Aku terbaring lama, jauh sebelum surya tenggelam aku telah menantikannya. Malam ini, bukan apa sebaiknya aku ceritakan sedikit awalnya.
Sudah hampir 5 tahun berlalu, hubunganku dengannya terbilang tidak berjalan lancar. Karena ada kata "pas" di dalam kalimat 'pasangan', mungkin kami kurang "pas" sehingga hanya menjadi "angan" dan sialnya itu hanya anganku saja.
Sebelumnya kami saling mencintai, saling berjanji untuk tetap ada meski badai menerpa, saling mengisi bahkan lebih dari itu semua. Hubungan kami sudah hampir sempurna andai saja EGO tidak datang tepat pada waktunya. Aku dan dia putus begitu saja!
Sebulan setelahnya, ia kembali menyapa dengan kalimat "apa kabarnya" dan aku dengan polosnya membalas hingga sampai beberapa kali pasca putus aku masih bertemu dengannya. Masih saling berbagi kehangatan.
Tahun demi tahun berganti, aku tak menemukan seorang pun yang mampu menggantikannya. Mungkin karna aku kurang menarik juga. Pernah ada seseorang, namun kandas sebelum kumulai. Hal itu terjadi beberapa kali hingga akhirnya kuputuskan untuk sendiri dulu.
Sesekali aku dan dia saling sapa, saling membicarakan kehidupan sekarang. Dia dengan bangga menceritakan tentang hidupnya dan pasangannya. Aku hanya bisa tersenyum, mencoba bahagia atas apa yang ia rasa. Tapi sebenarnya tetap tak kuasa. Ingin sekali kuhentikan semua, berhenti menghubunginya. Namun aku khawatir bagaimana jika rindu melanda? Ahh ntahlah! Aku mencoba menjalaninya saja dulu. Dan kenyataannya aku semakin bergantung padanya.
Sesekali saat aku butuh kehangatan, aku menghubunginya dan sebaliknya. Ia memang punya pasangan tapi karna cinta katanya ia tak ingin merusaknya. Ini sebenarnya tidak benar, tapi aku tidak ingin rusak dengan banyak orang. Kami tidak melakukan hal yang di luar kendali, aku sama sekali tidak pernah tidur atau sekamar berdua dengannya. Aku masih suci yang pasti.
Persetan dengan perasaannya terhadapku, aku tidak menyalahkan dia tapi menyalahkan diriku sendiri. Seandainya tak kubukakan pintu, tentu kami tidak akan berada dalam ruang hampa berdua. Tidak untuk waktu sekarang!
Meski demikian, aku masih saja bodoh. Masih peduli dengannya sepenuh hati. Bukankah baiknya aku pergi mencari kehangatan lain? Mencari peluk lain yang nyatanya hanya untukku. Bukan menunggu peluknya yang kini dingin membeku.
Baiknya aku berhenti disini, di batas suci yang hampir terlewati.
Sumber : ex siswi berprestasi
Pesan :
Jika masa lalumu sudah buruk, jangan bawa ia ke masa depanmu. Tinggalkan! Maka kau akan bahagia. Percayalah, ada peluk hangat yang menantimu italicmenyat dari kenangan yang terus menyapa. Ada seseorang di ujung sana yang merupakan cerminanmu. Berbahagialah, Dik. Masa lalu tidak menentukan masa depanmu jika kau mau berubah menjadi lebih baik.
hidup ini nyata,,,
jngan terbui dngan angan belaka,,,,
yang hanya fatamorgana, jika didekati semua akan sirna,,,
yang tinggal tetap lah luka,,,, :)
Yupp. Hidup ini nyata, pun sama dengan yang ia rasa, kurasa sih :D