“There are three constants in life... change, choice and principles.” Steven R. Covey - The 7 Habits of Highly Effective People
The 7 Habits of Highly Effective People is the outcome of Stephen Covey’s doctoral research into personal development literature. He studied two hundred years’ worth of self-help, popular psychology, and self-improvement writings, and identified two distinct philosophies of self-improvement. The first is what we identify with principles found in the works of early American visionaries like Benjamin Franklin: principles such as integrity, industry, humility, and simplicity. Covey calls this the “Character Ethic,” and it was the dominant philosophy in American success literature until the early twentieth century. But Covey found the literature changed significantly after World War I, with a shift in emphasis from quality of character to improvement of personality, behavior, and attitude: The Personality Ethic.
The 7 habits of Highly Effective People adalah produk keluaran penelitian doktor dari Stephen R. Cohey yang berbentuk literatur pengembangan diri. Dia mempelajari 200 tahun tulisan-tulisan tentang pengembangan diri, psikologi populer, dan mengidentifikasi 2 filosofi utama tentang pengembangan diri. Pertama adalah yang kita identifikasi sebagai prinsip-prinsip dasar yang ditemukan pada visioner-visioner awal Amerika Serikat seperti Benjamin Franklin: prinsip-prinsip dasar seperti integritas, industri, kerendahan hati, dan kesederhanaan. Covey menyebutnya sebagai “Karakteristik Etika”, dan menjadi filosofi dominan di literature kesuksesan Amerika Serikat hingga awal abad ke-20. Namun kemudian, Covey menemukan bahwa literatur tersebut berubah secara signifikan setelah Perand Dunia II, dengan perubahan penekanan dari kualitas karakter menjadi pengembangan kepribadian, perilaku, dan sikap: Etika Kepribadian.
Covey divides the first six habits equally between habits of private victory and habits of public victory. The first private habit, “Be Proactive,” describes the freedom of choice one has between stimulus and response, between loss of a job and loss of self-worth. The initiative to learn a new skill is a simple incarnation of “Let’s look at the alternatives” versus “There’s nothing I can do.”
Covey membagi 6 habit pertama secara berimbang antara habit kemenangan privat dan habit kemenangan publik. Habit privat yang pertama adalah, “Jadilah Proaktif”, mendeskripsikan tentang kebebasan dalam memilih antara stimulus dan respon, antara kehilangan pekerjaan dan kehilangan nilai diri. Inisiatif untuk mempelajari ilmu baru adalah perwujudan antara “Melihat alternatif yang ada” versus “Tidak ada yang bisa kulakukan”.
Then, his second habit, “Begin with the End in Mind,” encourages the use of imagination to envision a set of creative choices about the future, the same energies employed in leadership. Covey advocates the development of personal mission statements to codify the varying roles and responsibilities of home, work, and community. “Put First Things First” takes that newly defined identity derived from the mission statements and matches up tasks and priorities to ensure alignment. When Covey asked readers which habit was the most difficult to adopt, this management process ranked number one.
Habit yang kedua adalah, “Mulailah dengan Pemikiran hasil”, mendorong untuk menggunakan imaginasi agar dapat memandang luas pilihan-pilihan kreatif tentang masa depan, energi yang juga digunakan pada Kepemimpinan. Covey menganjurkan untuk pengembangan misi pribadi agar dapat menentukan langkah yang tepat pada berbagai peran dan tanggung jawab di rumah, pekerjaan dan komunitas. “Lakukan hal yang paling Utama, Duluan” mendefinisikan secara baru identitas yang didapatkan dari misi-misi kita dan sesuai dengan tugas dan prioritas untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Saat ditanya oleh pembaca, Covey mengatakan bahwa habit ini adalah habit yang paling susah untuk diadopsi.
“Self-mastery and self-discipline are the foundation of good relationships with others,” Covey writes, and then moves forward with his three public habits: “Think Win/Win,” “Seek First to Understand . . . Then to Be Understood,” and “Synergize.” All are based on relationships. “Think Win/Win” is interpersonal leadership that creates mutual benefits for all
parties.
”Pengendalian diri dan disiplin diri adalah pondasi hubungan yang baik dengan yang lain,” begitu Covey menuliskan, kemudian dia melanjutkan dengan 3 habit publik, yaitu: “Berfikir tentang Menang/Menang”, “Cobalah untuk mengerti dulu, baru kemudian ingin dimengerti”, dan “Sinergisasi”. Kesemuanya itu berdasar kepada hubungan. “Berfikir tentang Menang/Menang” adalalah hubungan interpersonal pemimpin yang menciptakan keuntungan bersama bagi semua pihak.
image from wikimedia.org
Being a good listener is a skill that is helpful in any relationship and sits at the core of “Seek First to Understand,,Then to Be Understood.” When someone is speaking to us, our natural response is to listen autobiographically: agreeing or disagreeing, asking questions from our point of view, giving advice based on our own experiences, trying to figure out what is making someone feel the way they do based on how we would react. Covey spends much of the chapter on an extended example of a conversation between a disillusioned son and well-intentioned father. Covey replays the conversation a number of times showing how ineffective listening with our biases can be. When listening, the author writes, “rephrase the content and reflect the feeling.” Then he shows how the conversation completely changes. The second half of the discussion of this habit is about presenting ideas, and Covey returns to Aristotle’s rhetorical philosophy of ethos (character), pathos (emotion), and logos (logic).
Menjadi seorang pendengar yang baik adalah sebuah skill yang sangat membantu untuk segala jenis hubungan dan menjadi inti dari “Cobalah Mengerti dulu, baru kemudian ingin dimengerti”. Saat seseorang berbicara kepada kita, respons natural kita adalah otomatis: Mengiyakan atau menolak, menanyakan dari sudut pandang kita, memberikan saran berdasar pengalaman kita, mencoba mencari cara membuat seseorang merasa seperti bagaimana mereka beraksi. Covey menghabiskan banyak bagian pada contoh percakapan anak yang sering berilusinasi, dan ayah yang penuh perencanaan. Covey mengulang percakapan tersebut berulang kali dan menunjukkan bahwa mendengarkan menjadi hal yang tidak efektif dengan bias yang kita buat. Saat mendengarkan, “ulangi isi perkataannya, dan refleksikan perasaan di dalamnya”, Kemudian dia menunjukkan bagaimana sebuah percakapan bisa berubah karenanya. Bagian berikutnya dari buku ini mendiskusikan habit tentang mempresentasikan ide, dan Covey mengunakan retorika filosofi Aristoteles, Ethos (Karakter), Pathos (Emotion), dan Logos (Logika).
“Synergize” encapsulates the entire Seven Habits process. When people join together, the whole is greater than the sum of the parts, and greater insights and previously unseen results are achieved. Covey suggests synergy is the third alternative to “my way or the wrong way.” All relationships grow when trust and cooperation grow.
“Sinergisasi” merangkum seluruh proses dari Seven Habit ini. Saat orang-orang berkumpul bersama, keseluruhan mereka menjadi lebih hebat daripada bagian per bagian, dengan hasil yang tidak sama dengan sebelumnya. Covey menyarankan bahwa sinergisasi adalah alternatif ketiga dari “Mendingan Caraku, atau Cara yang Salah”. Seluruh hubungan tumbuh saat kepercayaan dan kerjasama juga ditumbuhkan.
The seventh habit, “Sharpen the Saw,” returns to the individual but “will renew the first six and will make you truly independent and capable of effective interdependence.” Covey believes we all have four dimensions that need continual renewal: the physical, the mental, the spiritual, and the social/emotional. He suggests spending an hour working on the first three every day. Find time for a cardiovascular workout. Read the classics. Keep a journal. Meditate or pray. It is only through recharging that we have the energies to succeed in the other aspects of our lives.
Habit ketujuh, “Tajamkan Gergaji”, mengembalikan kepada pribadi masing-masing tetapi bisa memperbaharui 6 habit sebelumnya, dan akan membuatmu menjadi independen dan mampu menjadi interdependent yang efektif. Covey percaya bahwa kita semua memiliki 4 dimesi yang selalu membutuhkan pembaruan, Fisik, Mental, Spiritual, dan Sosial/Emosional. Dia juga menyarankan untuk menghabiskan 1 jam untuk tiga yang pertama setiap harinya. Cari waktu untuk olahraga kardio. Bacalah bacaan klasik. Buatlah jurnal. Meditasi atau berdoa. Hanyalah lewat menge-charge diri sendiri maka kita akan mendapatkan energi untuk menjadi sukses di aspek-aspek kehidupan kita yang lainnya.
THE SEVEN HABITS
1. Be Proactive
2. Begin with the End in Mind
3. Put First Things First
4. Think Win/Win
5. Seek First to Understand . . . Then to Be Understood
6. Synergize
7. Sharpen the Saw (Saw means the best asset you have)
TUJUH HABIT (PERILAKU)
1. Jadilah aktif.
2. Mulailah dengan memikirkan hasil (yang dituju)
3. Lakukan hal yang paling utama duluan.
4. Berfikir tentang Menang/Menang.
5. Cobalah Mengerti dulu, baru kemudian ingin dimengerti”.
6. Sinergisasi
7. Tajamkan Gergaji, maksudnya adalah asset paling berharga yang kamu miliki
Congratulations @intosteemit! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of posts published
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP