“Mate Aneuk meupat Jeurat, gadoh adat pat tamita”, Mati anak ada pusara, hilangnya adat mau dicari kemana.
Sebuah kepercayaan terkadang berjalan sesuai dengan masanya. Layaknya keyakinan dan kematian, rezeki dan pertemuan. Begitu juga saat kita terlahir.
Di Aceh, kepercayaan turun tanah untuk bayi misalnya. Tradisi ini masih kental dan kerap dilakukan oleh masyarakat Aceh. Turun Tanah juga merupakan upacara tersendiri yang dilakukan dengan ketentuan tertentu.
Turun tanah dilaksanakan untuk bayi. Terkadang upacara ini dilaksanakan pada saat usia bayi berumur tujuh hari, tetapi ada juga yang melaksanakan hingga umur bayi mencapai dua bulan.
Tidak ada ketentuan khusus memang. Namun, bagi kebanyakan orang tua upacara ini dilaksanakan tidak melebihi umur bayi sampai tiga bulan. Ada juga upacaranya dilaksanakan saat umur bayi 44 hari.
Persiapan
Ada banyak hal yang meski dipersiapkan untuk upacara Turun Tanah ini. Pada umumnya yang harus disiapkan adalah; sebutir kelapa, pulut (yang terbuat dari beras ketan), kain batik atau kain panjang.
Selain itu, daunan dan beras padi yang tidak bisa terlupakan juga. Lalu ayam panggang untuk kebutuhan saat acara tepung tawari. Semua bahan ini disiapkan dalam piring masing-masing.
Setelah semuanya tersedia, bayi kemudian diletakkan di depan seorang ustaz atau teungku. Di sini, ada doa yang dibacakan untuk kemaslahatan sang bayi. Setelah itu, bayi dicicipi ayam panggang, sebagai penegasan agar kelak dia tidak rakus.
Beberapa undangan yang hadir turut serta menyaksikan prosesi awal ini. Kemudian baru sang bayi diselawatkan dengan berbagai macam selawat rasul. Marhaban!
Setelah selawat selesai, bayi kemudian dikeluarkan dari rumah. Digendong! Di halaman rumah, para undangan sudah menunggu prosesi tradisi turun tanah selanjutnya.
Selembar kain panjang sudah dibentangkan di atas kepala bayi. Sebutir kelapa lalu dibelah menjadi dua bagian. Kelapa tersebut diberikan kepada orang tua, sebagai simbol perekat agar tetap rukun.
Prosesi ini selesai. Kemudian tetua adat atau orang yang menjadi panutan menyerahkan bayi kepada orang tuanya. Lalu memberikan salam dan menyalami semua para undangan yang hadir. Ini merupakan simbol persaudaraan.
Nilai dalam upacara turun tanah ini sangat kental nasehat. Bukan hanya berkaitan dengan duniawi, tetapi juga berkaitan dengan akhirat. Terutama mengenai persaudaraan dan saling menjaga!
Inilah ajaran Islam yang mengajarkan, bahwa orang muslim dengan muslim yang lainnya seperti tubuh yang satu, saling peduli dan turut merasakan apapun penderitaan.
adat istiadat aceh,