'MAFIASANTRI' begitu kami menyebut diri kami. Julukan yang kami berikan sendiri ketika menjadi mahasantri di sebuah pesantren kampus tempat kami menimba ilmu.
Aku, Jumala, Saskia, Kiki, Amel, dan April. Keenam mafia yang pada saat itu sangat membenci kewajiban asrama yang dibebankan kesemua mahasiswa UIN Ar-Raniry.
Kami sama sekali tidak memiliki pengalaman mondok sebelumnya, kecuali Jumala. Hanya dia yang tau betul bagaimana sistem perpondokan. Beberapa Dayah telah dia coba dulunya.
Tapi pengalaman itu tidak membuatnya bertahan di asrama. Jumala tercatat sebagai santri dengan absen terbanyak dibuku merah ustazah.
Malam para mafiasantri dimulai dengan muraja'ah Al-Quran. Tapi itu hanya berlaku beberapa menit saja, selebihnya kami mencuri waktu untuk Cang Panah. Tak heran sampai sekarang kewajiban mengkhatamkan jus 30 pun belum terselesaikan. (Kuharap ustzh berbaik hati memberikan sertifikat kelulusan walaupun dengan syarat).
Momen insomnia berjama'ah pada malam hari adalah yang paling aku rindukan. Sebab, mulai pukul sepuluh malam. Ketika ustazah mulai melukis mimpi, ketika mahasantri lain mengerjakan tugas kuliah mereka, ketika antek-antek ustazah mulai berpatroli ke kamar-kamar untuk melihat kejanggalan-kajanggalan yang ada. Ketika itulah kami menguatkan diri supaya betah berada di tempat pensucian itu.
Setiap malam kami isi dengan obrolan cang panah, tingkah-tingkah konyol, dan membuat bioskop mini didalam kamar, serta arisan para mafia sampai tengah malam.
Akibat tidur terlalu larut, tubuh dan mata kompak memberi arahan untuk terus menempel dikasur. Teriakan para ukhti-ukhti itupun lalu begitu saja. Sakit selalu menjadi kambing hitam saat absen sholat subuh.
Jika memang harus turun saat subuh, Muraja'ah setelah subuh mungkin hal yang paling jarang kami lakukan. Biasanya, setalah zikir usai sholat subuh kami lantunkan, diam-diam para mafia dan santri lainnya menyelinap dikamar kecil musholla untuk tidur lagi.
Tapi aksi itu tidak berlangsung lama. Sepertinya ada penyusup yang memebeberkan aksi. Sehingga ustazah menyuruh kami untuk berada di shaf terdepan sampai masa asrama berkahir.
Satu bulan menjelang berakhirnya masa asrama. Dua dari bagian anggota mafiasantri mulai memacu hafalan mereka. Amel dan April berniat mengkhatamkan hafalan mereka. aku, kiki, saskia dan jumala yang saat itu masih menanggung hafalan surah yang sangat banyak, menghasut mereka untuk tidak mengkhianati perjanjian yang kami buat. Yaitu meninggalkan satu atau dua surah ketika masa asrama berakhir. Tapi hasutan itu tidak berhasil. April mengkhatamkan hafalannya pada november 2018, sementara Amel mengkhatamkannya di penghujung masa asrama.
Mereka pun terus membujuk kami untuk kembali bersemangat mengkhatamkan hafalan. Umpan pun terpancing. dengan berbagai cara, sepuluh hari menjelang masa pembebasan kamipun memacu setoran hafalan. Para mafiasantri menargetkan satu malam untuk menyetor 3 atau 2 surah. Dalam kondisi mendesak, dari pada tidak diluluskan, cara-cara licik pun dilakukan. Mulai dari dibisiki teman ketika setoran, bahkan memasang handset ditelinga. (Semoga ustazah tidak membacanya).
Congratulations @riskamunawarah! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!