Saya pikir, ada tidaknya ungkapan "pemimpin yang pintar" bukanlah hal substansial, dan tidak pula membatalkan pendapat saya di atas. Pemimpin yang sukses sudah pasti pintar dalam memimpin. Yang saya maksudkan dalam pendapat saya di atas adalah, butuh ilmu (kepintaran, skill) untuk menjadi pemimpin. Ilmu itu bisa didapat di ruang-ruang kelas, atau melalui pengalaman formal atau non formal. Dalam organisasi-organisasi massa seumpama ormas-ormas kepemudaan, sebagai contoh, mereka mencetak bibit-bibit dan menyeleksi calon-calon pemimpin masa depan melalui proses yang disebut kaderisasi, di mana bakat-bakat dipantau dan dibina.
Tentang Nelson Mandela, redaksi kalimat ringkas "pemikir yang menjadi pemimpin", itu tidak menjelaskan secara spesifik bahwa kepandaiaannya berpikirlah yang membawanya kepada tampuk kepemimpinan, itu pemahaman saya, banyak hal lain yang mempengaruhi itu. Adalah kurang tepat jika kita mengambil kesimpulan besar hanya dari sebuah kalimat pendek begitu, itu sejenis logical fallacy atau kengauran logika. Contoh yang sejajar dengan kalimat itu adalah, "Seorang tukang bubur naik haji." Apakah karena profesi tukang buburnya maka dia naik haji? Ada juga teknokrat-teknokrat yang menjadi Presiden, tentu bukan hanya kualitas tunggal dari keteknokrasiannya itu yang menjadikan dia presiden.
ampon @aneukpineung78, han lee lon singoh-ngoh.... taubat lon.... hehehehe, just said, cucok that apa yang anda katakan, @mrday where is my silop.
Malas kita. (Melayu)
Beu-ö teuh. (Aceh)
Lazy we. (English Meuawo)
hehe, we'll meet again in another post my friend, I see alot of think we can solve and get a troubleshooting with you and @mrday, I like you have the best one think how to make teambuilding and smart leader, waiting for the best time to make it possible, see u guys, love you all
Thanks for the spirit.
May God bless your beautiful soul.