Sekitar Tahun 2003, Pemerintah Indonesia pernah menerapkan status Darurat Militer di Provinsi Aceh. Dari sekian banyak operasi tempur yang difokuskan untuk menghancurknan basis Gerakan Aceh Merdeka, Mulai dari darat dan udara, juga dilakukan lewat operasi pendaratan amfibi oleh Batalyon Tim Pendaratat 1 Korps Marinir Surabaya.
Pada saat operasi pendaratan korps Marinir dipantai Samalanga Bireuen-NAD, Batalyon tim pendarat berhasil menerjunkan unsur infantri dan kavaleri di daerah tersebut. Selain itu untuk menerobos basis saparatis GAM, kekuatan pemukul dari unsur pasukan marinir juga di dukung oleh satuan artileri medan. pada saat itu salah satu tayangan TV swasta menampilkan sosok meriam jenis baru yaitu meriam LG-1 MK II Howitzer kaliber 105 mm. setidaknya ada enam pucuk meriam yang diterjunkan pada operasi Daerah Darurat Militer (DOM) tersebut.
LG-1 MK II yang kini memeperkuat Batalyon Artileri Howitzer pada resimen artileri Korps Marinir memiliki 20 pucuk meriam yang ditempatkan pada Batalyon 1 - Reseimen Artileri 1 Surabaya dan Batalyon 2 - Resimen Artileri 2 Cilandak Jakarta.
Dari Klarifikasi dan bobotnya, LG-1 MK II Howitzer kaliber 105 mm termasuk meriam ringan yang mempunyai daya hancur yang cukup besar. meriam ini awalnya hanya di produksi oleh GIAT Industrie, manufaktur asal Perancis dan telah beralih kepemilikannya ke Nexter System. Kegunaaan meriam LG-1 MK II Howitzer dibutuhkan untuk pemukul reaksi cepat terhadap perkubuan musuh.
Selain digunakan oleh militer Perancis dan Indonesia, Militer Kolombia, Thailand, dan Kanada juga menggunakan meriam LG-1. untuk keunggulannya tersendiri khususnya varian MK II dirancang sebagai meriam ringan yang dapat dipindahkan baik dengan cara di tarik maupum memakai bantuan heli seperti misalnya Bell 412 dan super Puma. Senjata laras merian juga dapat dilipat kebelakang berhimpit dengan kedua kaki panjang meriam.
Meriam LG-1 MK II Howitzer terdiri dari komponen laras sepanjang 3.17 meter dengan berat 100 kg dengan arah putaran 180 derajat sesuai arah meriam. meriam ini mampu menembakan 12 butir peluru tiap menitnya. dan dapat menjangkau 11.5 Kilometer sasaran dengan proyektil jenis HE (High Explosive). jika memakai proyektil Giant HE BB, Senjata ini mampu menjangkau sasaran hingga 19.5 Kilometer. Sedangkan untuk jarak minimumnya hingga 1.4 Kilometer. Meriam ini di awaki oleh 7 siap tempur
Secara lebih dalam LG-1 MK II Howitzer memiliki panjang meriam laras 6.95 dan tampa laras 5.32, lebar meriam 1.96 dan berat 1.520 kg. bekal amunisi yang dapat disiapkan mencakup BB 36 butir, HE 36 butir, Asap 12 butir dan cahaya 12 butir.
umumnya usia laras dapat dipakai hingga mencapai 7300 kali penembakan dan menggunakan teropong bidik yang berada 0.9 meter dari landas tumpu suku cadang. sudut tonggak larasnya sekitar 20 derahat, senjata ini dapat menghantam sasaran yang lebih rendah kedudukannya karena laras dapat ditundukkan hingga mencapai sudut tunduk hingga 3 derajat terhadap posisi rebah penuhnya.
Sistem penembakan meriam menggunakan tenaga tolak aliknya yang dapat direndam sekecil mungkin dan secara tidak langsung berpengaruh pada kemudahan perawatannya
Sebagai perbandingan nya bila Indonesia dibekali meriam LG-1 MK II Howitzer, maka negeri jiran kita, Singapura justru punya jumbalh pucuk yang lebih banyak, yakni 37 pucuk LG-1 MK II Howitzer untuk melengkapi dua Batalyonnya. Meriam ini sudah termasuk battle proven dikarenakan telah digunakan militer Perancis dalam misi Bosnia dan Afganistan.