Pagi yg cerah menyapa, kicauan burung melantunkan nyanyian merdu yg membangunkan tidur dari mimpi indah. Gemerisik angin pun menemani pagi ini dengan penuh ceria.
Sebuah rumah dengan desain interior yg kuno dan klasik, rumah panggung berdindingkan papan dan kayu, hanya ada satu buah kamar, ruang tamu kecil, dapur seadanya dan sedikit halaman yg tidak seberapa luas dibelakangnya.
Dirumah tersebutlah aku sementara tinggal, ya namaku Nafisa..aku seorang mahasiswi jurusan psikologi yg sudah beberapa minggu ini menetap di daerah ini untuk menyelesaikan tugas akhir.
Rumah kuno ini adalah peninggalan dari kakek dan nenekku, sejatinya orang tuaku pernah hidup dan tinggal di sini. Aku memilih mengambil penelitian utk tugas akhirku disini alasannya adalah salah satunya mungkin sekedar ingin bermigrasi dari keramaian kota, dan mencari ketenangan. Namun sebenarnya disinilah titik awal kisah ini bermula.
Aku berjalan ke koridor depan, sambil membawa secangkir teh hangat buatan mak sum, mak sum adalah kakak perempuan dari almarhumah nenek ku, beliau tinggal tepat disebelah rumah yg aku tempati, mak sum meskipun sudah tua namun tak pernah berhenti berkerja, jika pagi hari beliau datang mempersiapkan segala keperluan ku dan tiba sorenya beliau kembali lagi ke rumahnya yang hanya 5 langkah dari rumah ini.
Mak sum tinggal bersama suaminya yg juga sudah mulai renta. Mereka tidak mempunyai anak, oleh karenanya kedatanganku kesini sedikit banyak membuat mereka senang karena mereka juga menganggap aku sebagai anaknya.
Seteguk teh hangat membuat badanku terasa fit dan segar kembali. Aku duduk di atas kursi dipan sembari membuka laptop dan mencoba mengecek email yang masuk.
Tiba2 hp ku berbunyi, aku melihat ...dan kembali nafasku berat ketika aku melihat penelpon yg aku pastikan di layar hp.
Dengan berat hati aku menjawab " halo "
"Halo Nafisa, kamu dengar suara ayah?"
Itu adalah ayahku yg menelpon, seorang ayah yg tak tau entah dimana keberadaanya tapi selalu menjaga dan mengawasiku setiap saat melalui kabar.
Ayah yg sudah selama 10 tahun terakhir ini hanya aku dengar suaranya lewat hp. Aku lihat fotonya melalui medsos dan aku peluk bayangnya lewat mimpi.
"Iya ayah naf dengar kok" jawabku singkat
kami pun mengobrol seperti biasa nya kurang lebih 10 menit. Lalu telpon pun diputus.
aku rindu ayah, rindu ingin bertemu, memluknya seperti dulu, tapi 10 tahun berlalu, luka itu masih biru, tangisan ibu masih terngiang nyata di telinga. Ayah tega memilih wanita lain dan meninggalkan aku dan ibu, sakit masih terasa. Namun aku tak berdaya, aku hanyalah seorang anak yg pada akhirnya pun butuh dan rindu sosok ayah di hidupku.
Bersambung......
.
Telah kami upvote yaa..
Keren ne ceritanya..copy linknya paste ini ke gurun Leuser steemit sosialis ya..hehe
Congratulations @alaffan340! You received a personal award!
Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!
Click here to view your Board
Congratulations @alaffan340! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!