Deepfake: Ketika Teknologi Mengaburkan Fakta, Literasi Digital Jadi Kunci

in #deepfake5 hours ago

2dk2RRM2dZ8gKjXsrozapsD83FxL3Xbyyi5LFttAhrXxr16mCe4arfLJJ4g6YZXDHUtrtQehGkHezDLSkSn22weYmhANdjevLLXQCwcL4obUZj79jPuEDW9ajfFHsqeexzhXac7dLmG9LxNRgdLpJZ8oyJ2s5AkgyNNTZZAbUS.png

Siapa di sini yang suka scrolling media sosial sampai lupa waktu? Entah pagi, siang, atau tengah malam, jempol kita rasanya dikomando tanpa bisa berhenti. Candu banget, kan? Di balik layar yang kita tatap terus-menerus itu, ada banyak hal menarik, tapi juga jebakan. Contoh saja nih, pernah melihat cuplikan Raffi Ahmad jualan seprai? Atau Najwa Shihab promosi judi online? Atau bahkan Melaney Ricardo yang turun 25kg dalam waktu sebulan? Bagaimana reaksimu? Apakah kamu langsung percaya? Bagaimana kalau itu sebenarnya bukan artisnya, melainkan hasil teknologi deepfake? Yup, teknologi manipulasi video tersebut telah merevolusi dunia digital dengan kemampuan menciptakan video palsu yang nyaris tak terdeteksi. Di satu sisi, deepfake bisa jadi inovasi keren, tapi di sisi lain, bahayanya bikin merinding.

Hoaks Berbasis Deepfake : Ketika Kebohongan Menyebar Tanpa Kendali

Teknologi deepfake adalah teknik AI (artificial intelligence) yang digunakan untuk memanipulasi atau menipu sebuah objek seperti gambar atau video. Jika dilihat dari perspektif positif, teknologi deepfake dianggap sebagai hiburan bagi masyarakat. Namun, jika dilihat dari perspektif negatif, teknologi ini mengarah pada tindakan seperti penyebarluasan asusila yang mengundang SARA, peretasan (hacking) data informasi, bahkan penyebaran berita bohong (hoaks) lho.

2dk2RRM2dZ8gKjXsrozapsD83FxL3Xbyyi5LFttAhrXxr16mCe4arfLJJ4g6YZXDHUtrtQehGjuHjcxsnWqSoJFnJFoFmBeDFridQPxdWpVmUtLZuBtFNUocRQCDVLUPrQpbh1wnd2UGEoQ8LKxgg7bpyVETKY6UfnzH1HKftr.png

Sebagai salah satu sumber utama hoaks, teknologi deepfake telah merebak membagi berita atau informasi palsu dengan tujuan menyesatkan orang. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan. Di lini teknologi media sosial misalnya, menurut survei yang dilakukan Mastel tahun 2019, diperoleh data sebanyak 92,4% penyebaran hoaks dengan konten SARA dan politik oleh media sosial. Selain itu, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika terdapat lebih dari 800 ribu situs penyebaran hoaks. Dengan adanya data tersebut, penyebaran berita bohong (hoaks) di Indonesia akan semakin meningkat dari tahun ke tahun mengikuti tren perkembangan zaman yang ada.

Kasus yang sempat membuat ricuh adalah video deepfake Presiden AS Joe Biden yang terlihat memberikan pidato kontroversial. Meskipun video itu akhirnya terbukti hoaks, kerusakan sudah terjadi. Ribuan orang membagikannya sebelum fakta terungkap. Bukan hanya di ranah politik, dunia hiburan juga sering jadi korban. Aktor-aktor Hollywood tak luput dari penyalahgunaan deepfake, terutama untuk konten yang tidak pantas.

Eitss, korban dari deepfake bukan hanya artis atau pejabat saja lho. Banyak orang tua yang sering kali kurang paham teknologi, menjadi target empuk hoaks berbasis deepfake. Contohnya, banyak dari mereka yang percaya pada video manipulasi yang menampilkan sosok “terkenal” meminta donasi atau menawarkan produk palsu. Dampaknya, kerugian finansial yang tidak sedikit bahkan trauma psikologis yang mendalam.

Literasi Digital: Tameng Melawan Deepfake dan Hoaks

Upaya pencegahan penyebaran hoaks karena teknologi deepfake bisa dilaksanakan dengan adanya sebuah literasi digital atau literasi teknologi. Hal ini menjadi sebuah senjata utama, mengingat masih banyak masyarakat yang mudah menerima informasi secara mentah meski melalui sumber yang tidak kredibel.

2dk2RRM2dZ8gKjXsrozapsD83FxL3Xbyyi5LFttAhrXxr16mCe4arfLJJ4g6YZXDHUtrtQehGjji6fiSavnMv4wG5fEKkbUKzA9Faw9V6JFh3ANHVT49qa6NqaRA7WWEYucad1WZu2Jua1Zp98WMPpHUjdgaqzMhMCVgqS7Yfp.png

Semakin marak dan semakin bergantungnya masyarakat terhadap teknologi dan platform digital, semakin penting pula metode pencegahan penyebaran hoaks dengan adanya teknologi deepfake yang meningkat dari masa ke masa.

Lalu, apa sebenarnya literasi digital? Singkatnya, literasi digital adalah kemampuan untuk memahami teknologi, menganalisisnya, dan menggunakannya dengan bijak. Literasi digital bukan hanya untuk Gen Z atau pengguna aktif media sosial saja. Edukasi ini juga diperlukan untuk para orang tua. Mayoritas dari mereka menjadi target empuk hoaks karena kurangnya pemahaman tentang teknologi modern. Dengan literasi digital yang baik, mereka bisa belajar mengenali ciri-ciri video deepfake dan berhati-hati sebelum mempercayai atau membagikan konten tertentu.

Kita bisa waspada dengan cara:

  1. Memverifikasi Informasi: Jangan langsung percaya dengan apa yang kamu lihat di internet. Cek fakta dari sumber terpercaya dulu ya.
  2. Menggunakan Alat Deteksi: Ada tools seperti Deepware Scanner atau InVID yang bisa membantu mendeteksi konten deepfake.
  3. Berpikir Kritis: Kalau video atau berita terlihat terlalu sensasional, coba tanya, “Apakah ini masuk akal?” sebelum membagikannya.

Aksi Konkret Literasi Digital Melawan Hoaks

  1. Penyebaran Informasi Positif: Buat konten edukatif yang viral di media sosial untuk menyebarkan kesadaran tentang hoaks dan deepfake.
  2. Kolaborasi Sekolah dan Keluarga: Ajarkan literasi digital sejak dini di sekolah dan libatkan orang tua dalam proses pembelajaran.
  3. Regulasi Media Sosial: Dorong platform media sosial untuk membuat kebijakan yang lebih ketat terhadap penyebaran hoaks, termasuk penggunaan AI untuk mendeteksi konten palsu.
  4. Sumber Informasi Resmi: Gunakan portal berita terpercaya dan akun-akun resmi untuk mengecek kebenaran informasi.

Deepfake adalah bukti bahwa teknologi bisa menjadi pedang bermata dua. Ketika kita tahu cara menggunakannya dengan bijak, teknologi ini bisa membawa manfaat luar biasa. Sebaliknya, tanpa literasi digital yang memadai, kita mudah terjebak dalam lingkaran hoaks yang semakin canggih.

Literasi digital yang menyeluruh di semua usia menjadi kunci utama. Kolaborasi antara pemerintah, penyedia teknologi, dan membekali masyarakat termasuk orang tua juga sangat dibutuhkan untuk melindungi ruang digital kita agar sehat dan aman. Jadi, yuk, tingkatkan literasi digital kita! Jangan biarkan teknologi mengaburkan fakta, tapi jadilah masyarakat yang cerdas dalam bermedia.

“Karya ini dibuat untuk lomba menulis blog dalam rangka 1st Anniversary Menulis.Id”