Suara dentingan piano menggema ke seluruh ruangan. Para penonton terpukau dengan pertunjukan seorang gadis yang sedang menarikan jari jemarinya pada tuts-tust piano. Raut wajahnya, terlihat begitu menghayati permainannya. Tak ada satu pun yang bersuara. Hanya denting piano yang terdengar. Bahkan para juri pun terhanyut oleh lantunan lagu itu.
Saat ini ajang pencarian bakat sedang berada di Kota Bandung. Sebuah kota dengan segudang potensi dan banyak melahirkan orang-orang yang berbakat. Termasuk gadis yang sekarang sedang menunjukkan kebolehannya.
Dialah Kirana Andriani Putri, seorang gadis blasteran Indonesia-Jerman. Wajahnya cantik dengan kulit mulus putih, hidung mancung, dan rambut pirang yang panjang. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona.
Gemuruh tepuk tangan terdengar. Usai Kirana mengakhiri pertunjukan pianonya. Bahkan ketiga juri di depan memberinya tepuk tangan sambil berdiri. Sungguh ia tak pernah menyangka akan berada sampai sejauh ini. Impiannya untuk bisa tampil di depan umum, akhirnya terwujud juga. Malam ini dia membawakan lagu yang berjudul ‘Bulan Dikekang Malam’.
Kirana tersenyum sambil berdiri, pembawa acara langsung datang dan membantunya untuk menghadap juri. Ya, satu kenyataan yang sangat menyakitkan. Ternyata matanya tidak bisa berfungsi normal. Ia buta. Meski telinganya bisa mendengar tepuk tangan dari para penonton. Namun hanya kegelapan yang bisa di lihatnya.
“Kita beri tepuk tangan untuk penampilan Kirana yang sangat mempesona. Ruangan ini seakan tersihir dengan penampilanmu. Bahkan tiga juri di depan memberikan standing oplos buat kamu. Bagaimana perasaanmu sekarang?” Reyhan, sang pembawa acara memberikan microphone padanya.
“Jujur ini pertama kalinya saya tampil. Saya tak menyangka akan berada di sini. Apalagi tiga juri yang rela memberikan standing oplos untuk saya. Saya benar-benar terharu. Andai saja mata ini bisa melihat. Rasanya ingin sekali saya menyapa penonton dan juri,” setetes air mengembun di sudut mata kirana. Siap mmeluncur.
“Meskipun kamu tidak bisa melihat. Tapi kamu bisa membuktikan, kalau kamu bisa melebihi orang yang normal. Apalagi wajahmu itu cantik. Jangan bersedih, tetap bersemangat ya! Nah, sekarang kita akan mendengarkan komentar dari juri agung kita. Indra, silahkan komentarnya!”
“Kirana, permainanmu sangat mempesona. Kau tau studio ini begitu senyap seakan dentingan pianomu menghipnotis kami. Lantunannya begitu syahdu. Apa lagu yang kau mainkan menyiratkan akan perasaanmu?” rasa puas begitu terpancar pada mata Indra. Ingin sekali Ia mengajak Kirana untuk bekerjasama dengannya di industri musik.
Mendengar pertanyaan Indra, Kirana sedikit menghela napas untuk menghilangkan kegugupannya. Lalu senyuman terukir manis di bibirnya yang seksi.”Bagi saya, semua lagu yang akan dimainkan, baik itu hanya secara vokal atau hanya musik, sangat memerlukan penghayatan. Terlepas apakah lagu itu menyangkut kehidupan pribadi si pemain atau tidak. Nah kebetulan lagu yang saya mainkan tadi mewakili perasaanku saat ini.”
“Oke, penghayatanmu memang sungguh sangat luar biasa. Suatu saat aku ingin mengajakmu bekerjasama dengan studio musikku.”
Penawaran yang sungguh membuat Kirana tersanjung. Padahal ini pertama kalinya ia mengijakan kaki di depan umum. Mengikuti ajang bergengsi pun hanya iseng-iseng saja. Karena Vika terus mendesaknya untuk ikut audisi. Vika adalah sahabat baik Kirana. Selama di Kota Kembang ini, Vika-lah yang menemaninya di apartemen. Mengurus semua keperluan yang selama 3 tahun ini dia butuhkan. Sedangkan ayah dan ibu Kirana tinggal di Jerman, karena harus mengurusi perusahaan keluarga di sana. Meski begitu, komunikasi antara dirinya dan kedua orangtuanya tak pernah terputus. Apalagi sang ibu tercinta, setiap malam ia rutin menelpon Kirana.
“Bagaimana? Apa kau mau?” Indra melemparkan lagi pertanyaan, melihat Kirana yang masih terdiam.
“Hai, Kirana! Apa kau dengar pertanyaan Indra?” Reyhan menepuk pundak Kirana pelan. Menyadarkan Kirana yang masih bergeming.
“Ah iya, aku sangat berterimakasih untuk penawarannya. Maaf, saking senangnya aku jadi melamun,” Kirana salah tingkah.
“Aku yakin dalam waktu dekat ini, kau pasti akan menjadi orang terkenal. Semoga lolos sampai ke babak final.” Indra mengakhiri komentarnya.
“Kita beri tepuk tangan untuk Indra. Sekarang selanjutnya, Caryn.” Reyhan mempersilahkan Caryn.
“Semua komentar sudah habis sama Indra. Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Kirana, kau benar-benar membuatku terpesona. Aku ingin sekali memelukmu,” Caryn berdiri dari kursi kehormatannya dan menghampiri Kirana di atas panggung.
Caryn memeluk Kirana dengan begitu hangat. Tangannya membelai rambut panjang Kirana.
“Andai putriku masih ada, mungkin dia sudah sepertimu. Dia sangat suka dengan piano. Kau sangat mirip dengannya. Meski matamu tidak melihat, tapi hatimu pasti bisa melihat. Aku yakin kamu akan sukses. Selalu percaya diri, ya! Good luck.” Caryn memberi semangat pada Kirana. Lalu melenggang ke kuris juri kembali.
Tepuk tangan kembali terdengar. Tetesan bening meluncur dari sudut matanya. Bahagia, terharu, sedih, bercampur menjadi satu. Seandainya Givana, sang bunda tercinta ada di sini. Pasti ia akan bangga dan menangis bahagia, melihat putri kesayangannya tampil.
“Kau menangis?”Reyhan melihat airmata membasahi pipi gadis yang ada di sampingnya. Tanpa menggunakan microphone, sehingga tidak kedengaran oleh penonton dan juri.
“Aku hanya terharu saja.”
“Baiklah. Komentar selanjutnya, Aberto.”
“Bagus... bagus...bagus....” Komentar Aberto singkat. Tak muluk-muluk.”Berikan tepuk tangan untuk Kirana!” Teriaknya lantang.
Lagi-lagi tepuk tangan kembali bergemuruh. Semua juri sudah memberikan komentar atas penampilan Kirana. Dan Reyhan sebagai pembawa acara, menuntun Kirana untuk meninggalkan panggung. Di belakang panggung Vika sudah menunggu sang sahabat dengan mata yang berkaca-kaca. Tak sia-sia ia memaksa Kirana untuk mengikuti ajang pencarian bakat itu.
Vika langsung memeluk Kirana, saat gadis itu sudah sampai ke belakang panggung.”Kau hebat Ki. Benarkan kan yang aku katakan? Sebentar lagi kau akan terkenal. Aku harus memberitahu Tante Givana.” Vika merogoh ponsel yang ada di dalam tasnya. Namun Kirana mencegahnya.
“Tak usah, Vik. Biar nanti aku yang memberitahu Momy. Lagi pula, belum tentu aku lolos. Banyak orang-orang hebat dan bertalenta di sini.”
“Oke. Meskipun begitu aku yakin kau akan terkenal sebentar lagi. Apalagi tadi Mas Indra menawarimu kerjasama. Ah, pokoknya yang terpenting kita harus tetap berusaha dan berdoa. Dan jika kamu suatu saat memerlukan manager, aku dengan senang hati bersedia.” Vika menawarkan dirinya dengan nada menggoda. Mereka berdua pun saling tertawa dan berangkulan.
Apakah terinspirasi dengan Indonesian Idols?hehe
Saya tunggu lanjutannya ya
Follow sy ya
Ceritanya keren. Di tunghu lanjutannya hehe
Makasih teh. Ditunggu kelanjutannya!
Siap aku akan menunggumu disini
Sangat menarik ceritanya Teh @azizahnoorqolam, abah like it so much. Terinspirasi dari pengalaman nyata teteh kah? Abah dah upvote dan follow teteh ya. Keep writing and keep inspiring! :D
makasih Abah.