Aceh Utara – Nurazizah, 35 tahun, warga Gampong Matang Ceubrek, Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara selama terpaksa menjadi buruh tani untuk menopang hidup keluarganya. Bukan hanya di kampung, ibu enam anak itu juga pergi hingga ke Banda Aceh.
“Suami saya sakit, sudah 10 tahun saya menggantikannya bekerja sebagai buruh tani. Seharian kerja dari pagi hingga sore biasa dapat Rp 80 ribu, itu pun jika musim tanam atau panen. Setelah itu terkadang cukup lama tidak ada pemasukan. Makanya saya sering ke Banda Aceh untuk menjadi buruh di sana, kebetulan ada adik juga di sana. Biasanya saya pergi hingga 20 hari dengan membawa anak yang kecil, tentunya seizin suami,” kata Nurazizah saat ditemui mediaaceh.co beberapa waktu lalu.
Nur menerangkan, ia memiliki enam anak, tiga di antaranya masih duduk di bangku sekolah, satu putus sekolah dan dua lainnya masih balita.
“Anak kedua saya kelas III SMP di dayah. Saya sempat memiliki keinginan memindahkannya ke dayah yang gratis, tapi ia tidak mau. Ia minta tetap di tempatnya sekarang hingga lulus SMA kelak. Anak ketiga yang duduk di bangku kelas VI SD juga minta masuk dayah setelah lulus nanti,” ujarnya.
Untuk memasak, Nur menggunakan kayu bakar karena harga gas elpiji 3 kilogram mahal, mencapai Rp 30 ribu per tabungnya. Kayu bakar itu diperoleh dari kebun belakang rumahnya.
“Ini rumah warisan orang tua saya. Kondisi rumahnya ya begini, namanya juga rumah tua. Atapnya banyak yang bocor, dinding rumah ya lihat sendiri dari tepas, lantai pun masih tanah soalnya tidak punya uang untuk disemen. Bisa makan sehari tiga kali saja sudah syukur, belum lagi biaya pendidikan anak. Andaikan saja ada rumah bantuan, pasti kehidupan kami bisa lebih baik dengan rumah lebih layak,” ucap Nurazizah.
Sementara itu, Geuchik Gampong Matang Ceubrek, Rusli Aji secara terpisah menyebutkan, keluarga Nurazizah memang masuk dalam kategori miskin. “Jika berbicara soal rumah tak layak huni, di gampong memang ada yang lebih reot lagi. Tapi di sini kita lihat dari sisi lain, ia menjadi tulang punggung keluarganya, memiliki enam anak di mana tiga di antaranya masih sekolah. Bisa dibayangkan bagaimana beban yang harus dipikulnya, ditambah lagi suaminya sakit,” terang geuchik.
Selama ini, Rusli mengaku telah berupaya memperjuangkan bantuan rumah duafa untuk keluarga Nurazizah, namun belum membuahkan hasil.
“Proposal bantuan sudah saya ajukan beberapa kali, tapi belum ada hasil. Semoga ke depannya akan ada bantuan rumah duafa untuk keluarga mereka, karena keluarga mereka memang layak sebagai penerima bantuan,” pungkas Rusli Aji.
Congratulations @relawan! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP