The world and the hereafter are the 2 things that lie in the heart, which before death is called the world, and who after death is called afterlife.
something of unlimited usefulness (only in the world) after death is called the world, unless it is useful after death (useful for the Hereafter) then it is not blameworthy.
the world is 3:
- something eternal with you to the next is a useful science and good deeds, then it becomes the afterlife.
- the reverse of the first, ie every thing that does not produce the reward of the hereafter at all and even sinful, like berlezat with mksiat, and delights beyond the needs of the intent, then this is included in the world of despicable.
- midway between the first and the second, ie every thing that becomes a means to achieve knowledge and charity (as it is first) will be the hereafter also.
and every thing that becomes a means to attain the desire of lust (like the second) then this includes the second (blameworthy).
ref: mauidhatul mukminin min ihya 'ulumiddin p. 327
#please corection
Dunia dan akhirat itu adalah 2 hal yg terletak dalam hati, yang sebelum mati dinamakan dunia, dan yang setelah kematian dinamakan akhirat.
sesuatu yang manfaatnya terbatas (hanya didunia) yang tidak bermanfaat setelah kematian itu dinamakan dunia, kecuali apabila bermanfaat setelah kematian (bermanfaat utk akhirat) maka itu tidaklah tercela.
dunia itu ada 3 :
- sesuatu yang kekal bersamamu sampai keakhirat yaitu Ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, maka itu menjadi akhirat.
- sebalik yang pertama, yaitu tiap2 sesuatu yang tdk menghasilkan pahala akhirat sama sekali bahkan berdosa, seperti berlezat dengan mksiat, dan bernikmat melebihi kebutuhan hajat, maka ini termasuk dlm dunia tercela.
- pertengahan di antara yang pertama dan yg kedua, yaitu tiap2 sesuatu yg menjadi sarana utk mencapai ilmu dan amal (seperti yang pertma) maka akan mnjadi akhirat juga.
dan tiap sesuatu yang menjadi sarana utk mencapai keinginan nafsu (seperti yang kedua) maka ini termasuk dlam yang kedua (tercela).
ref: mauidhatul mukminin min ihya' ulumiddin hal 327