Muadzin Zaman Now

in #budaya7 years ago

Tepat hari Jumat ini, saya ingin mengawali tulisan pertama di Steemit dengan kisah muadzin, yaitu orang yang bertugas mengumandangkan adzan setiap masuk waktu sholat. Kebetulan Kementerian Agama Republik Indonesia saat ini sedang mencari muadzin yang akan ditempatkan di Uni Emirate Arab (UEA). Bila lolos seleksi seorang muadzin akan digaji Rp 19 juta atau setara dengan 53 ribu dirham. Jumlah yang lumayan besar untuk ukuran Indonesia, apalagi tugas utamanya hanya mengumandangkan adzan setiap waktu sholat.

Tanpa bermaksud membanding-bandingkan, saya kira di Indonesia tidak ada muadzin yang digaji sebegitu besar. Sebaliknya, pekerjaan ini masih dinilai sebagai amalan yang akan mendapatkan pahala yang sejatinya dikerjakan dengan keikhlasan tanpa mengharapkan imbalan.

Ya, saya sendiri pernah menjadi muadzin ketika duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Tugas itu datang begitu saja, karena keinginan dari hati kecil untuk mengumandangkan adzan di masjid di dekat rumah. Sampai akhirnya dipercaya menjadi muadzin di hari Jumat. Untuk menjadi muadzin di hari ibadah umat Islam itu, butuh pengalaman dan jam terbang yang lumayan. Sebab dihadiri oleh ratusan jamaah. Saat adzan dikumandangkan tidak boleh ada lafal yang salah, sebab itu akan sangat menganggu kekhusyukan. Seperti halnya membaca quran, mengumandangkan adzan butuh pengetahuan mahraj dan tajwid yang benar. Dan itu hanya bisa diperoleh bila kita belajar ke guru ngaji. Sementara untuk langgam, hanya mengira-ngira saja, ya mendengarkan yang sudah ada, misalnya di televisi atau radio.

Beda dengan sekarang, silakan buka youtube, sederet tutorial adzan mudah ditemukan. Mau adzan model Turki, Mesir, Irak atau gaya Masjidil Haram? Semua lengkap tersedia. Suara adzan di setiap negara memang punya beberapa ciri khas. Nah, para tutor pun memberikan beberapa tips agar suara adzan sesuai dengan langgam yang diinginkan, dari mulai melatih pernafasan hingga cara membawakannya.

Di beberapa masjid, para muadzin juga semakin menyesuaikan dengan watak jamaah yang hadir. Misalnya, di masjid-masjid di perkantoran, rata-rata suara adzannya terdengar merdu. Kabarnya, para muadzin di masjid perkantoran memang digaji seperti halnya marbot.

Karena tuntutan zaman itulah, maka banyak kanal yang memberikan tuntunan adzan khususnya bagi anak-anak muda. Saya pernah melihat seorang anak muda, memakai kaos, di sebuah ruangan yang lumayan mewah, memberikan tips mengumandangkan adzan. Suaranya bagus dengan cara berkomunikasi yang benar-benar kids zaman now.

Nah, kembali ke lamaran bagi muadzin di Uni Emirate Arab yang bergaji Rp 19 juta itu, tampaknya negara kaya minyak itu memang membidik anak-anak muda Indonesia untuk jadi muadzin. Sebab, salah satu persyaratannya adalah usia 22-40 tahun.

Tampaknya, masjid-masijd di Indonesia perlu meniru gaya Uni Emirate Arab. Walau tidak memberikan gaji yang terlalu tinggi, setidaknya diberi honor yang pantas. Siapa tahu, nanti akan viral muadzin-muadzin muda berwajah ganteng dengan suara merdu yang mendayu.

Sort:  

Selamat @imanfirdaus! Sudah kumpul di Steemit. Senang melihat anda datang.. upvote ya.. :}

Selamat bergabung Iman. Semoga bergembira

makasih..semoga