereka dengan baik, mereka pasti bisa menulis dengan baik. Masyarakat bukanlah orang yang tidak bisa belajar, dan mereka juga bukan pembelajar yang lambat. Mereka hanya butuh orang yang bisa memotivasi mereka untuk menulis!
Kehadiran steemit.com tentu saja sebuah berkah. Melalui media sosial berbasis blockchain ini kita bisa melahirkan lebih banyak lagi penulis. Dengan mengajak masyarakat menulis di steemit.com, maka cerita-cerita yang menginspirasi dari kampung yang selama ini luput dari pantauan media mainstream, akan terus bermunculan. Dari sana, kita mungkin saja bisa belajar, tak hanya soal cara hidup masyarakat tapi juga ketegaran mereka.
Hadirnya steemit saya pikir sebuah peluang bagus untuk mengajak masyarakat menulis, minimal untuk menulis cerita tentang kampung mereka. Para steemian senior perlu turun ke masyarakat dan mengajak mereka (sekali lagi) untuk menulis!
Posted from my blog with SteemPress : http://acehpungo.com/yuk-ajak-masyarakat-menulis-di-steemit/
Semua bisa menjadi penulis kecuali yang tidak mau. Sang meunan. Hehehe.
Tidak mengenal siapa dna kapanpun, kalau mau belajar pasti bisa.. kereeen...
Tajam that go. Limong minet saboh😁
Teungoh kurapel hahaha
Mungkin ini peluang bagus untuk mensejahterakan masyarakat khususnya dimana peluang emas agar masyarakat juga lebih berkembang apalagi punya ilmu di bidang pengetahuan bisa untuk dibagikan.
Salam lestari....
Steemit tempat menggali bakat terpendam untuk yang hobi menulis
Tingat kuh pelatihan di Tahura, hana dibi ungkoh moto, alah na awak bi meu utang peng.
Ata dipeukaru le Noni na tingat?
Luar biasa penyebaran virus literasinya ya @acehpungo. Saluuuttt. Semoga masyarakat aceh semakin gemar membaca lalu menulis ya. Sukses untuk @acehpungo
This is nice post
Congratulations You Got Upvote
& Your Content Also Will Got Curation From
You received an upvote as your post was selected by the Community Support Coalition, courtesy of @sevenfingers
@arabsteem @sevenfingers @steemph.antipolo
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by acehpungo from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.