"HIJRAH"
Suasana malam itu kerlap-kerlip disorot lampu yang berwarna-warni di sebuah diskotik. Musik memabawa suasana bahagia dan seperti dalam syurga dunia.
Minuman keras sesuatu yang tidak asing lagi dan menghisap sabu-sabu bukanlah hal yang dihindari, namun teman sehari-hari.
Pemuda tampan yang baru saja keluar dari pesta miras tersebut menuju ke rumahnya. Pemuda yang manja dan disayangi keluarganya.
Pemuda tersebut yang bernama Harsya, anak bungsu dari keluarga yang terpandang. Namun prilakunya yang tak bisa dikendalikan oleh orangtuanya, tapi dibiarkan saja apa yang ia hendaki.
Tiba di rumah, Harsya dengan kuat mengetuk pintu rumahnya, lalu dibuka oleh sang ibu dengan wajah kecewa melihat tingkah anaknya yang pulang sudah larut malam.
Pintu sudah dibuka, Harsya pun masuk dengan gaya berjalan seperti pijakan bumi yang tak rata, karna kondisinya setengah waras akibat minuman keras. Bau tak sedap terhembus ketika Harsya melewati ibunya, muka ibunya bertambah sedih dan kecewa berat, namun apalah anaknya yang keras kepala tak masuk juga kala dinasehati.
Selaku orang tua yang sayang dan khawatir dengan anak, ia pun mengantar anaknya ke kamar lantai dua, perlahan-lahan naik anak tangga. Sampailah di ujung anak tangga, entah gerangan darimana, Harsya menolak ibunya ke bawah dan ia pun langsung menuju kamar, lalu tidur hingga lelap.
Ibunya yang jatuh dari ujung anak tangga, tak dihiraukan. Jatuh dengan kepala yang terbentur dan dibasahi darah segar yang keluar terus menerus. Ayahnya yang terjaga saat kejadian itu, tak banyak bicara, lalu membawanya ke rumah sakit.
Tak sadarkan diri sampai pagi tiba. Harsya berteriak memanggil Ibunya saat terbangun dari tidur lelapnya. "Ibu... Ibu!!!", hanya saja Bibinya yang datang menghampiri. Kemarahan Harsya meningkat, karna Ibu yang dipanggil malahan Bibinya yang tiba. "Dimana Ibuku??" tanya Harsya dengan nada dongkol. "Bukankah kau yang telah mendorong Ibumu ketika kau pulang tadi malam, bukankah kau mabuk tadi malam", jawaban itu membuat Harsya terdiam, termenung dan bertanya, " sekarang dimana Ibuku Bi?", jawab Bibi dengan jelas, "Ibumu sekarang di rumah sakit, Ayahmu yang membawanya, kepala Ibu terbentur hingga mengeluarkan banyak darah dan tidak sadarkan diri.
Harsya pun bergegas pergi menuju rumah sakit. Dan sesampai di rumah sakit, ia melihat Ibunya sedang terbaring di salah satu kamar rawat pasien lalu mendekatinya. Dengan tanpa pikir panjang, Harsya yang keras kepala tersentak hatinya ketika prilakunya membuat Ibunya jatuh sakit. "Maafkan Harsya Ibu, Harsya berjanji tak akan mengulanginya lagi, maafkan Harsya Ibu". Tanpa ada kata-kata dari Sang Ibu, Harsya meminta pada Ibunya agar ia dimaafkan," maafkan Harsya Ibu, Harsya akan menuruti semuanya yang Ibu mau, Harsya berjanji pasti menurutinya". Senyum tipis jelas terlihat dari raut wajah Ibu, dan berkata" sudah Ibu maafkan Nak, Ibu mau Harsya belajar di Pasentren, belajarlah di sana".
Setelah mendengar permintaan Sang Ibu, Harsya termenung, bingung. Tapi karna ia sudah berjanji untuk menepati apapun permintaan Ibu, terpaksa ia harus mengikutinya.
Bersambung.....
MenUlis menambah pengetahuan yg telah terpelajari sebelumnya dgn mengutarakannya kembali menurut bahasa sendiri (pribadi)
Ok sip