Setiap melakukan perjalanan, saya selalu sok-sokan bawa buku. Seringkali satu buku tebak dan satu tipis. Tapi sering terjadi, salah satu buku masih utuh dalam plastik.
Saya malah mendapat tambahan buku, seperti ketika mengikuti Pertemuan Penyair Nusantara di Kudus, 28-30 Juni 2019. Sastrawan Kurnia Effendi menginfaqkan Senarai Persinggahan dan Teman Perjalanan (sesuai dengan kebiasaan saya ada teman buku dalam perjalanan).
Ada juga penyair Emi Suy dengan Alarm Sunyi dan Situs Kesedihan yang merupakan puisi-puisi terbaik basabasi.co 2019. Juga ada kumpulan puisi Penyair Aceh, Pilo Poli, Arakundo. Saya membeli beberapa buku kumpulan puisi Arakundo sebagai oleh-oleh untuk kawan.
Berbagai buku sudah menjadi trandisi di setiap pertemuan penulis/penyair. Sayangnya, saya belum memiliki buku baru setelah Jenderal Sudirman pada 2015.
Alhasil, Pecundang-nya Maxim Gorky yang sudah lama dibeli dan masih terbungkus plastik, masih utuh. Buku itu rencananya saya baca setamat Brida-nya Paolo Coelho.
Teman perjalanan pun semakin banyak.[]
Jenderal Sudirman saya belum ada. Kalau berat dibawa pulang, bolehlah dikirimkan juga. Hehehe
Wah, perasaan Bang Ayi sudah pernah ngasih ke Ayu. Itulah risikonya melibatkan perasaan dalam masalah buku, hehehehe. Harus bongkar tumpukan buku lagi untuk mencari Jenderal yang tersisa.
Kalau tumpukannya memberatkan untuk dibawa pulang, kirim saja ke Kutaraja, rak buku saya siap mengamankannya Brader @ayijufridar ha ha ha
Saya malah ingin mendapatkan bahan dari Nyak Kaoy @isnorman tentang sejarah.
Siap. Akan kita cari bahan sesuai kebutuhan tema
Buat saya, buku adalah gudangnya ilmu, kebiasaan ayi yang setia membawa buku dalam setiap perjalanannya, ini luar biasa, karena di era milenial seperti sekarang ini, masih ada segelintir orang yang tidak mau jauh dari buku. Mantap 👍👍👍
Dalam pesawat, saya masih sering mendapatkan penumpang membaca buku, meski lebih banyak yang tidur atau menonton atau mengobrol.
Saya yakin mereka penulis 😁
Saya yakin mereka penulis 😁