Siang hari itu, saya melihat seorang bapak yang sudah mulai berumur senja sedang memberhentikan kenderaan di tepi jalan. Bapak tersebut terlihat membawa dua keranjang di belakang sepeda motornya. Tidak lama kemudia saya melihat juga seorang bapak yang mungkin lebih tua dari pengendara motor tadi menghampiri sambil membawakan karung kecil yang berisi pinang kering yang sudah di belah.
Rupanya bapak tadi hendak menjual pinang yang kemarin dia petik kepada pengendara motor tadi. Pengendara motor tersebut adalah mugee pineung (bahasa Aceh). Mugee pineung ini biasanya mulai masuk dan berkeliaran di permukiman penduduk bila harga pinang sedah agak mulai tinggi. Tujuannya mereka akan mendapatkan langsung dari penjualnya. Dengan demikian keuntungan akan sedikit lebih besar.
Mula-mula buah pinang ini di petik dulu dari pohonnya dengan cara di panjat atau dengan cara menggunakan galah yang panjang. Kemudian dikumpulkan dan dibelah menjadi dua bagian yang sama persis seperti kata mutiara yaitu bagai pinang dibelah dua. Setelah itu pinang tersebut dijemur supaya kering agar memudahkan untuk dicongkel bijinya dari kulit pinang. Maka jadilah hasilnya seperti pada gambar.