Dosen Calon Mahasiswa S3 Sudah Lulus di Prodi yang Dituju, Malah Tak Dapat Beasiswa Dikti
Ada apa dengan Kemenristek Dikti, hanya mampu memberikan beasiswa kepada sedikit dosen pemohon beasiswa pada tahun ini. Di Teknik Kimia Unimal, dari 3 dosen yang mengajukan beasiswa Dikti untuk mengambil program S3 di Jurusan Ilmu Teknik Universitas Syiah Kuala hanya 1 orang yang diberikan dengan kriteria kelulusan yang tidak transparan. Hal ini sangat memberatkan bagi dosen-dosen yang akan mengambil program S3.
Biaya kuliah yang 15 jutaan per semester, harus ditanggung sendiri, tak mungkin tertanggungkan itu. Buat dosen angka 15 juta per semester ini bukan angka yang mampu dibayarkan, mengingat beban kerja yang cukup menyita waktu bila status Izin Belajar.
Artinya si dosen harus menyisihkan 2 juta lebih perbulan untuk membayar SPP, sedangkan hari-hari, gaji yang ada pas-pasan. Tak cuma hanya itu, selama kuliah tentu dibutuhkan biaya-biaya yang lain yang tak kecil jumlahnya untuk memperlancar perkuliahan.
Seorang dosen yang mengambil S3, tentu membutuhkan konsentrasi yang tinggi, sehingga untuk nyambi cari tambahan sambil kuliah buat biaya kuliah, hampir mustahil dilakukan. Dengan biaya sendiri, status izin belajar, gaji dan lain-lain masih tetap, namun dikurangi biaya SPP yang mutlak, plus transport dari kampus ke tempat kuliah yang bisa jadi jaraknya jauh, biayanya tidak sedikit. Belum lagi biaya penelitian, tentu tidak sedikit.
Bila dosen yang bersangkutan adalah kepala rumah tangga, membiayai hidup anak dan istri, ditambah biaya sekolah anak, baju, buku, belanja hari-hari, beban nya tentu luar biasa berat. Pengorbanan yang tak bisa dibayangkan harus dijalani, atau tak jadi sekolah adalah pilihan berikutnya.
Waktu yang tersita untuk kuliah, ditambah aktivitas mengajar, membimbing, penulis kira hanya orang-orang super yang mampu melakukannya. Kalau mau dibilang pesimis terserahlah, tapi yang jelas karena status izin belajar, waktu belajar sambil mengajar, membimbing mahasiswa penelitian, tugas akhir dan menguji di seminar-seminar mahasiswa, membutuhkan waktu yang tidaklah mudah untuk dilakoni.
Kemenristek Dikti yang mampu menjawab persoalan ini, para dosen hanya bisa menerima nasib, mudah-mudahan pertolongan dari Allah datang, dan masalah selesai.