Kucing vs Tikus

in #cheetah7 years ago

Dulu, berjuta-juta tahun yang lalu, di tahun antah-berantah, tikus dan kucing sangat bersahabat. Mereka berdua bagaikan pasangan seia-sekata yang tiada dipisahkan, baik oleh waktu, maupun jarak yang hampir lekang.

Di mana ada tikus, pasti ada kucing.
Di mana ada kucing, pasti ada tikus.

Sampai suatu hari, tikus mendengar kabar mengenai sebuah tempat di puncak lembah yang menyimpan mata air kehidupan. Konon, barang siapa yang dapat mencapai mata air itu dan meminumnya, dapat memperpanjang usia dan menambah keberuntungan. Mendengar ini, hati tikus pun sangat senang. Buru-buru ia memberitahukan pada kucing.

”Kucing, kucing. Kamu tahu kan tentang mata air kehidupan?”tanyanya pada kucing siang itu, ketika mereka sedang asyik duduk di bawah pohon rindang di samping sungai.

”Tahu. Memangnya kenapa?”

”Ayo kita ke sana!”ajak tikus seketika.

Kucing tampak terperanjat. ”Kamu ini mengada-ada. Perjalanannya jauh sekali. Apa kamu kuat?”

”Kita akan pergi berdua.”

”Apa?!”mata kucing membelalak maksimal.

”Sobat, apa pun kalau kita lakukan berdua, pasti dapat kita atasi, kamu tenang saja.”tikus meyakinkan sekuat tenaga.
Akhirnya, kucing mengiyakan. ”Baiklah.”


Ternyata benar, perjalanan menuju puncak lembah mata air kehidupan sangat berat. Kucing dan tikus harus melewati hutan yang lebat dan jalanan terjal untuk sampai di sana. Sudah lima hari mereka berjalan, bekal pun mulai menipis.

”Tikus, kamu istirahatlah dulu. Biar aku mencarikan buah untuk kita, sebagai makanan cadangan,”ujar kucing pada tikus. ”Duduklah di bawah pohon itu, jangan pergi-pergi.”

Tikus pun menurut, ia duduk di bawah pohon yang ditunjuk kucing, lalu menyandarkan tubuhnya. Urat nadi dan sendinya seakan mau copot saking capeknya.

Tiba-tiba matanya tertuju pada bekal yang ada di sampingnya. Ada seonggok ikan segar di situ. Bekal milik kucing yang dititipkan padanya. Tikus pun tergoda, pikirannya melayang-layang untuk memakan bekal kucing.

Hmm... bekal kucing tinggal satu, kasihan dia... Ah, tapi, aku kan sahabatnya, masa tidak boleh sih? Lagipula, aku lapar sekali. Bekal dia, bekalku juga. Begitu sajalah...

Tanpa pikir panjang lagi, tikus pun melahap dengan nikmat bekal kucing yang tersisa itu. ”Hmmm... enak sekali. Rupanya begini rasa ikan tu. Nyam nyam nyam...”

Tak terasa, ikan satu-satunya itu pun habis tak berbekas. Tikus mulai panik, bagaimana kalau kucing menanyakan perihal ini? Apa aku mau jawab jujur? Ah, tidak...

”Tikus, aku dapat buahnya!”seru kucing yang tiba-tiba muncul dari kejauhan.

Mendengar itu, dengan ketakutan luar biasa, takut dicerca sabahatnya, tulang belulang ikan yang masih ada di tangan tikus, dilemparkannya begitu saja di sampingnya.

Kucing mendekat dengan riang, ”Ini untukmu.”celetuk kucing seraya memberikan sebuah apel.

Tikus menerima dengan gugup, ”Te... terima kasih.”

”Sama-sama.”

Dan benar, mata elang kucing langsung menyambar pada bekalnya. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati bekalnya kosong, dan hanya ada tulang belulang ikan di tak jauh dari situ.

”Tikus, hei! Siapa yang makan bekalku? Ini bekal kesayanganku!”seru kucing marah.

Tiba-tiba, tikus menangis, ”Maaf, kucing, maaf... aku bukan sahabatmu. Tadi... tadi ada seekor serigala datang dan ingin memakanku! Ka... karena ketakutan... aku beri saja dia ikanmu, supaya dia mau pergi... Maaf, kucing...”

Kucing sangat tersentak. ”Benarkah?”

Tikus mengangguk mantap, ia terkesan dramatis. ”Be... benar.”

Tak lama akhirnya amarah kucing pun mereda, ”Baiklah kalau begitu. Yang penting kamu selamat.”

Tikus mengangguk lagi, kali ini dibuat-buat. Huuh, dasar kucing, mudah dibohongi...


Entah apa yang terjadi, tikus menjadi licik.
Sudah kesekian kalinya ia membiarkan kucing sendirian mencarikan bekal untuk mereka, dan tikus memilih untuk tetap tinggal di bawah pohon, menghabiskan diam-diam bekal satu-satunya yang sengaja disimpan kucing kalau-kalau suatu saat mereka akan kesulitan mendapatkan buah ataupun ikan.

”Kamu tidak ikut lagi? Ayolah, tikus, ini sudah ketujuh kalinya aku mencari bekal sendirian.”rujuk kucing siang itu.

Tikus memasang tampang iba. ”Tolong, teman... Aku tidak bisa... Kakiku... kakiku sakit... aku ingin beristirahat, tolonglah...”rujuknya berbohong. Tikus yang memang terkenal malas, lagi-lagi tak mau beranjak.

Akhirnya kucing pun mengalah.

”Baiklah, istirahatlah di sini.”dan kucing pun bergegas mencari bekal untuk mereka di sekitar hutan itu.


Mata air kehidupan tampak bersinar di pagi itu. Tepat ketika kucing dan tikus menginjakkan kaki di puncak lembah.

Tikus tampak terpana. Kucing pun demikian.

Mata air itu seperti telaga, airnya jernih, membuat siapa pun yang melihatnya ingin segera mencicipi kesegarannya.

”Aku duluan yang mandi!”seru tikus seketika.

Kucing yang sudah bersiap ingin masuk telaga terkesiap, ”Tapi, aku ingin masuk...”

”Tidak, tidak, aku duluan yang berhak masuk. Kan aku yang membawamu ke sini!”bentak tikus.

Lagi-lagi, kucing pun mengalah. Ia lebih memilih mengikuti kehendak tikus, daripada merusak persahabatan mereka yang sudah lama terbina.

Tikus yang tak sabar ingin ke sana segera menceburkan diri ke dasar kolam. Namun, ketika itu jua, sesuatu terjadi.

Tiba-tiba, sekujur tubuh tikus mengecil, bulu-bulunya berubah menjadi gelap, ekornya memanjang, giginya tumbuh ke bawah dengan cepat sampai melebihi bibirnya, dan keluar bau tak sedap dari tubuhnya. Merasa seperti itu, tikus pun berteriak histeris.

”Kucing! Kucing! Apa yang terjadi padaku? Apa yang terjadi padaku?”ia tampak ketakutan. ”Kamu! Cepat tolong aku! Cepat, kucing! Oh, tidaaakkk!!!”tikus merasa tubuhnya tak dapat tertarik keluar dari telaga, ia seperti terkunci di tengah danau.

Kucing hendak mendekat ke arah tikus. Ia pun tampak ngeri, sekaligus kasihan melihat sahabatnya. Ia bersiap menceburkan diri ke dalam juga.
Sampai terdengar sebuah suara berat.

”Berhenti kucing. Biarkan saja seperti ini. Tikus ini memang pantas menerimanya.”suara itu berkata kalem.

Kucing menghentikan langkahnya. ”Siapa itu?”

Tikus jauh lebih panik, ”Siapa kau!! Berani-beraninya!!”

”Aku adalah mata air kehidupan ini. Mata air kehidupan yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang menghargai kasih sayang, mata air kehidupan yang menghukum orang-orang tamak dan pendusta.”

Mendengar itu, kucing tak kalah heran. ”Apa maksudmu?”

Tikus jejingkrakan, ”Jangan mengada-ada kau, ya! Tunjukkan wujudmu!”

”Kau ada di tubuhku. Untuk apa aku tunjukkan?”suara itu menjawab, ”Akui kesalahanmu pada kucing, wahai tikus pembohong.”

Kucing menatap tikus, bingung, sekaligus ingin tahu.

”Aku tidak melakukan apa-apa! Aku tikus yang baik! Aku membawa kucing ke sini untuk mendapatkan hidup yang lebih baik! Di mana salahku? Aku tidak bersalah!!!”teriak tikus.

”Kau masih tak mengakui?”suara itu bertanya lagi.

”Aku tidak bersalah!!!”

”Kesalahan sekecil apa pun akan berdampak kalau kau memasuki telaga ini. Kau masih ingin berbohong?”

”Kurang ajaaarrr!!! Aku tidak bersalah! Aku tikus baik!”

BLARRR...

Sebuah cahaya menyelimuti tikus, dan cahaya itu lenyap seketika itu juga. Tak ada perubahan yang terjadi pada diri tikus.

”Aku akan membuatmu membayar keserakahanmu. Kau akan menjadi binatang pengerat, yang harus menggigiti sesuatu apa pun itu, agar gigimu tidak tumbuh. Kalau kau berhenti menggerigiti sesuatu, gigimu akan bertambah panjang beberapa senti tiap jamnya. Kalau kau biarkan itu, kau akan mati!”

”Dasar bodooohh!!! Aku tidak percaya padamuuuu!!!!”

”Ini yang terakhir kali, akui kesalahanmu pada kucing. Sekarang.”

Kucing tak dapat berkata-kata di tepi telaga.

Tikus kembali berteriak, ia masih tak mau mengakui perbuatannya, ”Aku tidak bersalaaahhh!!! Kau jangan memfitnahku!!!”

”Baiklah, tikus bebal. Ini hukuman terakhirku...”

Lagi-lagi, cahaya itu menyelimuti tikus, dan hilang juga.

”Kau akan menjadi makhluk terkutuk. Kau akan tinggal di tempat-tempat kotor dan menjijikkan, tak akan ada satu pun yang akan menyukaimu. Kau akan diburu, dan para manusia akan berlomba-lomba membunuhmu.”

Sekarang tikus menangis tersedu-sedu... ”Aku tidak bersalaaaahhh... Kau kurang ajar!!! Seenaknya mengutuk-ngutuk!!!”

Suara itu berdecak. ”Kau memang pembohong luar biasa. Begitu aku mengeluarkanmu dari sini, kau akan menyesal.”suara itu melanjutkan, ”Kucing, tikus ini yang memakan bekal yang kau simpan untuk kalian berdua. Dia sudah banyak berbohong dalam perjalanan ini, tentang serigala itu, sampai rasa sakit yang ia rasakan karena malas menemanimu mencari buah dan ikan.”

Kucing kaget luar biasa. ”Ap... apa benar itu, Tikus? Tapi tidak, tikus sahabatku!!!”

”Akui, tikus.”

”Tidak!!!”

”Akui saja.”

”Tidaaakkk!!!”

BLUUKK.

Tikus terlempar keluar, dan menelungkup di depan kaki kucing.

”Tikus?”kucing bertanya, antara murka, kasihan, tidak percaya...

”Tidaaakkk!!!!”

”Akan kubuat kau mengakuinya.”ujar suara itu lagi.

BLAAARRRR!!!!

Sesuatu yang tampak lebih dahsyat datang, dan tiba-tiba,
tikus membeberkan perbuatannya cuma-cuma. Kucing sangat terkejut mendengar pengakuan ini.

”Apa kau benar? TIKUS!!! JAWAAABBB!!!”

”Tidaaaakkkk!!!! Tadi bukan aku yang mengatakannya!”Tikus masih keukeuh.

”KITA BUKAN SAHABAT LAGI, TIKUS!!!”seru kucing dengan wajah merah padam. ”KAU MENGKHIANATIKU!!!”

”Tidak, Kucing, itu bohong! Itu bohong!”

”Demi Tuhan, sampai keturunanku kelak, kami akan memusuhimu, bangsa tikus yang bau! Kau tidak hanya tak setia kawan, tapi juga pembohong besar! Kami akan mengejarmu! Kami akan membunuhmu!”

Dan benar, seketika itu juga, dengan amarah yang meletup-letup, kucing berlari mengejar tikus yang ketakutan setengah mati. Dan seperti kita tahu, sejak itu, sampai sekarang, kucing dan tikus menjadi seperti minyak dengan air, tak pernah mau menyatu.

”Kau kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga daripada ikan, tikus.”suara itu masih berdehem setelah kucing dan tikus pergi dari telaga, ”Sahabat. Kau akan kehilangan sahabatmu jika kau berani menyalahi kepercayaannya.”

Sort:  

Source: http://www.kemudian.com/node/110669

Not indicating that the content you copy/paste is not your original work could be seen as plagiarism.

Some tips to share content and add value:

  • Use a few sentences from your source in “quotes.” Use HTML tags or Markdown.
  • Linking to your source
  • Include your own original thoughts and ideas on what you have shared.

Repeated plagiarized posts are considered spam. Spam is discouraged by the community, and may result in action from the cheetah bot.

Creative Commons: If you are posting content under a Creative Commons license, please attribute and link according to the specific license. If you are posting content under CC0 or Public Domain please consider noting that at the end of your post.

If you are actually the original author, please do reply to let us know!

Thank You!

More Info: Abuse Guide - 2017.

Remember that coping work from another place is never an answer:

http://www.kemudian.com/node/110669