http://apexwallpapers.com/wallpaper/wallpaper-buku-buku.html
Aku menjadi rajin membaca buku mulai tahun 1991 saat duduk di bangku Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMU kalo sekarang) Namun aku di Sekolah Kejuruannya yaitu Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP).
Sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) aku jarang jarang sekali membaca. Karena aku merasa tidak ada untungnya membaca.
Tapi pada tahun 1991 semua itu berubah. Aku menjadi Juara kelas dan aku melihat ibuku senang ketika menerima rapotku. Sejak saat itu semangat membacaku jadi menggebu gebu.
Namun disisi lain buku yang dibutuhkan langka atau tidak ada di pustaka sekolah dan tidak tersedia di toko toko buku yang ada di kota langsa. Pustaka Daerah aku tahunya agak terlambat.
Aku mensiasatinya dengan memesan langsung buku ke penerbitnya. Ada dua penerbit yang sering aku kirimi wesel dan suka mengirimi aku buku. Pertama, penerbit Penebar Swadaya dan yang kedua Kanisius.
Teman satu kostku mensiaatinya dengan meminjam buku di pustaka daerah. Disana banyak buku buku pertanian. Tapi entah bagaimana ceritanya sampai sampai rasanya pustaka daerah itu sudah pindah ke kediaman kost kami. Tersusun berderet sepanjang sedepa buku buku pustaka daerah di rumah kost.
Kalo ke toko buku aku pesan jangan sendirian. Ada kenangan indah kalo ke toko buku itu bareng teman.
Peristiwa 20 tahun kebelakang seperti masih segar saja. Aku, Ikhsan dan Ijal ke toko buku. Aku membeli buku 1001 Kumpulan Hadits. Ijal aku lupa dia beli buku apa. Tapi Ikhsan aku ingat betul dia beli buku, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat Pikir Barat Lainnya karya Ali Syariati.
Beberapa tahun kemudian setelah aku menjadi Mahasiswa aku baru tahu kalo Ali Syariati itu Pemikir Islam yang hebat. Rupanya ikhsan sejak di bangku sekolah sudah berkenalan dengan Ali Syariati. Berkenalan dengan orang orang hebat melalui buku.
Kalo ada yang tanya dari siapa aku tahu Ali Syariati? Dengan senang hati aku akan jawab: Ikhsan.
Setelah kuliah: Tarmizi main ke tempat kostku, pulangnya ia pinjam buku yang di tulis oleh Nurcholis Madjid. Tapi buku itu tidak langsung dibacanya. Dengan modal buku yang dipinjamnya dia jumpai salah seorang Jurnalis Serambi Indonesia untuk berkenalan dan barter buku. Dia pinjamkan buku Nurcholis Madjid dan Sijurnalis pinjamkan buku Pramoediya Ananta Toer padanya, sampai waktu yang ditentukan dan disepakati.
Pernah juga Tarmizi meminjamkan buku untukku. Setelah selesai aku baca besok dia datang lagi main ke tempat kost untuk menanyakan apa isi buku itu. Katanya lebih enak rupanya kalo orang yang baca dan kita dengarkan uraian dan ulasannya.
Congratulations @bebasdanlurus! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!